Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Bakat, Talenta, Karunia - Apa Bedanya?
KARUNIA ROH
1 Korintus 12: 7 “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”
Seringkali kita menggunakan 3 istilah berikut secara “rancu” dan karena kita sering menggunakannya untuk “maksud” yang sebenarnya sama, maka arti 3 istilah tsb akhirnya menjadi “membingungkan”. Nah, apakah 3 istilah yang dimaksud?
1. Bakat
2. Talenta
3. Karunia
Apa beda arti ketiga istilah tsb di atas?
Bakat, dalam bahasa Inggris memang disebut “talent” dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “talenta”. Tetapi, arti istilah bakat sebenarnya tidak sama dengan TALENTA seperti yang ditulis dalam Alkitab. Karena istilah talenta dalam Alkitab (misalnya: dalam perumpamaan tentang talent) tidak berbicara tentang bakat, melainkan satuan nilai UANG pada zaman itu, yang setara dengan 6000 dinar. Dimana 1 dinar = upah bekerja selama sehari. Talenta lebih cocok bila diartikan sebagai SEJUMLAH modal yang Tuhan titipkan pada diri kita. Dalam perumpamaan tentang talenta, kita tahu bahwa ada yang dititip 5 talenta, 3 talenta, dan 1 talenta. Artinya, memang “modal” setiap orang tidaklah sama. Namun tugas dan tanggung jawabnya sama, yaitu: masing-masing harus mengupayakan modal tsb agar berbuah atau berlipat ganda. Di dalam bagian Alkitab lain dikatakan bahwa “barangsiapa diberi lebih, juga akan dituntut lebih”. Artinya, bila seseorang dititip oleh Tuhan “modal” dalam jumlah besar, maka Tuhan pun akan menuntut “modal” tsb kembali dalam jumlah yang besar. Contoh sederhananya: bila seseorang memiliki banyak kemampuan, maka dia tentu dituntut lebih banyak dibanding orang lain yang hanya memiliki sedikit kemampuan. Demikian pula bila seseorang memiliki pengetahuan yang luas dan banyak, kepadanya pun akan dituntut untuk menghasilkan karya / buah sesuai dengan “modal” pengetahuan yang dimilikinya tsb. Di sini terdapat unsure keadilan. Barangsiapa memiliki banyak, akan dituntut banyak pula!
Nah, kembali pada pengertian BAKAT. Bakat umumnya diartikan sebagai sifat atau kecenderungan bawaan dalam diri seseorang yang diperolehnya karena faktor keturunan. Memang masih ada banyak perdebatan mengenai hal ini. Benarkah kemampuan seseorang itu ditentukan oleh bakat (nature) atau oleh pembentukan lingkungan (nurture). Selain itu, juga muncul pertanyaan lain: kalaupun kemampuan seseorang ditentukan oleh “bakat” yang dibawanya sejak lahir, bisakah kita mengenali bakat tsb? Dan masih ada satu sanggahan lagi, sehubungan dengan teori tentang bakat: kalaupun seseorang “berbakat” sesuatu, namun bila ia tidak melatih diri dan secara serius mengembangkannya, apakah “bakat”nya tsb bisa tumbuh menjadi keahlian / kompetensi. Ujung-ujungnya adalah, tidak terlalu penting sebenarnya, bakat itu ada atau tidak, ataukah bisa dikenali sejak dini atau tidak. Karena ada hal LAIN yang jauh lebih penting, yaitu: bagaimana kita bisa melatih dan mengembangkan diri agar bisa memiliki pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan tertentu yang kelak bakal berguna, baik untuk diri sendiri maupun untuk menjadi berkat bagi orang lain!
KARUNIA memiliki pengertian yang sama sekali berbeda dengan bakat ataupun talenta. Karunia adalah suatu kemampuan tertentu (khusus) yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya dengan tujuan khusus pula, yaitu: agar orang percaya tsb dapat melakukan pekerjaan yang Tuhan tugaskan baginya semasa hidupnya di dunia ini.
Kita tidak bisa memilih karunia jenis apa yang kita inginkan. Kita juga tidak bisa meminta pada Tuhan agar diberi karunia X atau karunia Y. Karena karunia diberikan oleh ROH kepada setiap orang percaya sesuai dengan kehendakNYA! 1 Korintus 12: 11
Dewasa ini, mulai muncul beberapa topic seminar dan pengajaran untuk membantu orang-orang percaya MENGENALI karunia-karunia Roh Kudus yang Tuhan berikan dalam diri mereka. Ada beberapa versi yang muncul dan semuanya mendapat sambutan yang baik dari kalangan orang percaya. Namun, ada juga yang mengkritik seminar semacam ini. Berikut adalah satu dari antaranya:
“Apakah anda mengetahui persis karunia rohani anda sehingga anda bisa melayani dengan efektif sesuai kehendak Tuhan? Itulah pertanyaan yang sering terdengar jika ada seorang awam yang ingin melayani di dalam gereja. …”
“Test karunia rohani? Pertama mendengar seminar ini, saya cukup antusias. Seminar diadakan di gereja saya … Setelah mendengar penjelasan alkitabiah dari pembahasan karunia rohani ini, tiba lah saat untuk mengadakan test karunia tersebut. Saya pun mencoba mengisi angket test tersebut. Baru mulai mengisi, saya sudah tidak berminat meneruskan karena pertanyaannya seperti mengisi kuis "seperti apa diri anda" dan "apa yang anda sukai". Hampir semua pertanyaan berpusat kepada "apa yang saya suka lakukan", "dimana minat saya", "apa yang orang lihat dari kelebihan saya". Setelah seminar selesai, saya pun berdiskusi dengan pembicara. Apa inti diskusi saya? Yang saya pertanyakan adalah apa dasar alkitab bagi test karunia begini? Lalu apakah pertanyaan yang egosentris begini adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah pertanyaan "apa yang saya suka lakukan" SUDAH PASTI apa yang Tuhan kehendaki? Apakah mungkin Tuhan memberikan karunia yang saya sendiri TIDAK SUKA lakukan? Pertanyaan dan diskusi ini kemudian menyisakan banyak pertanyaan dalam benak saya.”
