Home » Pengetahuan Umum » Bagaimana Aturan Emas Dapat Membantu Kita dalam Kontroversi
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Bagaimana Aturan Emas Dapat Membantu Kita dalam Kontroversi
Menjelang akhir Khotbah di Bukit , Yesus berkata, "Karena itu, segala sesuatu yang kamu ingin orang lain lakukan kepadamu, demikian juga kamu lakukan kepada mereka karena inilah isi Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi" (Matius 7:12, AYT). Pernyataan mendalam ini, yang kemudian dikenal sebagai Aturan Emas, membutuhkan sedikit penjelasan atau pemahaman dari bahasa Yunani yang terperinci untuk memahami maknanya. Intinya sangat jelas: lakukan kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda, dan dalam hal ini menaati perintah Kitab Suci.
Aturan Emas berlaku begitu luas untuk setiap bidang kehidupan sehingga banyak sekali anekdot dan rumusan yang dapat digunakan untuk menjelaskannya atau menerapkannya. Ini, tentu saja, bagian dari apa yang Yesus maksudkan ketika Dia berkata, "karena inilah isi Hukum dan Kitab Para Nabi." Prinsip yang sangat sederhana ini berlaku untuk semua aspek interpersonal dari Hukum Taurat.
Jadi, meskipun ada banyak cara yang dilakukan ketika meninjau tentang Aturan Emas, saya ingin berfokus pada bagaimana hal itu diterapkan pada orang Kristen saat menghadapi orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka. Apakah itu dengan orang percaya lain atau dengan orang-orang di luar agama, Aturan Emas harus membentuk cara kita terlibat dalam perdebatan.
Menerapkan Aturan Emas pada kontroversi tampaknya sangat mendesak dalam lingkungan budaya kita saat ini. Apakah itu isu-isu teologi, politik, sosial, atau sejumlah debat kontroversial lainnya, selalu ada topik untuk dibahas. Sayangnya, dalam diskusi berbasis media sosial kita yang didasarkan pada kalimat pendek dan poin-poin yang panjangnya hanya seukuran tweet daripada argumentasi yang berkelanjutan, debat telah direndahkan menjadi kekacauan digital dan kesimpulan tidak logis yang tidak berguna. Potensi anonimitas yang disediakan oleh media sosial tampaknya telah memengaruhi cara orang Kristen berdebat.
Mengikuti Aturan Emas dalam argumentasi dapat menyelesaikan banyak, jika tidak semua, dari masalah ini. Saya dapat memikirkan setidaknya empat cara untuk menerapkan Aturan Emas dalam percakapan dengan orang-orang yang tidak sependapat dengan Anda:
- Membaca (menafsirkan) orang lain dengan cara sebaik mungkin.
Seberapa sering Anda ingat mengatakan, "Saya tidak bermaksud seperti itu!" ketika Anda mendengar bagaimana seseorang menafsirkan kata-kata Anda? Secara pribadi, saya benci ketika seseorang menafsirkan apa yang saya katakan dengan cara terburuk. Oleh karena itu, untuk menerapkan Aturan Emas, saya memiliki kewajiban Kristen untuk menganggap yang terbaik dalam apa yang dikatakan seseorang. Bahkan, jika saya menemukan pernyataan itu bermasalah, saya harus mencoba menafsirkannya dengan cara sebaik mungkin (dengan cara yang sama seperti saya ingin diperlakukan). Salah satu cara termudah untuk meredakan konflik sejak awal adalah dengan mengatakan, "Mungkin mereka tidak bermaksud seperti itu."
Jadi, misalnya, tidak semua orang yang menyerukan "keadilan sosial" adalah seorang Marxis yang tergila-gila dengan Teori Kritis. Demikian juga, tidak semua orang yang menolak Teori Kritis dan istilah keadilan sosial adalah rasis yang tidak peduli dengan nasib orang lain. Beberapa orang pasti akan berbicara dengan cara yang salah atau sangat bermasalah, tetapi menitikberatkan pada hal itu sejak awal berarti gagal menerapkan standar yang sama yang ingin kita gunakan terhadap kata-kata kita sendiri.
- Menafsirkan argumen lawan Anda seakurat mungkin.
