Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Menanamkan Nilai-Nilai Kristiani pada Anak dan Remaja
Menanamkan nilai-nilai kristiani dengan dasar Alkitab pada anak-anak dan remaja merupakan suatu hal yang sangat penting. Amsal 22:6 berkata, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Proses pendidikan ini menuntut harga yang sangat mahal yang harus dibayar, khususnya oleh pihak orang tua. Jika tidak, penyesalan akan terus dibawa hingga napas terakhir.
Apa yang disebut dengan nilai-nilai kristiani dan bagaimana menanamkannya dalam kehidupan anak-anak dan remaja akan bersama-sama kita renungkan.
Nilai-Nilai Kristiani
Iman dalam Tuhan Yesus Kristus seharusnya merupakan iman yang hidup, yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Sikap dan tindakan tersebut disebut dengan nilai-nilai (values) yang merupakan standar yang ditetapkan Allah sendiri dalam firman-Nya, dan bukan standar yang ditetapkan oleh manusia. Beberapa nilai kristiani yang harus ditanamkan pada generasi berikutnya:
- Kebenaran (Truth) – kita harus memegang kebenaran dan mengajarkannya, yaitu kebenaran berdasar pada Alkitab. Dalam kebenaran ini juga terletak integritas dan kejujuran, yaitu adanya keselarasan antara apa yang dikatakan dan dilakukan (Matius 5:37).
- Kesalehan (Righteousness) – di sini, setiap orang percaya harus hidup berfokus dan berpusat pada Allah Bapa dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kesalehan berbicara tentang hubungan atau relasi kita dengan Allah dan kesederhanaan hidup. Ayub telah hidup dalam kesalehan, bergaul karib dengan Allah, sejak dia berusia remaja (Ayub 29:4).
- Kekudusan (Holiness) – ini merupakan syarat seseorang dapat melihat Allah dan masuk menghadap hadirat-Nya (Matius 5:8). Orang Kristen telah dipisahkan dari dunia yang gelap ini untuk tujuan khusus, yaitu sebagai garam dan terang. Kekudusan mencakup baik pikiran, perkataan, maupun perbuatan.
- Kesetiaan (Faithfulness) – sifat setia sangat diharapkan dimiliki oleh setiap orang percaya. Kesetiaan orang Kristen harus didasarkan pada kesetiaan Allah sendiri, yang dengan senantiasa menyertai kita. Hanya orang yang setia sampai mati yang akan memperoleh mahkota kehidupan (Wahyu 2:10b). Kesetiaan kepada Tuhan ini juga harus ditunjukkan dengan kesetiaan atau loyalitas dalam gereja lokal, kepada pasangan, dan hal lain yang dikehendaki Tuhan.
- Keutamaan (Excellency) – semangat untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama tentunya diilhami oleh Allah sendiri yang telah memberikan pemberian yang terbaik, yaitu Anak-Nya Yang Tunggal, bagi dunia (Yakobus 1:17). Kaidah Emas (Golden Rule) yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri harus terus kita pegang.
- Kasih (Love) – ini merupakan ciri kehidupan umat kristiani yang selalu dinantikan oleh orang-orang di sekitar kita. Kasih agape yang dinyatakan dengan kesediaan untuk menerima orang lain, mengampuni yang bersalah, dan menyalurkan berkat Tuhan bagi mereka yang membutuhkan. Semua orang percaya diperintahkan untuk menyatakan kasih ini, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama (Matius 22:37-39).
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
Untuk dapat menanamkan semua nilai di atas, aspek-aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak dan remaja perlu dipahami. Ada aspek perkembangan fisik, moral (Lawrence Kohlberg), mental (Jean Piaget), psiko-sosial (Erik Erickson), dan iman (James Fawler).
Untuk perkembangan iman, James Fawler telah mengelompokkan tahapan perkembangan dengan baik. Jika kita memahaminya, proses penanaman nilai tersebut akan menjadi lebih mudah.
