Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Penyebab Putus Asa
Kisah hidup Nehemia menggambarkan empat penyebab munculnya rasa putus asa. Saat Anda membuka Nehemia 4, Anda akan tahu bahwa Nehemia adalah seorang pemimpin berkebangsaan Yahudi yang kembali ke Israel dari Babilon untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Saat mereka mulai membangun tembok tersebut, mereka bekerja dengan giat dan penuh semangat. Namun, setelah bekerja selama beberapa waktu, mereka mulai putus asa.
Nehemia 4 menunjukkan mengapa orang Israel menjadi putus asa. Perhatikan saat mereka menjadi putus asa pada ayat 6 sampai 12.
"Tetapi, kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati. Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai tertutup, maka sangat marahlah mereka. Mereka semua mengadakan persepakatan bersama untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana. Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka. Berkatalah orang Yehuda: 'Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini.' Tetapi lawan-lawan kami berpikir: 'Mereka tidak akan tahu dan tidak akan melihat apa-apa, sampai kita ada di antara mereka, membunuh mereka dan ,menghentikan pekerjaan itu.' Ketika orang-orang Yahudi yang tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang memperingatkan kami: 'Mereka akan menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka.'" Nehemia 4:6-12)
Mungkin Anda pernah mengalami apa yang mereka alami. Mungkin Anda pernah mengalami hal semacam itu lebih sering daripada yang Anda ingat. Mungkin kini Anda sedang berputus asa. Kisah itu menunjukkan hal-hal yang membuat orang Yehuda berputus asa.
Empat Sebab Putus Asa
1. Kelelahan
"Berkatalah orang Yehuda: 'Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini.'" (Nehemia 4:10) Mereka telah bekerja dalam waktu yang lama dan mengalami kelelahan, baik secara fisik maupun emosi. Kapan kelelahan dan putus asa sering kali muncul? Lihat ayat 6: "Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati." (Nehemia 4:6) Kapan Anda sering kali menjadi putus asa? Saat Anda dalam setengah perjalanan mengerjakan sesuatu. Pernahkah Anda mengecat rumah? Anda bersemangat memilih warna catnya, dengan antusias menyiapkan ruangan, dan mulai mengecat dengan penuh semangat.
Anda berhenti sejenak untuk minum kopi saat sepertiga pengecatan telah selesai dilakukan, lalu Anda mengambil kuas cat lagi, lengan Anda mulai sakit, Anda melihat tetesan-tetesan cat di lantai dan baju Anda, dan Anda menyadari bahwa Anda baru setengah jalan. Hari mulai gelap dan Anda mulai khawatir. Anda melihat ke sekitar untuk mengetahui seberapa banyak yang masih harus dicat dan menyadari, bahkan jika Anda sudah selesai, Anda masih harus bersih-bersih. Lalu Anda mulai berputus asa. Kelelahan adalah penyebab nomor satu munculnya rasa putus asa. Itulah mengapa kita meninggalkan banyak pekerjaan yang setengah jadi, tidak utuh dan belum selesai.
2. Frustrasi
Perhatikan ayat 10, orang Yehuda berkata, "Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini." (Nehemia 4:10)
Mereka bukan hanya kelelahan, mereka juga frustrasi. Mereka mencoba membangun tembok baru, tetapi yang ada di sekitar mereka adalah puing-puing, reruntuhan, dan bongkahan semen-semen kering. Semua itu membuat mereka putus asa. Mereka kehilangan tujuan mereka karena pikiran mereka kacau oleh puing-puing tersebut. Saat kita memusatkan pikiran kita pada puing-puing dan bukannya kepada tujuan, kita sangat mudah menjadi putus asa. Selama bertahun-tahun, saya tidak membiarkan satu orang pun masuk ke ruang belajarku karena semuanya berantakan. Saya sangat disibukkan oleh kegiatan melayani, mengajar, menggembalakan, memimpin pelatihan, dan melakukan penelitian. Karena itu, saya tidak ada waktu untuk mengarsip berkas-berkas saya dan merapikan rak buku. Saya terus menunda beres-beres dan menjadi semakin frustrasi. Sampai-sampai ruangan saya menjadi gelap dan yang ada hanyalah jalan kecil dari pintu menuju komputer saya.
