Home » Kepemimpinan » Seni Memotivasi Orang Lain
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Seni Memotivasi Orang Lain
Anak saya, Ron, menjadi pemain hoki saat dia duduk di bangku SMA dan universitas. Saya tidak akan pernah melupakan salah satu pertandingan yang dimainkannya. Dalam dua babak pertama, dia dan timnya bermain sangat buruk. Mereka tampak lambat meluncur di atas es; tidak agresif baik dalam bertahan maupun menyerang, dan tidak mampu mencetak skor.
Namun, sekembalinya mereka dari ruang ganti pada akhir babak kedua, mereka menjadi tim yang sangat berbeda. Mereka bermain cepat dan agresif. Mereka mencetak empat gol dan akhirnya memenangkan pertandingan dengan keunggulan satu angka.
Saat saya berjalan ke ruang ganti untuk memberi selamat kepada tim dan anak saya -- yang mencetak dua gol -- saya memikirkan perbedaan besar antara dua babak pertama dan babak akhir pertandingan. Mereka adalah pemain yang sama, yang kemampuannya juga sama, serta menghadapi lawan yang sama. Namun, cara mereka bermain di kedua babak pertama dan babak akhir pertandingan itu berbeda.
Saya bertanya pada anak saya apa yang membuat perbedaan itu. Ia berkata, "Kami berdiskusi sedikit. Karena beberapa hal, kami belum panas di awal pertandingan, namun kami benar-benar termotivasi pada saat babak ketiga dimulai dan akhirnya dapat memenangkan pertandingan."
Seorang pemimpin tidak akan berhasil jika para pengikutnya tidak termotivasi untuk berhasil. Seperti yang ditunjukkan tim hoki itu, tidak penting seberapa besar kemampuan para pengikut Anda; jika mereka tidak termotivasi, mereka tidak akan melakukan segala sesuatu dengan baik dan mencapai tujuan. Pemimpin harus menyadari bahwa salah satu fungsi utamanya adalah memotivasi para pengikutnya.
Mendefinisikan Motivasi
Beberapa pemimpin paling efektif terkadang bingung tentang bagaimana memotivasi seseorang atau kelompok. Setelah pertandingan hoki itu, saya berkesempatan menemui pelatih tim dan bertanya apa rahasianya sehingga dapat memotivasi timnya dengan sangat baik, "Myron, andai saja saya tahu. Jika saya tahu caranya, kami pasti sudah menjadi kaya!"
Saat Ron mandi dan mengemasi alat hokinya, saya berdiskusi dengan pelatihnya tentang pentingnya motivasi dalam membantu timnya melakukan yang terbaik. Dia berkata, "Yang menakjubkan dari motivasi adalah apa yang berhasil diterapkan pada suatu waktu kepada seseorang atau kelompok, biasanya tidak akan berhasil diterapkan pada waktu yang lain." Ia telah melatih siswa SMA selama lebih dari 10 tahun. Ia menjelaskan bahwa persiapan mental adalah sama pentingnya dengan peningkatan keterampilan dan persiapan fisik dalam olahraga.
Perkataan pelatih itu benar, dan berlaku juga dalam segala aspek kehidupan. Motivasi berhubungan dengan persiapan mental seseorang atau kelompok. Kebanyakan pemimpin mengerti pentingnya mengajar para pengikut mereka dasar-dasar tugas mereka, namun kebanyakan dari mereka berhenti sampai di situ saja dan gagal membantu para pengikutnya siap secara mental.
Motivasi adalah dorongan dalam diri yang membuat kita bertindak. Semakin besar motivasinya, semakin besar dorongannya.
Prinsip-Prinsip Motivasi
Motivasi harus memiliki target. Motivasi selalu diarahkan pada tindakan yang spesifik. Semakin besar motivasinya, semakin besar dorongannya untuk bertindak atau mencapai tujuan. Setelah pertandingan, Ron berkata, "Karena beberapa hal, kami belum panas di awal pertandingan." Ia tidak bermaksud mengatakan bahwa mereka tidak mau memenangkan pertandingan. Jika Anda bertanya pada mereka apakah mereka mau memenangkan pertandingan, mereka akan menjawab, "Tentu saja!" Mereka akan menganggap pertanyaan itu pertanyaan bodoh. Namun, motivasi selalu berhubungan dengan emosi kita.
Ingatlah bahwa tujuan tidak akan pernah tercapai tanpa tingkat motivasi yang benar. Tidak cukup hanya menetapkan tujuan; banyak orang menetapkan tujuan, namun tidak pernah mendekati tujuan itu. Setiap pengikut harus sangat termotivasi untuk mencapai tujuan. Agar mereka dapat termotivasi, mereka harus fokus pada satu tindakan atau tujuan yang spesifik.
Mustahil bagi Anda untuk memotivasi orang lain. Anda tidak bisa memotivasi orang lain. Anda dapat menjelaskan perlunya motivasi dan membantu menciptakan lingkungan yang memotivasi, namun motivasi berasal dari dalam diri setiap pengikut.
