Home » Pemuda Kristen » Membawa Mahasiswa Kepada Kristus
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Membawa Mahasiswa Kepada Kristus
Sepanjang masa, pemberitaan Injil merupakan masalah yang sangat mendesak untuk terus dilakukan. Hal ini mengingat bahwa kebutuhan manusia yang paling hakiki adalah keselamatan jiwanya atau hidup kekal, sebab untuk apa manusia memiliki dunia ini kalau akhirnya binasa. Seriusnya masalah ini juga dapat kita lihat dari apa yang dikerjakan Allah dalam Kristus bagi manusia. Semenjak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa sampai sekarang dan sampai nanti pada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, Allah terus berupaya untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan.
Pengertian Penginjilan
Penginjilan berasal dari kata Yunani "euangelion yang berarti memproklamasikan berita kesukaan (Injil). Proklamasi Injil ini merupakan pusat pemberitaan Yesus dalam misi-Nya di dunia (Markus 1:14). Pengertian penginjilan (membawa orang kepada Yesus) sering disalah artikan. Aktivitas Kristen atau mengajak orang untuk melakukan bermacam-macam kegiatan sosial (gerejawi) bukanlah yang dimaksud dengan penginjilan.
Membawa orang lain untuk bergabung menjadi salah satu anggota gereja, itu bukan yang dinamakan penginjilan. Pengertian kristenisasi juga tidak dapat dikatakan penginjilan. Selanjutnya, penginjilan juga bukan sinkritisme yang mencampuradukkan kekristenan dengan tradisi. Jika demikian apakah penginjilan itu?
Penginjilan adalah memproklamasikan Injil kepada setiap suku bangsa agar orang menerima kasih karunia keselamatan dalam Yesus Kristus dan menjadi murid Kristus (Yohanes 1:12, Matius 28:19-20). Pusat pemberitaan adalah Yesus sendiri sebab Injil yang diproklamasikan adalah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Alkitab, bahwa Dia telah dikuburkan dan bahwa Dia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga sesuai dengan Alkitab (1 Korintus 15:3-4).
Dasar Teologis Penginjilan
Memperhatikan sekilas dalam Kitab Perjanjian Lama tampak sepi dari konsep penginjilan. Namun, dari kacamata Perjanjian Baru kita akan melihat bahwa Perjanjian Lama merupakan dasar berpijak bagi penginjilan. Kejadian 1:1, kita melihat bahwa Allah menyatakan diri-Nya dalam karya ciptaan-Nya, semua ciptaan Allah itu baik dan diberkati. Manusia diciptakan sempurna, segambar, dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:26). Berbeda dengan ciptaan lainnya, manusia diciptakan memiliki akal budi dan kehendak bebas. Meskipun Allah memberikan kebebasan kepada Adam (manusia pertama), tetapi sayang sekali dia gagal untuk hidup dalam kebenaran (Kejadian 3). Adam menerima vonis mati kekal bagi kebenaran dan secara pribadi hubungan dengan Allah terputus (Roma 6:23; Efesus 2: 1-3; Kejadian 2:17). Allah kemudian mengusir manusia dari taman Eden, dan yang oleh karena kasih-Nya kemudian Allah memberikan janji keselamatan (Kejadian 3:15). Janji keselamatan ini bersifat eskatologis dan bersifat Mesianik karena akan digenapi oleh seorang Juru Selamat Kristus (Mesias).
Memahami penginjilan dalam Perjanjian Baru tidak ada kesulitan sebab Perjanjian Baru merupakan buku penginjilan. Kerangka maupun motif kitab-kitab Perjanjian Baru berisikan penginjilan. Keselamatan yang bersifat eskatologis dan mesianik dalam Perjanjian Lama digenapi oleh Tuhan Yesus. Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati (Yohanes 1:1-14) sehingga memungkinkan Dia menjadi pengantara yang sempurna. Sebagai Mesias, Yesus datang untuk menderita dan mati mengganti dosa kita (Roma 5:1-11) agar setiap orang yang percaya beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Secara ringkas dapat kita lihat uraian tentang empat fakta rohani di bawah ini.
