Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Mandat Budaya
"Mandat budaya" adalah tentang bagaimana kita secara kreatif mencurahkan apa yang Tuhan telah karuniakan kepada kita, dan menggunakannya untuk kemuliaan-Nya di dalam marketplace. Mari kita menjadi relevan dengan dunia ini! Waktu kita melakukan itu maka kita akan jadi garam dan terang dunia. Dan, Saudara akan bisa membawa banyak orang ke dalam Kerajaan Surga. Itulah inti mandat budaya. Karena kita "bukan dari dunia", banyak orang Kristen yang memiliki sikap negatif terhadap budaya. Bagi mereka, gereja ada dalam konflik yang berkepanjangan dengan dunia, yakni "kita" melawan "mereka." Dan, mereka menggunakan ayat seperti "barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yakobus 4:4).
Sementara itu di pihak lain, Alkitab berisi ayat-ayat tentang kasih Tuhan bagi dunia ini seperti dalam Yohanes 3:16, 17. Untuk memahami kontradiksi yang membingungkan ini kita perlu memahami arti istilah kata "dunia" yang dipakai dalam Alkitab. Ada 3 kata yang diterjemahkan menjadi kata dunia :
1. Istilah kata "dunia" yang adalah susunan yang dibuat Allah (karya besar) untuk kesenangan-Nya sendiri.
Kolose 1:16, "... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia."
Wahyu 4:11, "Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kesenangan-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
2 Korintus 5:19, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus."
Jadi, untuk definisi dunia yang ini, yang Allah kasihi dan Yesus selamatkan, tidak sepenuhnya jahat! Namun, dunia menderita efek dari dosa dan cara orang berdosa memperlakukannya. Itu sebabnya Kisah Para Rasul 3:21 berkata bahwa rencana Allah untuk dunia sekarang ini adalah memulihkan segala sesuatu kembali kepada tujuan dan maksud awalnya.
2. Istilah kata "dunia" adalah tanah atau bangsa.
Matius 24:14, "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
Perhatikan: di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa. Yang Yesus maksudkan "dunia" di sini adalah bangsa-bangsa, tanah, teritorial geografi. Jadi, kita harus pergi ke setiap bangsa, setiap negara untuk memberitakan Injil.
3. Istilah kata "dunia" adalah alam kejahatan dan pemberontakan angkuh melawan Allah.
Di alam kejahatan inilah setan penguasanya! Istilah dunia yang mengacu pada pemberontakan angkuh dan alam kejahatan inilah yang menurut Alkitab bahwa kita tidak boleh menjadi serupa dengannya. Ini adalah istilah dunia yang mengacu pada alam yang menentang Tuhan dan menganiaya orang benar.
Konsep Budaya
Kejadian 2:15, "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu."
Kata "mengusahakan" artinya adalah "membajak" atau "mengolah tanah". Dalam Bahasa Latin digunakan kata "cultura", dan dari situ Saudara mendapat istilah "kultur" atau "budaya". Di sini kita mendapat suatu prinsip penting: budaya adalah tujuan awal Allah bagi manusia.
Jadi, budaya bukanlah konsep yang berasal dari iblis, tetapi ini adalah konsep dari Allah! Budaya berarti mengambil bahan mentah dari Tuhan, kemudian mengusahakannya secara kreatif sehingga bisa menghasilkan potensi yang maksimal. Apa itu? Mungkin talenta menyanyi, talenta berbisnis, talenta mengajar, mungkin hati Saudara adalah dalam pekerjaan membagi belas kasih, mungkin Saudara hebat dalam menulis, dalam pengetahuan hukum, Saudara berbakat jadi sales. Apa pun bahan mentah yang Tuhan berikan pada Saudara, Saudara harus mengusahakannya. Jadilah kreatif dengan bakat talenta Saudara ... dan lepaskan sampai potensi maksimalnya .... Gunakan hal tersebut untuk memberikan dampak serta produktivitas yang maksimal. Waktu Saudara melakukanya maka Saudara sementara melakukan BUDAYA! Dan, karena budaya membutuhkan kreativitas, maka setiap kali kita melakukan budaya maka kita sementara merefleksikan gambar Tuhan -Allah Elohim- yang kreatif.
Mandat Budaya
Kejadian 1:27 -28, "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."