Tidak banyak hal yang membuat Anda lebih frustrasi daripada ketika argumen Anda diputarbalikkan dulu sebelum dibantah. Seringkali, pada akhir teguran seseorang terhadap posisi Anda, apa yang awalnya Anda bantah (atau setidaknya ingin didebat) tidak dapat dikenali. Untuk mengikuti Aturan Emas dalam debat, kita harus menafsirkan posisi yang sedang kita lawan seakurat mungkin juga dengan siapa kita berdebat.
Orang Kristen seharusnya tidak menjatuhkan manusia jerami (teknik debat di mana kita mengatakan bahwa lawan kita memercayai sesuatu yang sebenarnya tidak dia yakini, dan kemudian membuat argumen untuk menghancurkan dia - Red). Selain setia dalam menerapkan Aturan Emas, secara pragmatis itu membuat argumen Anda lebih kuat. Menjelek-jelekkan posisi seseorang bukanlah hal yang baik atau persuasif.
Ini berarti orang Kristen harus meluangkan waktu untuk memahami sepenuhnya apa yang dikatakan orang lain. Mengajukan pertanyaan klarifikasi seperti, "Ketika Anda mengatakan ini, apa maksud Anda?" atau "Saya mendengar Anda mengatakan ______, benarkah?" dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih baik sebelum Anda mengkritik posisi mereka.
- Menghindari sarkasme dalam debat serius.
Saya benci ketika saya menganggap sesuatu dengan serius dan orang yang saya ajak bicara memperlakukannya sebagai lelucon. Situs web seperti Twitter berkembang dari kritik dan tanggapan sarkastik terhadap isu-isu penting. Seringkali lebih mudah untuk menjadi lucu dan meremehkan daripada menjadi persuasif dan menarik. Orang Kristen yang ingin mengikuti Aturan Emas harus menghindari godaan ini.
Menggunakan komentar sarkastik atau komentar jenaka sering kali sangat kuat secara retoris. Sekaligus membuat Anda terlihat pintar dan tidak terganggu sementara membuat lawan atau posisinya terlihat konyol. Akan tetapi, orang Kristen harus menerima hilangnya kekuatan retorika untuk tujuan memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Memprioritaskan kebaikan dan kesopanan dalam perdebatan di atas kesembronoan atau perkembangan retoris.
- Ketika kita harus mengalami kegagalan, mengaku dan bertobatlah.
Saya sangat menghargai orang yang mengakui kesalahan mereka. Mengakui bahwa kita salah adalah hal yang dibenci dan sulit dilakukan secara universal. Itu merusak harga diri dan ego kita secara menyeluruh. Menerapkan Aturan Emas, bagaimanapun, berarti bahwa kita harus melakukan hal itu. Sebaliknya, itu juga berarti bahwa kita tidak boleh memuji diri sendiri ketika kita berada di pihak yang benar dalam sebuah diskusi. Ketika kita salah, respons yang benar adalah mengakuinya.
Ini juga berarti, bagaimanapun, bahwa ketika kita gagal mengikuti Aturan Emas dalam diskusi kita, apakah itu melalui interpretasi yang tidak baik, salah mengartikan posisi seseorang, menyerang mereka secara pribadi daripada memperdebatkan kualitas argumen mereka, atau menggunakan sindiran yang cerdas dibandingkan melakukan debat yang sehat, satu-satunya respons yang baik adalah bertobat dan meminta maaf.
Aturan Emas tidak berarti bahwa setiap orang harus setuju dan tidak boleh ada diskusi, tetapi bagi orang Kristen itu seharusnya menetapkan aturan keterlibatan. Ini harus mendorong debat yang lebih santun dan ramah yang menghormati orang lain, bahkan jika kita masih (kadang-kadang sangat) tidak setuju.
Menerapkan Aturan Emas pada kontroversi Kristen juga berarti melakukan semua ini bahkan (dan mungkin khususnya) ketika hal itu tidak ditanggapi secara timbal balik. Aturan Emas tidak boleh diterapkan hanya ketika seseorang layak mendapatkannya. Syukurlah, Yesus tidak memperlakukan kita sebagaimana kita layak diperlakukan. Sebaliknya, Dia menunjukkan kepada kita bagaimana mengasihi yang tidak layak dikasihi. Oleh karena itu, kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, bukan dari bagaimana mereka memperlakukan kita. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Radical |
Alamat situs | : | https://radical.net/articles/how-the-golden-rule-can-help-us-in-controversy/ |
Judul asli artikel | : | How the Golden Rule Can Help Us in Controversy |
Penulis artikel | : | Ryan Johnson |
- Login to post comments