Empat Fakta Rohani
Pertama, dosa dan hukuman-Nya. Manusia telah berbuat dosa (artinya kurang dari ukuran Allah yang Mahasuci dan Mahaadil) dan sebagai akibatnya adalah hukuman maut yang merupakan keterpisahan dengan Allah beserta kasih-Nya untuk selama-selamanya. (Roma 3:23; Roma 6:23; Yesaya 59:2)
Kedua, usaha manusia sia-sia. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari hukuman maut. Allah yang suci tidak dapat ditemui oleh manusia yang berdosa. Akal manusia yang telah dicemari oleh dosa akan menghalangi manusia untuk dapat mengenal Allah (Efesus 2:8-9).
Ketiga, Yesuslah satu-satunya jalan. Karena kasih-Nya Dia telah rela menjadi pengganti manusia untuk menerima hukuman mati di kayu salib. Di dunia ini tidak ada nama lain (selain Tuhan Yesus) yang oleh-Nya manusia bisa diselamatkan. (Roma 5:8; 1 Petrus 2:24).
Keempat, menerima Yesus. Untuk memperoleh keselamatan yang telah disediakan Allah, manusia harus menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Langkah penerimaan ini akan membuka semua anugerah kepada seseorang. Dia akan menerima pengampunan, pembaruan hidup, dan hidup yang kekal. Kesediaan untuk menyerahan diri kepada Yesus berarti memberi kesempatan secara leluasa kepada Roh Kudus untuk melepaskan ikatan-ikatan yang mengelabui mata rohaninya (Yohanes 1:12). Agar setiap manusia mendengar, memahami, percaya, dan mau menerima berita Injil, perlu ada orang-orang yang mewartakan Injil. Seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus dan dikenal dengan Amanat Agung antara lain: Matius 28:19-20, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Markus 16:15, Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk". Yohanes 20:21, Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu".
Lukas 24:47-48, "Dalam Nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini." Kisah Rasul 1:8, "Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Penginjilan Tugas Siapa?
Dari keempat fakta rohani tersebut, kita mengerti bahwa semua orang seharusnya percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Namun, bagaimana mereka dapat percaya kepada Tuhan Yesus kalau tidak pernah mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka dapat mendengar tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Siapa yang mau diutus? (Roma 10:31-15).
Banyak orang Kristen yang berpuas diri dengan apa yang ada. Mereka sudah merasa cukup apabila ikut kebaktian tiap minggu dan menyerahkan persembahan uang, sementara mereka tidak ambil pusing dengan berjuta-juta orang yang akan binasa.
Injil sedang dibutuhkan oleh seluruh umat manusia. Itulah sebabnya penginjilan berarti perintah harian yang harus dikerjakan oleh setiap orang Kristen pada zaman ini.
Perlu perhatian yang serius bahwa Allah tidak pernah menyuruh orang berdosa datang kepada kita, sebaliknya dia memerintahkan kepada kita untuk pergi dan mencari mereka. Paulus menjelaskan bahwa Injil merupakan harta kekal surgawi yang dipercayakan kepada kita guna diteruskan kepada orang lain Dia merasa berhutang kepada orang yang belum mendengar Injil. Injil merupakan kekuatan yang menyelamatkan setiap orang percaya dan menjadikan ciptaan baru, sehingga bila kita mengasihi sesama kitapun perlu mengenalkan Injil kepada mereka.
Kita seharusnya cukup prihatin dan memikirkan dengan sungguh-sungguh betapa gawatnya keadaan manusia yang tersesat dan hidup tanpa Yesus Kristus. Keadaan mereka akan mendorong kita untuk berbuat sesuatu bagi mereka. Nabi Yehezkiel juga menyadari bahwa firman Allah yang telah dipercayakan kepadanya wajib disampaikan dengan setia kepada orang Israel supaya Tuhan tidak menuntut pertanggungjawaban atas nyawa mereka (Yehezkiel 3:17-19).