Kita adalah Imago Dei, kita merefleksikan image Tuhan. Namun, kita bukan hanya mencerminkan karakter Tuhan -- kasih, baik dsb.. Kata Elohim artinya adalah Tuhan Pencipta/Kreator. Jadi Saudara mencerminkan Elohim lewat kreativitas Saudara. Artinya: setiap kali Saudara secara kreatif mengusahakan sesuatu hal, maka Saudara sebenarnya sementara merefleksikan gambar Tuhan! Dan dalam proses tersebut, Saudara memuliakan Tuhan.
Kejadian 1:28, "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: 'Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.'"
1. "Beranakcuculah dan bertambah banyak"= membangun dunia dosial.
Bangunlah keluarga, gereja, kota.....bangunlah pemerintahan dan tegakkan hukum.
2. "Taklukkanlah" = manfaatkan dunia alam.
Bercocoktanamlah, bangun bangunan, bangun komputer, gubah lagu. Gunakan kayu untuk bangun rumah. Gunakan kapas untuk membuat baju. Gunakan silikon untuk membuat cip komputer.
Ketika kita melakukan kedua hal tersebut, pada hakikatnya kita sementara menciptakan budaya dan membangun peradaban. Dalam teologi, hal ini disebut sebagai "mandat budaya". Waktu kita melakukan mandat budaya maka sebenarnya kita sementara diberikan hak istimewa untuk menjadi rekan pencipta dari Allah!
Mazmur 8:5-9, "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah (Elohim), dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan."
Bekerja dan Ibadah
Yang menarik adalah, kata cultura dalam bahasa Latin juga merupakan akar kata Inggris tua cult -- ibadah atau penyembahan. Jadi sejak awal di Taman Eden, BEKERJA dan IBADAH selalu berkaitan. Manusia sudah diberikan untuk bekerja dan beribadah. Dan, tidak ada pemisahan di antara keduanya.
Pola Alkitab adalah:
1. Pekerjaan kita harus ditunaikan selayaknya ibadah.
Kita harus bergantung pada Roh Kudus bahkan juga untuk karier kita -- untuk memperoleh hikmat bagaimana kita bisa hidup di dunia ini. Jadi, dalam melakukan segala sesuatu, bungkuslah dalam doa. Pekerjaan dan ibadah kita itu harus menyatu.
2. Ibadah kita harus diperkaya oleh budaya yang kita miliki.
Semakin kreatif kita, semakin berwarna kita, semakin mudah bagi kita untuk merasa nyaman menghampiri Tuhan. Itu sebabnya kita berusaha mengorganisasikan ibadah yang menyenangkan.
Henry Van Til, menyatakan: "Budaya adalah agama yang dipancarkan keluar."
Dari Taman ke Kota
Budaya bersifat progresif : hortikultura (berkebun), agrikultura (bertani), biotekkultura. Alkitab dimulai dengan sebuah taman di Kitab Kejadian , ditutup dengan sebuah kota di dalam Kitab Wahyu. Dimulai dengan Eden, tetapi berakhir dengan Kota Yerusalem Baru. Eden adalah taman yang bagus, tetapi sesuatu yang simple. Akan tetapi, Yerusalem Baru adalah sebuah mahakarya arsitektur, dengan dinding-dinding yang luar biasa, kanal-kanal, taman-taman ... jalanannya terbuat dari emas murni sehingga transparan! Sejak Kejadian 1, umat manusia, apakah mereka orang percaya atau bukan, telah menjadi pembangun kota. Kain membangun kota yang pertama, "Babel"; Bait Suci oleh Salomo; dan Taman Gantung Babilonia yang merupakan keajaiban dunia kota modern abad 21 yang luar biasa megah. Mengapa? Karena ada mandat budaya yang telah Tuhan tanamkan dalam hati setiap manusia. Kita ditentukan menjadi pembangun kota. Kita selalu ingin maju secara budaya.
Kejadian 2:19, Adam diberi tugas menamai binatang. Waktu dia melakukan itu, dia harus melakukan pengamatan yang teliti, analisa serta kesimpulan, inilah permulaan ilmu pengetahuan (sains). Apa itu sains? Observasi, analisa, kesimpulan. Kejadian 2:23, Adam jadi romantis. Dia melihat Hawa, istrinya, kemudian berkata, "Tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." Dan, Hawa disebut wanita - woman, karena diambil dari man. dengan menyusun puisi dalam memuji Hawa, Adam memulai seni estetika.
