Aku tidak akan pernah melupakan Paskah tahun 1946. Saat itu, aku masih berusia 14 tahun, adikku Ocy berusia 12 tahun dan kakakku Darlene 16 tahun. Kami tinggal bersama Mama. Meskipun hidup kami pas-pasan, kami berempat tahu apa yang kami lakukan. Papaku meninggal 5 tahun sebelumnya, meninggalkan Mama seorang diri dengan 7 anak yang masih sekolah. Pada tahun 1946 itu, kakak-kakakku perempuan telah menikah dan kakak-kakakku laki-laki sudah meninggalkan rumah.
Sebulan sebelum Paskah, pendeta di gereja kami mengumumkan bahwa akan ada persembahan khusus Paskah yang akan diberikan kepada sebuah keluarga miskin. Dia meminta jemaatnya, tentu termasuk kami berempat, untuk menghemat uang dan menyisihkannya untuk persembahan. Sesampainya di rumah, kami berempat mendiskusikan tentang apa yang bisa kami perbuat. Kami memutuskan untuk membeli 25 kg kentang untuk persediaan makanan selama 1 bulan. Ini berarti menghemat uang belanja kami, dan dapat kami sisihkan untuk persembahan Paskah itu.