Misi Allah dalam pelaksanaan penginjilan dipercayakan pada umat-Nya dengan beberapa pemahaman sebagai berikut: Pertama, bagi umat Allah sebagai pelaksana, penginjilan merupakan tugas yang dimandatkan oleh Allah dalam Tuhan Yesus (Matius 28:19-20).
Kedua, bagi umat Allah sebagai pelaksana, penginjilan merupakan tanggung jawab. Tanggung jawab umat Allah ini membuktikan keterikatan umat Allah secara sukarela kepada Allah dan misi-Nya.
Ketiga, bagi umat Allah sebagai pelaksana, penginjilan adalah suatu obligasi atau kewajiban. Penginjilan adalah kewajiban yang harus dipenuhi dan beban yang harus dilunasi secara tuntas (Roma 1:14-15). Penginjilan adalah suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan demi keselamatan orang lain (crucial need). Penginjilan adalah tugas pendamaian, sehingga tatkala melakukan tugas ini, umat Allah diterima dan diperlakukan sebagai ambasador atau duta Kristus dalam misi pendamaian antara manusia dengan Allah.
Keempat, bagi umat Allah sebagai pelaksana, penginjilan dilaksanakan dalam posisi "kawan sekerja" Allah (1 Korintus 3:9). Maksudnya bukan mengubah status umat Allah menjadi Allah, tetapi menempatkan umat Allah pada posisi yang lebih aktif dan dinamis dalam menjalankan tugas penginjilan. Tugas penginjilan seharusnya disambut dengan tulus dan rendah hati, dan dijalankan dengan setia tanpa menuntut imbalan.
Membawa Mahasiswa Kepada Yesus
Mahasiswa sebagai bagian dari umat manusia di muka bumi yang sama dengan manusia berdosa lainnya (Roma 3:23). Keselamatan jiwanya juga menjadi kebutuhan mereka yang hakiki. Untuk apa mereka memiliki ilmu dan kemampuan yang terus berkembang atau bahkan berhasil menguasai iptek mutakhir dewasa ini, tetapi jiwanya tidak selamat. Mereka semua membutuhkan Injil.
Masa mahasiswa merupakan masa yang cukup rawan, sebab pada masa ini terjadi kristalisasi nilai hidup dan kepribadian yang akhirnya akan memengaruhi setiap pengambilan keputusan atau karir. Situasi seperti ini mereka perlu mendapatkan penjelasan mengenai kasih karunia Allah dalam Yesus yang menyediakan keselamatan dan hidup kekal. Kasih Yesuslah yang akan membuat hidup mereka menjadi terarah, berarti, dan bermakna.
Hamba Tuhan, pendeta, ataupun majelis akan kesulitan untuk menjangkau mahasiswa, untuk itu mahasiswa Kristen yang sudah Allah tempatkan di kampus seharusnya mengambil bagian dalam tugas membawa mahasiswa kepada Yesus di kampus. Ladang pelayanan mahasiswa ini cukup strategis bila dijangkau oleh mahasiswa sendiri.
Untuk dapat menuai, kita harus menabur. Bila kita tidak mau menabur, maka tidak mungkin kita mengharapkan pohon yang tumbuh subur dan berbuah lebat. Jika kita mau mendapatkan benih yang sungguh-sungguh dapat bertumbuh dan nantinya diharapkan berbuah lebat kita harus menabur banyak. Hal ini mengingatkan bahwa tidak setiap benih yang kita tabur semua akan bertumbuh baik (Matius 13:1-23).
Diambil dari: | ||
Judul jurnal | : | Aletheia, Edisi 02, Tahun II |
Judul artikel | : | Membawa Mahasiswa Kepada Kristus |
Penulis | : | Hery Harjanto, SE |
Penerbit | : | Persekutuan Mahasiswa Kristen Surakarta |
Halaman | : | 13 -- 20 |