Maka, Paskah yang lalu, saya mulai bertindak. Saya menyingkirkan semuanya dari ruang belajar dan memulai lagi. Sekarang ruang itu rapi dan teratur karena saya menyingkirkan yang tidak penting ke gudang. Saya pun mulai menjual buku-buku saya. Puing-puing dalam hidup Anda adalah segala sesuatu yang membuat Anda berpaling dari prioritas yang harus Anda selesaikan. Semuanya yang membuat mata Anda berpaling dari misi Anda.
3. Kegagalan
Alasan ketiga mengapa rasa putus asa dapat muncul adalah karena adanya provokator. Dalam ayat 10 dikatakan, "Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini." Pikirkan hal tersebut. Siapa yang mengatakan "Kami tak sanggup membangun tembok ini"? Pasti ada seseorang yang memulainya. Sepertinya tidak mungkin mereka secara spontan bersama-sama mengatakan "Tak sanggup kami membangun tembok ini". Pasti ada seseorang yang berputus asa dan mengatakannya dengan kata "Kami", dan lainnya kemudian menerima hal tersebut dan mulai mengatakan hal yang sama -- mereka telah gagal dan hal itu akan segera menjadi kenyataan. Karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugas mereka sesuai dengan waktu yang telah mereka tetapkan sebelumnya, mereka hilang semangat dan menjadi tidak percaya diri. Hanya membutuhkan satu orang provokator seperti itu untuk menghancurkan moral sebuah tim. Jika orang-orang seperti itu ada di sekitar kita, sinisme, dan rasa putus asa tidak akan terelakkan. >
Faktanya hal itu tidak benar. Mereka dapat membangun kembali tembok itu. Hal ini bukan masalah kemampuan, tetapi motivasi. Bukan tidak bisa membangun, tetapi tidak mau membangun. Bagaimana Anda menangani kegagalan dalam hidup Anda? Apakah Anda berkata, "Aku tidak dapat menyelesaikan pekerjaan ini"? Apakah Anda mulai mengeluh? "Ini mustahil. Tidak bisa dilakukan. Mencoba melakukannya adalah suatu kebodohan. Ini konyol." Atau Anda menyalahkan orang lain? "Semua orang mengecewakanku. Mereka tidak melakukan bagian mereka." Perbedaan pemenang dan pecundang adalah bahwa pemenang melihat kegagalan sebagai suatu ketidaknyamanan yang sifatnya sementara. Kegagalan bukan akhir, tetapi dapat menjadi suatu kesempatan untuk belajar.
4. Ketakutan
"Tetapi lawan-lawan kami berpikir: 'Mereka tidak akan tahu dan tidak akan melihat apa-apa, sampai kita ada di antara mereka, membunuh mereka dan menghentikan pekerjaan itu.'" (Nehemia 4:11)
Perhatikan siapa yang mengatakan hal tersebut. Musuh mereka? Bukan, merekalah yang mengatakannya. Orang-orang Nehemia berkata "Lawan-lawan kami berpikir ...". Sebuah tembok yang mengitari kota melambangkan keamanan dan pertahanan, maka lawan-lawan itu tidak ingin temboknya selesai dibangun. Mereka awalnya mengkritik, kemudian mengejek, lalu mengancam orang Yehuda: "Kami akan membunuh kalian jika kalian terus membangun tembok." Perhatikan siapa yang menjadi putus asa. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang tinggal dekat lawan (Nehemia 4:12). Lalu mereka membuat yang lain menjadi kecil hati dengan mengatakan, "Mereka akan menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka."
Hal itu disebut "sindrom ayam kecil". Saat Anda bergaul lama dengan orang yang berpikiran negatif, Anda tahu apa yang akan terjadi? Anda akan terpengaruh pikiran negatif mereka. Pikiran tersebut menular. Jika Anda terus mendengar seseorang terus mengatakan kepada Anda, "Ini tidak dapat dilakukan," "Kamu akan gagal," "Kamu membuang waktu," cepat atau lambat kamu akan memercayai mereka. (t/Dian)
- Login to post comments