“Apakah melakukan test karunia rohani dapat menentukan karunia rohani kita? Kebanyakan kita mungkin berpendapat iya. Meskipun kebanyakan meragukan bahwa kita akan benar-benar mengetahui dengan pasti karunia rohani kita. Apa yang akan terjadi jika selama ini saya sudah mengajar dalam gereja, ternyata sesudah melakukan test karunia, saya ternyata mempunyai karunia rohani yang lain?”
Nah, bagaimana pendapat Anda terhadap ulasan tsb di atas?
1. Perlukah kita melakukan Test Karunia Rohani (seperti tes bakat minat) untuk mengetahui apa sebenarnya Karunia Rohani yang Tuhan berikan / titipkan pada diri kita?
2. Bagi yang menganggap perlu, bagaimana Anda menjawab pertanyaan ini: bagaimana bila ternyata hasil Test Karunia Rohani tidak sama dengan bidang pelayanan yang sekarang kita tekuni? Padahal kita sudah merasa cocok dan menganggap bahwa itu adalah bidang yang tepat buat diri kita untuk berkontribusi dalam gereja maupun masyarakat.
3. Bagi yang menganggap tidak perlu, bagaimana cara Anda mengetahui Karunia Rohani yang Tuhan titipkan pada Anda?
4. Apakah Anda saat ini sudah bisa mengenali dan yakin akan Karunia Rohani yang secara khusus Tuhan titipkan pada Anda?
4.1 Bila belum, apa yang akan Anda lakukan?
4.2 Bila sudah, bagaimana Anda bisa yakin bahwa ITU benar Karunia Rohani yang Anda terima dari Tuhan, ataukah jangan-jangan itu hanya sekedar “minat” Anda yang telah Anda kembangkan sejauh ini?
TANGGAPAN
Tuhan senantiasa bekerja dalam kehidupan setiap orang percaya. Bahkan sebelum ia dijadikan sekalipun. Bila kita memiliki minat akan hal-hal tertentu, itu pun bukan kebetulan, melainkan Tuahn sendiri yang telah “menitipkannya” dalam hidup kita – dengan tujuan yang indah, yaitu untuk menggenapkan rencanaNya. (baca buku berjudul: Sweet Spot karangan Max Lucado).
Jadi, upaya untuk mengenali Karunia Rohani tidaklah salah, dalam artian bila kita sungguh-sungguh termotivasi dan ingin untuk mengenali diri dengan lebih baik. Tetapi, memperlakukan Test macam ini seperti layaknya sebuah primbon atau ramalan bintang, itu yang tidak tepat!
Mengenali Karunia Rohani penting, demikian pula dengan pengenalan akan bakat minat. Tetapi jangan sampai kita terpaku seolah-olah dalam hidup ini yang HARUS kita kejar adalah MENEMUKAN apa Karunia Rohani kita – agar tidak salah melayani, atau apa Bakat Minat kita – agar nanti tidak salah pilih profesi! Hidup ini terlalu singkat bila dijadikan semacam lomba CARI TAHU tentang diri kita! Tuhan tidak sedang memberikan pada kita sebuah TEKA-TEKI untuk kita cari tahu jawabannya. Alkitab memberikan petunjuk praktis yang amat sederhana, yaitu: “apa yang dijumpai oleh tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu!” (Pengkh 9:10)
Artinya, kalaupun kita masih ragu-ragu akan jenis Karunia Rohani kita (demikian pula dengan hal-hal lainnya seperti bakat minat), maka jalanilah hidup ini tetap dengan semangat. Tetap JALAN, MAJU, dan LAKUKAN pekerjaanmu dengan segala kesungguhan hati. Tetaplah berkarya dan menjadi berkat bagi orang lain. Karena saat kita berjumpa kelak dengan Tuhan, IA tidak akan bertanya pada kita, “Jadi, apakah kamu sudah berhasil menemukan Karunia Roh yang Kuberikan padamu?” (seolah IA sedang memberikan tes / ujian kepada kita). Yang Tuhan nilai dari kehidupan kita adalah, apakah sepanjang umur kita di bumi ini, kita telah MELAKUKAN pekerjaan-pekerjaanNYA, yang IA titipkan bagi diri kita.
Oleh sebab itu, baiklah kita focus pada hal-hal yang seharusnya kita lakukan. Kalaupun kita menggunakan alat bantu seperti kuesioner, angket, dsb baiklah kita melakukannya dengan bijaksana dan tidak menganggapnya sebagai suatu kebenaran mutlak, melainkan hanya sebuah alat untuk membantu kita mengenali diri kita sendiri.