Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Generasi yang Stres: 4 Cara Anda Dapat Membantu Remaja Zaman Ini
American Psychological Association menganggap Generasi Milenial (mereka yang lahir antara akhir 1980-an hingga awal 2000-an) sebagai generasi yang paling stres. Gen Z, mereka yang lahir setelah Generasi Milenial, dicap sebagai orang yang takut terhadap kegagalan dan penilaian publik. Semua orang menyalahkan teknologi dan media sosial atas tekanan yang dihadapi remaja saat ini.
Kita mengharapkan perfeksionisme dalam segala hal. Anak-anak harus menampilkan diri mereka sebagai orang yang mereka inginkan daripada siapa diri mereka sebenarnya. Plus, akses tak terbatas kepada semua informasi membuat anak-anak tidak pernah bisa berkata, "Saya tidak tahu." Budaya membuatnya tampak membingungkan untuk mengetahui siapa Anda dan bagaimana Anda seharusnya memandang diri sendiri.
Saat kita berusaha melayani generasi yang stres ini, para pelayan Tuhan bagi kaum muda melihat kebutuhan yang berkembang untuk anak-anak memiliki identitas yang pasti di dalam Kristus. Kita tahu bahwa satu-satunya cara untuk melawan tekanan adalah dengan menangkap apa yang Yesus pikirkan tentang mereka. Namun karena stres terus-menerus membombardir remaja, pelayan Tuhan bagi kaum muda mungkin kesulitan untuk membuat remaja benar-benar melangkah ke dalam kebenaran tentang siapa mereka di hadapan Allah.
Lebih dari sebelumnya, sekarang pelayan Tuhan bagi kaum muda harus kreatif ketika akan membahas topik tentang identitas. Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu generasi yang stres ini? Bacalah empat saran yang bermanfaat ini.
1. Jelaskan lebih mendalam.
Hari-hari ketika kita hanya mengatakan, "Jangan percaya itu" atau "Identitas Anda ada di dalam Yesus" sudah berakhir. Kita harus memberi para siswa tempat yang aman untuk mempertanyakan kalimat-kalimat ini dan mencari tahu apa artinya. Gali lebih dalam mengenai topik ini daripada apa yang disampaikan secara umum dalam pertemuan dan pembicaraan kelompok besar.
Terkadang hanya melempar pernyataan membuat kita merasa lebih baik karena kita telah mengatakannya. Akan tetapi, anak-anak masih bertanya-tanya apa artinya semua itu. Mereka ingin tahu bagaimana menerapkan kebenaran dalam konteks mereka.
2. Berhenti memperlakukan stres sebagai masalah satu pihak.
Sebagian frustrasi saya ketika berbicara tentang identitas dan rasa tidak aman adalah bahwa kita sering melabelinya sebagai masalah "perempuan". Buku, kurikulum, dan artikel berfokus pada emosi dan tekanan yang dialami anak perempuan.
Setelah melayani remaja selama beberapa dekade, saya dapat mengatakan: Baik perempuan maupun laki-laki bergumul untuk memahami siapa mereka di dalam Kristus. Hanya saja mereka berfokus pada hal yang berbeda. Semua siswa perlu memahami kedalaman tentang identitas siapa mereka melampaui identitas siapa yang mereka coba tampilkan.
3. Hindari bereaksi dan konsistenlah.
Ketika kita menemukan bahwa seorang anggota kelompok remaja melakukan sexting, kita bereaksi. Atau kita kumpulkan semua ide kita tentang topik menghargai diri sendiri dan memberikan kuliah selama satu jam kepadanya. Kita mungkin tidak akan pernah berhenti terkejut melihat sejauh mana para siswa bertindak hanya untuk merasa dicintai. Tapi kita harus berhenti tinggal di tempat ini.
Lagi pula, lubang di hati generasi ini bukanlah hal baru. Hanya ekspresi mereka saja yang baru. Saya merasakan hal yang sama yang mereka rasakan pada usia 15, ada keinginan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan dikenal. Saya hanya tidak memiliki akses instan ke layar sentuh untuk mengekspresikannya. Mari kita temukan cara untuk memasukkan Kristus ke dalam hidup mereka. Secara rutin beri tahu anak-anak apa pendapat Yesus tentang mereka dan mengapa ini penting.
4. Jadilah rentan!
Para siswa perlu mendengar tentang pergumulan kita sendiri. Apakah kita membandingkan diri kita dengan teman di dunia maya? Atau apakah kita menghindari pengambilan foto dari sudut tertentu dalam pencahayaan tertentu? Hidup ini sulit bagi semua orang. Akan tetapi, mari kita juga berbagi apa yang kita lakukan untuk terus menaruh harapan kita kepada Kristus dan percaya kata-kata-Nya yang penuh kasih tanpa syarat. Bagaimana kita bercermin setiap hari secara praktis dan melihat ciptaan Sang Pencipta? Bicarakan tentang itu dengan mereka!
Kitab Suci tidaklah kurang berkuasa dan Allah tidak menyusut, hanya karena kita tidak dapat menghindari media sosial dan memiliki generasi yang stres. Budaya selalu memengaruhi bagaimana remaja memandang diri mereka sendiri. Tapi yang berubah adalah seluruh dunia bisa menyaksikannya 24 jam sehari.
Jangan terlalu fokus pada tekanan yang dialami para siswa sehingga kita melupakan fakta ini. Kuasa Firman dan Salib tidak pernah goyah. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Church Leaders |
Alamat situs | : | https://churchleaders.com/youth/422094-stressed-out-generation.html |
Judul asli artikel | : | Stressed Out Generation: 4 Ways You Can Help Today's Teens |
Penulis artikel | : | Leneita Fix |
- Login to post comments