Pekerjaan adalah Kunci untuk Mencurahkan Potensi
Jadi di Eden kita melihat dari mana ilmu pengetahuan dan seni dimulai. Akan tetapi, Tuhan bukan hanya memberikan segala sesuatu kepada Adam. Dia memberikan tanggung jawab kepada Adam untuk memeliharanya. Jadi Tuhan memberikan kepada Adam pekerjaan. Saudara harus jelas tentang ini: pekerjaan bukanlah akibat dari dosa! Jauh sebelum dosa masuk, Adam sudah diberi pekerjaan untuk dia kerjakan. Tuhan telah memberikan kepada Adam pekerjaan, untuk membuat jari-jari tangannya kotor. Jadi, pekerjaan bukanlah suatu hal yang jahat, kutuk atau hukuman atas dosa.
John Calvin, Sermons of Deuteronomy: "Manusia perlu mengisi hidupnya dengan pekerjaan. Mengapa? Karena bukanlah sifat dasar manusia untuk menjadi balok kayu yang tidak berguna." Rasul Paulus harus memarahi jemaat di Tesalonika karena mereka terlalu malas. Mereka begitu terobsesi oleh kedatangan Yesus kali kedua sehingga tidak mau bekerja.
2 Tesalonika 3:10, "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
Pekerjaan Allah: menciptakan, melindungi, memerintah.
Pekerjaan Manusia: mengusahakan (peran: nabi), memelihara (peran: imam), menaklukkan (peran: raja).
Setiap kita terpanggil untuk jadi nabi, iman dan raja. Kita terpanggil untuk semua 3 peran ini, bukan salah satunya saja. Untuk bisa melakukan itu maka kita perlu kreatif dan kerja keras. Sebagai nabi, kita tidak hanya bernubuat lewat mulut kita, tetapi lewat hasil kreativitas dan kerja keras kita, kita bernubuat pada dunia tentang Elohim yang kreatif. Imam adalah seorang pelayan. Bagaimana kita melayani? Dengan meningkatkan harkat manusia. Meningkatkan kualitas kehidupan. Membawa sukacita dan keceriaan kepada semua orang. Sebagai raja, kita harus menaklukkan dunia. Membawa budaya yang memuliakan Tuhan. Membuat semuanya tunduk pada ketuhanan Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah Teladan Terbaik Kita
Yesus tidak takut untuk menjadi relevan dengan masyarakat. Yesus rela bersentuhan dengan orang-orang yang diangap najis oleh orang lain. Dia dituduh menjadi "duniawi" bergaul dengan para pelacur dan pemabuk, serta menghadiri pesta yang diadakan oleh pemungut cukai. Namun, Yesus sadar bahwa untuk memberikan dampak pada dunia, memamerkan kerohanian atau kepercayaan agamawi kita saja tidak cukup.
Cara kita memberikan dampak dan pengaruh kepada dunia :
- Kualitas hidup kita yang tinggi Kalau kita punya excellence dalam kehidupan kita, maka dunia akan senang.
- Pengetahuan kita akan kebutuhan manusia. Maksudnya kita hidup di alam nyata.
- Kemampuan kita untuk mengenali (mengidentifikasikan diri dengan) dunia yang telah jatuh.
Ulangan 4:5-7, "Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya."
Firman Tuhan akan meningkatkan kualitas kehidupan. Saudara akan jadi kepala bukan ekor. Selalu naik, tidak turun. Diberkati waktu masuk, diberkati waktu keluar.
"Mandat budaya" adalah tentang bagaimana kita secara kreatif mencurahkan apa yang Tuhan telah karuniakan kepada kita, dan menggunakannya untuk kemuliaan-Nya di dalam marketplace. Mari kita menjadi relevan dengan dunia ini! Waktu kita melakukan itu, kita akan jadi garam dan terang dunia. Dan, Saudara akan bisa membawa banyak orang ke dalam Kerajaan Surga. Itulah inti mandat budaya.
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Jawaban.com |
Alamat situs | : | https://www.jawaban.com/read/article/id/2008/08/22/59/080822141648/Mandat-Budaya |
Judul artikel | : | Mandat Budaya |
Penulis artikel | : | Daniel P. Martono |
Tanggal akses | : | 7 Februari 2020 |