1. Intuitive Projective Faith (0 -- 6 tahun)
Iman diperoleh dari orang tua; berpikir tentang Allah; penuh imajinasi dan fantasi; meniru iman orang lain; gambaran tentang Allah diserupakan dengan orang tuanya; mewarisi tradisi tentang Allah dan iman.
2. Mythic Literal Faith (6 -- 12 tahun)
Iman diperoleh dari cerita-cerita; pentingnya keanggotaan kelompok untuk identitas diri; berpegang pada cerita, aturan dan nilai otoritas, cerita diserap secara harafiah dan faktual; figur otoritas mengendalikan perspektif pribadi.
3. Synthetic Conventional Faith (12 -- remaja lanjut)
Iman diperoleh dari kelompok; gerakan pertama menuju iman pribadi; memilih kepercayaan, nilai, dan sifat-sifat bagi diri sendiri; pilihan tidak diambil secara reflektif/kritis; pemulihan tidak berasal dari norma komunitas; figur otoritas tetap penting.
4. Individuative Reflective Faith (remaja lanjut -- dewasa)
Membentuk imannya sendiri; komitmen pribadi akan iman, nilai-nilai dan tindakan; menjadi reflektif/kritis terhadap iman komunitas; diri sendiri menjadi sumber otoritas kepemilikan; tidak menyukai ketegangan antariman -- memilih satu untuk menyelesaikan ketegangan.
5. Conjunctive Faith (dewasa)
Iman yang dewasa dan terbuka; mampu menggandeng perspektif yang berbeda; mampu memandang kebenaran dari berbagai sudut; terbuka terhadap berbagai pandangan yang masih misteri; terbuka untuk kebenaran dan tradisi lain.
6. Universalizing (dewasa lanjut)
Iman yang dalam dan konsisten; tidak lagi berpusat pada diri sendiri; memandang dunia melalui pengalaman dan iman orang lain; menghargai orang lain dengan kasih Tuhan Pencipta; minat transendental terhadap satu komunitas.
Kiat-Kiat Menanamkan Nilai-Nilai Kristiani pada Anak dan Remaja
Berikut ini adalah kiat-kiat menanamkan nilai-nilai kristiani pada anak dan remaja.
1. Anak (0 -- 12 tahun)
- Memberikan teladan tentang nilai-nilai iman kristiani di atas.
- Menyediakan bahan-bahan cerita dalam media cetak atau elektronik.
- Menetapkan aturan-aturan dengan prinsip punishment and reward.
- Menyediakan diri untuk menjadi ‘sumber’ jawaban atas pelbagai pertanyaan mereka, dengan terus belajar dan menyederhanakan jawaban sesuai tingkat pemahaman anak-anak.
- Mengajak dan melibatkan anak-anak dalam pelbagai program pelayanan di gereja atau masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka.
2. Remaja (12 tahun -- remaja lanjut)
- Memaparkan segala sesuatu secara terbuka, termasuk mengakui kesalahan dan mencoba memperbaikinya.
- Menyediakan bahan-bahan pembinaan rohani, seperti buku renungan remaja, dsb..
- Mengizinkan mereka bergabung dengan kelompok pergaulan yang baik dan terarah.
- Menyediakan diri untuk menjadi tempat curhat mereka.
- Memberikan argumentasi yang jelas terhadap segala hal yang diperbolehkan atau dilarang.
- Mengizinkan Tuhan sendiri "mengajar" mereka.
Tentunya kiat-kiat di atas harus didahului oleh doa yang dinaikkan terus-menerus bagi mereka. Doa Ibu Monica berhasil membawa pertobatan yang radikal dalam kehidupan Agustinus. Ada kuasa yang mengubah dan memperbarui dalam doa!
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Blog MORELORD |
Alamat situs | : | https://petrusfs.com/2010/05/22/menanamkan-nilai-nilai-kristiani-kepada-anak-dan-remaja/ |
Judul artikel | : | Menanamkan Nilai-Nilai Kristiani kepada Anak dan Remaja |
Penulis artikel | : | Petrus F. Setiadarma |
Tanggal akses | : | 14 Juni 2017 |
- Login to post comments