Sasaran dan Motivasi
Tujuan adalah apa yang memotivasi Anda untuk bertindak, begitu juga dengan sasaran. Tujuan berbicara tentang mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan, dan sasaran berbicara tentang apa yang akan saya lakukan, seberapa banyak yang harus saya lakukan, dan kapan apa yang saya lakukan itu selesai. Seperti tujuan, sasaran harus memainkan peran penting dalam memotivasi kita untuk bertindak.
Agar sasaran-sasaran menjadi sesuatu yang motivasional, para pengikut harus ikut serta dalam proses penetapan tujuan. Namun, seperti itu saja tidak akan menjamin sasaran yang ditetapkan akan membuat mereka termotivasi.
Agar menjadi sesuatu yang motivasional, sasaran-sasaran itu harus:
- Memenuhi Kebutuhan atau Keinginan
Para pemimpin harus memastikan bahwa sasaran yang ditetapkan akan membantu memenuhi keinginan atau kebutuhan orang-orang yang berjuang mencapai sasaran itu. Jika seseorang diharuskan mencapai sasaran yang tidak memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka, mereka akan cenderung berkecil hati.
- Secara Efektif Menggunakan Keterampilan
- Masuk Akal
Kita harus selalu mengingat bahwa gereja kita ada bukan untuk kepentingan para pemimpin kita; para pemimpin itu ada untuk kepentingan gereja kita. Pemimpin Kristen yang menggunakan gereja sebagai platform untuk mempromosikan sasaran pribadi tak ubahnya seperti orang-orang Yahudi yang Yesus sebutkan di Matius 20:25, yang memerintah para pengikutnya dengan tangan besi. Banyak pemimpin di gereja yang mengunakan jemaatnya untuk mencapai sasaran pribadi mereka sendiri, bukannya melayani jemaat dengan membantu mereka mengenali sasaran yang memungkinkan mereka untuk menggunakan talenta mereka. Gereja kita dipenuhi dengan orang-orang dengan talenta yang berlimpah yang tidak digunakan karena tidak ada yang menyingkapkan talenta mereka dan membantu mereka menetapkan sasaran untuk menggunakan talenta itu dalam usaha memenuhi tujuan gereja. Setiap orang harus merasa dibutuhkan dan berkontribusi.
Saat pemimpin membantu menetapkan sasaran, ia harus memastikan bahwa sasaran itu masuk akal. Jika standar dan syaratnya terlalu tinggi, maka hasilnya para pengikut akan merasa kecil hati. Sasaran-sasaran yang tidak masuk akal mungkin dapat membuat para pengikut menyerah.
Alat Motivasi Paling Penting
Pemimpin sekuler dibatasi kepalsuan manusia saat ia berurusan dengan hal memotivasi orang lain. Namun, pemimpin Kristen memiliki alat motivasi yang paling penting dan efektif, yakni Alkitab. Ada beberapa prinsip alkitabiah yang harus diterapkan oleh seorang pemimpin dalam membantu para pengikutnya agar termotivasi.
Bantu mereka mengembangkan sudut pandang yang benar akan Allah dan kuasa-Nya. Memahami kuasa Allah adalah kunci penting motivasi pribadi. Yeremia menulis tentang kuasa Allah, "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!" (Yeremia 32:17). Tidak ada yang terlalu sulit bagi Allah! Menyadari hal itu adalah sumber motivasi yang sangat baik.
Efesus 3:20 menjelaskan kuasa Allah yang diberikan pada kita: "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita." Kebenaran alkitabiah yang luar biasa ini membantu saya tetap termotivasi dalam menjalani masa-masa sulit dalam hidup.
Bantu mereka memahami posisi mereka dengan Allah. Banyak orang Kristen yang tidak memahami hubungan mereka dengan Allah saat mereka telah mengundang Yesus Kristus masuk dalam kehidupan mereka dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Orang Kristen tidak hanya diampuni dosanya dan memperoleh kehidupan kekal, namun kita juga adalah anak-anak Allah -- keluarga-Nya. "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia." (Roma 8:16-17)
Kita bukan hanya anak-anak Allah; namun kita juga memiliki hak istimewa atas segala milik-Nya. Kesadaran saya akan posisi saya sebagai anak Allah sangat membantu saya untuk menjadi termotivasi.
Jika Anda merasa kecil hati dan patah semangat, saya menantang Anda untuk meluangkan waktu sehari merenungkan Efesus 3:20 dan Roma 8:16-17. Anda akan kagum bagaimana kebenaran-kebenaran itu akan memotivasi Anda untuk lebih beriman kepada Allah dan bertindak positif dalam segala permasalahan hidup.
Suasana Pemicu Motivasi
Pemimpin memainkan peran penting dalam memotivasi orang lain karena mereka bertanggung jawab menciptakan suasana yang membangkitkan motivasi. Berikut beberapa kuncinya.
