Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Sebuah Pertanyaan Natal: Apakah Yesus Masih Menjadi Pusat Hidupku?
Akhir tahun, biasanya dijadikan momentum oleh banyak orang untuk mengevaluasi diri. Mereka yang mau maju, yang tidak takut belajar dari kesalahan, dan yang menerima keberhasilan dengan kerendahan hati, melakukan introspeksi untuk membangun pengertian tentang hal-hal apa yang harus diubah, yang harus ditingkatkan, dan yang harus ditinggalkan.
Begitu pun dengan pengikut Kristus, yang sepanjang perjalanan hidup memiliki satu tujuan, yaitu memuliakan Tuhan lewat hidup dan panggilan mereka. Akhir tahun seharusnya menjadi momentum untuk bertanya lagi, apakah Yesus masih menjadi pusat dalam hidupku?
Setiap pengikut Kristus yang berbakti kepada-Nya menyadari satu hal ini: mereka lahir tanpa membawa apa-apa dan ketika mati nanti, juga tidak membawa apa-apa. Dan, hidup di antara keduanya adalah hidup sebagai hamba untuk memuliakan Tuhan. Hidup hamba, hidup yang setia kepada Tuhan, adalah hidup yang berpusat pada Tuhan karena itu penting. Tidak hanya di akhir tahun saja. Seharusnya, setiap hari kita bertanya kepada diri kita sendiri: apakah Yesus masih menjadi pusat hidupku?
Mari mengakui bersama bahwa tekanan, tantangan, bahkan kenyamanan bisa saja membuat pusat hidup kita berubah-ubah dan tidak lagi ada Yesus di sana. Mari periksa hati kita, untuk apa dan bagi siapakah terakhir kali pengorbanan terbesar telah kita lakukan? Apakah bagi Yesus karena kita mau tetap setia menjadi pelaku-pelaku firman? Atau, ada hal lain yang lebih menarik perhatian hati kita? Ambisi? Kekhawatiran? Ketakutan? Kemarahan? Keengganan untuk memaafkan? Atau, bahkan kita lebih tertarik pada diri sendiri?
Momentum akhir tahun ini, khususnya ketika kita semua tengah bersiap menyambut Natal, bisa menolong kita untuk diam sejenak dan jujur pada hati kita sendiri dan kepada Tuhan.
Natal yang kita rayakan untuk mengenang kelahiran Kristus ke dunia, seharusnya juga menjadi Natal yang kita khususkan bagi Yesus untuk lahir di dalam hati kita. Hati yang bernoda menjadi bersih, hati yang tidak lagi terpusat kepada-Nya menjadi terisi penuh oleh Tuhan lagi.
"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9)
Marilah menjadi pengikut-pengikut Yesus yang berpusat hanya kepada-Nya, yang gelisah bukan karena berapa besar pengorbanan yang harus kita lakukan, tetapi gelisah dengan sebuah pertanyaan: apakah Yesus masih jadi pusat hidupku? Karena, ketika Yesus menjadi pusat hidup kita, pengorbanan yang kita lakukan merupakan ekspresi ucapan syukur kita kepada-Nya, mengalir begitu alamiah karena kita telah menjadi orang-orang pilihan yang menerima kasih-Nya, dan karena kita ingin meneladani-Nya: saat Ia memilih menjadi bayi yang tidak berdaya dan lahir di kandang domba agar Ia dapat menggenapi karya penebusan bagi umat manusia, bagi kita.
Diambil dari:
Nama situs | : | Artikel Kristen |
Alamat URL | : | http://artikelkristen.com |
Penulis | : | Melani Pedro |
Tanggal akses | : | 25 Oktober 2013 |
- Login to post comments