Home » Pemuda Kristen » Sebuah Panduan untuk Refleksi Diri
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Sebuah Panduan untuk Refleksi Diri
Dari Course 201 Bab 1, Kekudusan Allah: Kebiasaan-kebiasaan yang Harus Dibentuk.
Refleksi diri adalah salah satu kebiasaan yang perlu kita bentuk sebagai cara untuk menempatkan diri kita secara akurat dalam konteks kekudusan Allah.
Akan tetapi, seorang Kristen adalah orang yang telah melihat dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang telah ia lakukan. Ia telah melihat pelanggarannya, kesalahannya, dan dosanya. Ia menyadari makna dari tindakannya. Ia menyadari bahwa ia telah berdosa terhadap Allah; dan ia telah melihat bahwa naturnya yang sebenarnya adalah berdosa. Saya menyebutnya "orang berdosa yang sadar," menghadapi dirinya sendiri dan menyadari kebenaran awal tentang dirinya sendiri. [1]
- Martin Lloyd-Jones, Out of the Depths [Keluar dari Kedalaman, Red.] (penekanan ditambahkan)
Segera setelah kita sendirian, ... kekacauan batin terbuka di dalam diri kita. Kekacauan ini bisa sangat mengganggu dan membingungkan sehingga kita tidak sabar untuk kembali sibuk. Oleh karena itu, memasuki ruang pribadi dan menutup pintu, tidak berarti bahwa kita segera menutup semua keraguan, kecemasan, ketakutan, kenangan buruk, konflik yang belum terselesaikan, perasaan marah, dan keinginan impulsif kita. Sebaliknya, ketika kita telah menyingkirkan gangguan dari luar, kita sering mendapati bahwa gangguan dari dalam diri kita muncul dengan kekuatan penuh. Kita sering menggunakan gangguan luar untuk melindungi diri kita dari suara-suara dari dalam. ...
Hal ini membuat disiplin untuk menyendiri menjadi semakin penting. [2]
- Henri Nouwen, Making All Things New (Membuat Segala Sesuatu Menjadi Baru, Red.)
Refleksi diri haruslah berupa catatan tertulis dari suatu periode disiplin pemikiran tentang suatu kejadian, atau bahkan momen yang sudah berlalu, yang tampak signifikan.
Beberapa Tips untuk Membantu Mengamati dan Merefleksikan Diri
Langkah # 1 - MEMBUAT DAFTAR FAKTA
Telusuri fakta-fakta dengan menggunakan 5 pertanyaan - Siapa, Apa, Kapan, Di mana, Mengapa
Di sinilah Anda ingin meninjau kembali hal yang terjadi dengan seakurat mungkin. Anda bisa membuat daftar fakta-fakta dasar dari situasi tersebut secara kronologis. Berfokus pada fakta-fakta akan menghentikan rasionalisasi dan pembenaran emosi. Misalnya, daripada mengatakan, "Saya merasa dia menyerang saya dengan kata-katanya, jadi saya merespons dengan cara ini," lebih baik nyatakan saja fakta-fakta yang objektif: "Saya membentak teman sekamar saya."
Langkah #2 - MENGEKPLORASI
Berdasarkan beberapa fakta, Anda dapat mulai mengeksplorasi beberapa pertanyaan untuk membantu Anda berpikir, seperti
Dunia akan melakukan segalanya untuk mencegah Anda menghadapi diri Anda sendiri.
* Mengapa saya mengatakan itu? Mengapa saya melakukan itu?
* Apa yang saya rasakan ketika saya melakukan itu?
* Apa yang ada di dalam pikiran saya?
* Apa saja peristiwa yang terjadi sebelum kejadian ini?
Langkah #3 - TANYAKAN, APA YANG TERUNGKAP DARI HAL INI TENTANG SAYA?
Setelah meninjau fakta-fakta dan mengeksplorasi alasan Anda bereaksi atau merasa seperti itu, sekarang Anda dapat bertanya pada diri sendiri, "Apa yang diungkapkan oleh kejadian ini tentang saya?" Berikut adalah beberapa pertanyaan yang mungkin dapat membantu:
* Apa yang ditunjukkan oleh hal ini tentang apa yang mendorong saya?
* Apa yang ditunjukkan oleh hal ini tentang apa yang terjadi di dalam diri saya?
* Apa yang ditunjukkan oleh hal ini mengenai pandangan saya terhadap... (orang lain, Allah, diri saya sendiri)?
* Apa yang ditunjukkan oleh hal ini tentang apa yang penting bagi saya?
Jangan gunakan banyak jargon dan cobalah untuk tidak terlalu dramatis dalam bahasa. Misalnya, "Saya merasa tidak pantas memikul salib Yesus!" Cobalah untuk menggunakan bahasa yang sederhana sebanyak mungkin.
Langkah #4 - FIRMAN ALLAH
* Bagaimana Injil berbicara kepada saya pada saat ini?
* Apa yang benar dan nyata menurut firman Allah?