Tekankan pentingnya latar belakang. Latar belakang kelompok adalah motivator yang sangat penting. Itulah yang akan membuat para pengikut mengikuti pemimpinnya. Itulah yang memercikkan antusiasme mereka. Dan itulah yang akan membuat mereka bertahan dalam masa suka dan duka. Saat para pengikut kehilangan latar belakang atau tujuan dan tidak lagi tahu mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan, mereka tidak akan peduli lagi. Jika kita tidak lagi tahu mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, kita tidak akan termotivasi lagi.
Itulah mengapa Yesus terus menekankan latar belakang-Nya dalam melayani. Saat Dia memulai pelayanan-Nya, Ia menantang para pengikut-Nya dengan mengatakan, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Matius 4:19). Saat Ia mengakhiri pelayanan-Nya, Ia berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19). Dari awal sampai akhir pelayanan-Nya, Yesus tidak pernah berhenti menekankan tujuan-Nya. Para murid-Nya mewartakan Injil ke seluuruh dunia hanya dalam beberapa tahun karena mereka masih termotivasi dengan latar belakangnya. Tekankan latar belakang tujuan dan arti pentingnya.
Biarkan para pengikut tahu bahwa mereka penting dan diperlukan. Yesus adalah ahlinya dalam hal ini. Ia mengatakan, "Kamu adalah garam dunia" dan "Kamu adalah terang dunia" (Matius 5:13-14).
Apresiasi Yesus terhadap para murid-Nya adalah salah satu faktor yang membuat-Nya menjadi Pemimpin besar. Ia tidak pernah meninggikan diri. Ia selalu mendorong para murid-Nya. Pernah Ia berkata, "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;" (Yohanes 14:12).
Sungguh suatu penyataan yang motivasional! Saat saya baca ayat itu, saya selalu teringat akan pelatih basket saya yang mengatakan, "Jika kamu terus berlatih, suatu hari nanti kamu akan lebih hebat daripada saya." Saya tidak pernah melupakan dampak dari perkataannya. Saya pikir, "Wow, jika saya dapat lebih hebat daripada dia hanya dengan terus berlatih, maka saya akan terus berlatih."
Jika Anda ingin para pengikut Anda termotivasi, biarkan mereka tahu betapa mereka sangat penting.
Fokus pada kekuatan mereka, bukan kelemahan mereka. Orang akan menjadi tidak hanya termotivasi, namun juga produktif, saat mereka melakukan sesuatu dalam bidang kekuatan mereka.
Saya kenal seseorang bernama Dr. Samuel Bradberry. Ia bekerja sangat baik sebagai konselor lintas budaya suatu organisasi misi. Karena performa kerjanya yang sangat bagus, ia ditawari dan kemudian menerima tugas administratif di organisasi itu. Namun, pekerjaan barunya malah membuatnya frustrasi dan kecil hati. Untungnya, atasannya mengetahui hal itu dan segera mengembalikannya ke posisi pekerjaannya semula. Atasannya adalah seorang pemimpin yang bijaksana. Ia tahu bahwa seseorang akan lebih termotivasi dan produktif saat diizinkan fokus pada apa yang menjadi kekuatannya dan membantunya mendapatkan pekerjaan di mana ia dapat memberi banyak kontribusi.
Selalu serang masalahnya, jangan orangnya. Jika seseorang melakukan sesuatu dengan tidak baik, seranglah masalah orang tersebut, bukan orangnya. Fokus pada aspek objektif lemahnya performa pengikut Anda; jangan serang karakter pribadinya. Serangan karakter (misalnya, menuduh orang itu malas) hanya akan membuatnya bersikap defensif. Mengurus masalahnya akan berujung pada hasil yang positif; menyerang karakter seseorang hanya akan berujung pada konflik dan menurunnya motivasi.
Berikan respons yang tepat. Respons yang tepat meliputi pujian untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan kritik yang membangun. Perumpamaan tentang talenta di Matius 25 memberikan gambaran prinsip-prinsip yang sangat baik dalam memberikan respons yang tepat. Dalam perumpamaan ini, sang tuan pergi dan memercayakan hartanya kepada hamba-hambanya. Saat sang tuan pulang untuk memuji, mempromosikan, dan memberi bonus kepada dua hamba yang selama ditinggal pergi telah produktif, ia memberikan kritikan membangun pada salah seorang hambanya yang tidak produktif dan kemudian memecatnya.
Yesus Kristus memuji dan memberikan kritik membangun jika memang diperlukan. Dalam Lukas 10:38-42, kita melihat Yesus memberikan kritikan yang membangun pada Martha karena terlalu sibuk, dan memuji Maria, saudarinya, karena mengutamakan hal yang benar.
Berikut adalah beberapa panduan dalam memberikan kritikan yang membangun.
- Jangan hanya mengkritik; berikan dorongan agar di kemudian hari menjadi lebih baik.
- Jangan meminta seseorang menyelesaikan masalah sampai Anda memberikannya kesempatan untuk mengusulkan sebuah solusi.
- Saat solusi sudah ada, biarkan orang itu mencobanya lagi untuk memperbaiki kesalahannya.
- Saat kesalahan sudah diperbaiki, pastikan Anda memujinya. (t/Dian)
- Login to post comments