Home » Bahan Pembina » Sikap yang Benar Terhadap Harta
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Sikap yang Benar Terhadap Harta
Ditulis oleh: Doni K.
1. LANDASAN ALKITAB
2. TUJUAN
Mendorong remaja untuk tidak mengutamakan kekayaan duniawi, melainkan memiliki motivasi yang benar dalam hal finansial.
3. REFLEKSI
Menjadi orang kaya dan banyak uang adalah mimpi kebanyakan orang. Percaya atau tidak, hampir setiap orang di dunia ini bekerja keras dengan motivasi untuk mendapatkan banyak uang meskipun ada beberapa orang yang memang bekerja keras dengan motivasi kemanusiaan, menyalurkan hobi atau hal-hal yang jauh dari hasrat mencari uang. Lalu, apakah menjadi orang kaya dan banyak uang adalah salah? Dan, apakah saat motivasi kita belajar adalah supaya kita dapat bekerja dan mengumpulkan banyak uang adalah sebuah kesalahan?
Para sahabat muda, mungkin orang tua Anda pernah berkata seperti ini, "Nak, kamu belajar yang tekun ya supaya nanti kamu menjadi anak yang pintar, bekerja mencari uang yang banyak, dan kelak kamu bisa menjadi orang yang kaya, sukses, dan memiliki banyak uang serta bisa membangun rumah besar dan membeli mobil yang bagus." Pesan seperti itu sering kali diberikan orang tua kepada anak-anak mereka yang masih sekolah. Sebab, setiap orang tua pasti tidak ingin melihat anaknya menjadi orang yang hidup dalam penderitaan dan kekurangan. Lalu, apakah ada yang salah dengan pesan tersebut? Apakah ketika orang tua berpesan kepada anaknya untuk menjadi orang kaya dan banyak uang adalah sebuah kesalahan?
Sebenarnya, pesan tersebut tidak sepenuhnya salah. Sebab, dalam kitab Amsal 6:6-8, firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan membenci orang yang malas tetapi mengasihi orang yang tekun. Sehubungan dengan kekayaan, Tuhan juga mengizinkan orang-orang tertentu untuk kaya, misalnya Ayub, Salomo, Daud, Abraham, dsb.. Namun, yang menjadi masalah adalah apabila pesan tersebut diterima dengan pemahaman yang salah dan tanpa penerangan dari firman Tuhan dan Roh Kudus.
Ketika orang tua kita memberi pesan kepada kita untuk tekun dan menjadi orang yang berhasil, itu adalah sesuatu yang baik apabila kita memahaminya sebagai ketekunan yang berdasarkan firman Tuhan. Tuhan menginginkan kita menjadi orang yang tekun belajar dan bekerja. Sebab, tanpa ketekunan dalam bekerja, kita hanya akan menjadi orang yang meminta, bukan memberi. Selain itu, jika kita ingin hidup layak dan diberkati, kita juga tidak dapat berdiam diri saja atau berdoa saja, kemudian menunggu berkat itu jatuh dengan sendirinya. Ingat, berkat adalah bagian Tuhan sedangkan, bekerja dengan tekun adalah bagian kita.
Lalu, bagaimana dengan pesan orang tua kita tentang kekayaan? Dalam hal ini, kitalah yang harus jeli memahami apa itu kekayaan serta bahayanya. Kebanyakan manusia (bahkan, orang tua kita sendiri) sering kali memahami kekayaan duniawi (uang, harta benda, dsb.) sebagai hal yang sangat penting. Jadi, tidak heran jika kita menemui banyak orang yang bekerja keras hanya untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga mereka dapat memuaskan keinginan dengan membangun rumah yang megah, membeli mobil mewah, memakai baju yang bagus dsb.. Sesudah itu, mereka akan bermegah atas kekayaan yang mereka miliki dan sombong karena telah menjadi orang yang kaya. Dan, pada akhirnya, mereka menganggap rendah orang lain, dan yang lebih parah lagi, lebih mengutamakan hartanya dibandingkan Tuhan.
Dalam Matius 6:19-24, Yesus mengatakan bahwa sebagai anak Tuhan, tidak baik apabila hati dan pikiran kita dipenuhi dengan hasrat untuk menjadi kaya. Sebab, kekayaan yang penting sesungguhnya adalah kekayaan rohani (pengetahuan akan firman Tuhan, pengenalan akan Allah yang benar dan iman). Sebagai orang percaya, kita harus sadar bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, sedangkan kehidupan kita yang kekal ada di surga. Oleh sebab itu, Tuhan menginginkan kita untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta di surga karena harta di surga bersifat kekal, sedangkan harta di dunia bersifat sementara. Bahaya lainnya adalah ketika kita memiliki hasrat untuk mengumpulkan harta hanya untuk kepuasan dan kedagingan semata. Sebab, jika kita bersikap seperti itu, lama-kelamaan hati kita akan condong kepada harta duniawi dan tidak lagi mengutamakan Tuhan. Dalam Matius 6:24 dikatakan bahwa kita tidak bisa mengasihi uang (harta) dan Tuhan sekaligus, sebab tidak mungkin manusia mengasihi Tuhan dan uang dengan kasih yang sama. Dengan kata lain, manusia hanya bisa mencintai atau mengutamakan Tuhan saja atau uang saja. Dan, apabila manusia sudah mulai mencintai uang, dia tidak lagi mengasihi Tuhan. Orang-orang yang memiliki hasrat untuk mengumpulkan harta yang banyak, tidak mungkin masih menganggap Tuhan sebagai yang utama. Sebab, motivasi hidupnya sudah lain, yaitu mencari uang, bukan memuliakan Tuhan. Itulah sebabnya, kita perlu berhati-hati ketika sudah mulai memiliki keinginan atau nafsu untuk menjadi kaya. Jangan-jangan, kita sudah memiliki motivasi yang salah dalam hidup ini. Dan, pada akhirnya, kita menyembah "mamon".
4. DISKUSI
1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan kekayaan duniawi?
2. Apa yang dimaksud dengan kekayaan surgawi?
3. Mengapa Tuhan melarang kita untuk mengumpulkan harta di bumi?
4. Mengapa Tuhan meminta kita untuk mengumpulkan harta di surga?
5. Apakah memiliki keinginan untuk kaya adalah salah? Mengapa?
6. Bagaimanakah kita seharusnya menggunakan kekayaan kita?
7. Apakah maksud perkataan Yesus yang tertulis dalam kitab Matius 6:24?
5. APLIKASI
Bagi Anda yang masih muda, tidak masalah apabila Anda memiliki cita-cita yang tinggi. Mungkin, Anda ingin menjadi seorang dokter, pilot, pengusaha, guru dsb. sehingga Anda mendapatkan banyak uang. Namun, Anda harus ingat bahwa apa pun yang kita kerjakan adalah untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kekayaan kita sendiri. Apabila Anda dipercaya Tuhan untuk menjadi orang kaya, biarlah Anda menggunakan kekayaan Anda untuk memuliakan Tuhan.
Melalui pelajaran ini, marilah kita belajar untuk:
1. Tekun belajar dan bekerja supaya menjadi orang yang berhasil dan memuliakan Tuhan dengan keberhasilan yang kita peroleh.
2. Memiliki motivasi yang benar ketika bekerja, yaitu memuliakan Tuhan, menjadi saksi dan menjadi berkat bagi orang lain di tempat kita bekerja.
3. Mempergunakan kekayaan kita dengan benar, yaitu untuk pelayanan pekerjaan Tuhan dan menolong orang lain.
4. Lebih mengutamakan Tuhan daripada uang.
Sumber bacaan: | ||
|
- Login to post comments