* Bagaimana firman Allah memberikan teguran dan koreksi (2 Timotius 3:16) kepada Anda mengenai situasi ini?
Seringkali, orang terjerumus ke dalam pusaran menyalahkan diri sendiri, atau mereka mungkin merasa puas hanya dengan mengidentifikasi kesalahan yang telah mereka lakukan dan berhenti sampai di situ. Jika Anda tidak melewati langkah ini, Anda dapat meninggalkan Allah sepenuhnya dari pergumulan Anda. Terkadang dalam perenungan dan pertobatan seseorang, mereka berkomitmen untuk tidak pernah melakukan sesuatu lagi dengan cara yang sangat didorong oleh diri sendiri, tanpa melalui proses penuh untuk melihat diri mereka sendiri dan keberdosaan mereka sendiri dalam terang siapa Allah itu. Mereka akhirnya kehilangan kasih karunia Allah dan pengampunan-Nya yang dinyatakan melalui firman-Nya.
Kebenaran mungkin menyakitkan, tetapi yang terbaik adalah menghadapi kebenaran. Firman Allah akan relevan dan berkuasa ketika ada penerimaan dan penemuan kebenaran yang tepat. Pada dasarnya, kita memiliki lapisan-lapisan penipuan diri, penyangkalan, rasionalisasi, pembenaran, dll. Menulis refleksi diri dapat membelah semua itu dan membantu Anda mendapatkan kebenaran tentang diri Anda. Dan, tentu saja, yang kita inginkan adalah kebenaran tentang diri kita sendiri! Itu adalah sesuatu yang tidak dimiliki atau dianggap penting oleh banyak orang.
Di atas segalanya, jadilah jujur. Allah ingin berdialog dengan kita.
18Datanglah sekarang, dan marilah kita beperkara bersama! firman TUHAN,
Sekalipun dosa-dosamu seperti kirmizi,
itu akan menjadi seputih salju;
sekalipun dosa-dosamu merah seperti kain kesumba,
itu akan menjadi seperti bulu domba.
Pada akhirnya, Allah ingin berdialog dalam kebenaran sehingga kita dapat dipulihkan dan menjadi putih seperti salju.
Ada kebebasan ketika Anda tahu bahwa Anda telah mengakui, bertobat, dan memproses sampah di dalam diri Anda dengan benar. Ada pengenalan diri dan, dengan itu, tumbuh penghargaan akan kasih dan anugerah Allah yang kudus.
Izinkan saya mengajukan pertanyaan sederhana pada titik ini: "Sudahkah Anda menghadapi diri Anda sendiri?" Lupakan orang lain. Peganglah cermin di hadapan diri Anda sendiri, lihatlah ke belakang di sepanjang hidup Anda, lihatlah hal-hal yang telah Anda pikirkan, lakukan dan katakan, lihatlah jenis kehidupan yang Anda jalani... Panggilan pertama bagi manusia di hadapan Allah adalah untuk jujur, berhenti berdebat dan menghadapi dirinya sendiri. Biarlah ia memeriksa dirinya sendiri... Tidak ada harapan bagi orang yang tidak melakukan hal itu, dan kebenaran tentang dunia modern adalah bahwa orang-orang melarikan diri dari hal ini... [melakukan] apa saja untuk mengisi hidup mereka dan membuat mereka tidak berpikir. Saya katakan bahwa Anda harus berjuang untuk hidup Anda dan Anda harus berjuang untuk jiwa Anda. Dunia akan melakukan segalanya untuk mencegah Anda menghadapi diri Anda sendiri. Sahabatku, izinkan saya menghimbau Anda. Lihatlah diri Anda sendiri. Lupakan semua orang dan segala sesuatu yang lain. Ini adalah langkah pertama dalam pengenalan akan Allah dan dalam pengalaman
keselamatan-Nya yang mulia. [3]
- Martyn Lloyd-Jones, Out of the Depths [Keluar dari Kedalaman, Red.] (penekanan ditambahkan)
[1] Lloyd-Jones, David Martin. Out of the Depths: Restoring Fellowship with God[Keluar dari Kedalaman: Memulihkan Persekutuan dengan Allah, Red.]. Wheaton, Illinois: Crossway Books. 1995. p.49.
[2] Nouwen, Henri. Making All Things New: An Invitation to the Spiritual Life. (Membuat Segala Sesuatu Menjadi Baru: Sebuah Undangan kepada Kehidupan Rohani, Red.) New York, New York: HarperSanFrancisco. 1981. hlm. 70-71.
[3] Lloyd-Jones, David Martin. Out of the Depths: Restoring Fellowship with God (Keluar dari Kedalaman: Memulihkan Persekutuan dengan Allah, Red.) Wheaton, Illinois: Crossway Books. 1995. hal.24-25.
(t/Jing-jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Gracepoint |
Alamat situs | : | https://gracepoint-berkeley-devotions.org/ |
Judul asli artikel | : | A Guide to Self-Reflection |
Penulis artikel | : | Tim Gracepoint |
- Login to post comments