Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Mengapa Remaja Kristen Mengalami Krisis Identitas
Gen Z menghadapi krisis identitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setiap kali saya bertanya kepada pendeta muda atau pemimpin Kristen tentang apa yang menurut mereka merupakan perjuangan terbesar bagi remaja saat ini, jawabannya sama: identitas. Remaja berjuang untuk mengetahui siapa mereka dan apakah mereka penting. Saya mendengar pertanyaan mereka dan, sebagai Gen Z berusia awal 20-an, saya memahami hal tersebut.
Siapa saya? Apa yang menentukan identitas saya? Apakah tujuan dari hidup?
Lakukanlah pencarian cepat tentang "krisis identitas" di internet dan tidak sulit untuk mendapat konsensus umum tentang cara menangani hal tersebut. Kita didorong untuk "melihat ke dalam dan mengeksplorasi", "melakukan perjalanan menemukan diri sendiri", "melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia", "mengabaikan penilaian orang lain" dan, singkatnya, mengalihkan fokus kita sepenuhnya ke arah diri kita sendiri. Menurut pemikiran ini, identitas kita adalah sesuatu yang hanya dapat didefinisikan oleh kita sendiri, dan emosi kitalah yang menentukan siapa diri kita. Standar identitas objektif apa pun telah dibuang. Dengan bertumbuh di tengah ketidakpastian seperti itu, apakah mengherankan para remaja mempertanyakan tentang siapa mereka?
Identitas di dalam Kristus ... atau Krisis Identitas?
Para pendeta dan orang tua memahami pentingnya identitas dan umumnya berusaha membantu remaja mengenali identitas mereka di dalam Kristus. Saya telah mendengar banyak khotbah, membaca lusinan artikel, dan mendengarkan lagu-lagu yang tak terhitung jumlahnya yang berbicara tentang "siapa kita menurut Allah" atau yang memberikan penguatan bahwa kita dikasihi atau berharga atau layak.
Konten ini berasal dari kerinduan yang benar, tetapi sering kali dimulai dari tempat yang salah. Memahami siapa kita di dalam Kristus sangat penting, tetapi memulai teologi identitas dengan siapa kita, meninggalkan bagian terpenting dari cerita tentang siapa Allah itu.
Daftar pernyataan "siapa Anda" diisi dengan kebenaran yang mendalam, tetapi sering kali memiliki sedikit substansi. Anda dikasihi ..., tetapi kata-kata itu nyaris tidak mengena di hati yang haus kasih sayang jika mereka tidak mengerti siapa yang mengasihi mereka. Anda dipilih ..., tetapi dipilih oleh siapa? Mengapa kita dipilih? Anda ditebus ..., tetapi kata-kata itu tidak berarti apa-apa jika kita tidak memahami secara mendalam tentang dari apa kita ditebus serta kebesaran hati Penebus kita. Terlalu sering, kita membuka dengan kisah "kamu adalah," "kita," "aku," alih-alih kisah tentang "Dia".
Identitas dalam Kristus Dimulai dengan Injil
Remaja (dan orang dewasa) perlu mengetahui siapa diri mereka. Jika kita mengabaikan kebenaran penting bahwa kita dikasihi, dipilih, ditebus, dan diampuni, kita memiliki teologi yang tidak lengkap mengenai identitas. Akan tetapi, ketika tanggapan otomatis kita terhadap pertanyaan penting mengenai identitas lebih berfokus pada diri kita dibanding pada Allah, maka kita menerima jawaban yang meniru pendekatan dunia yang berfokus pada diri sendiri.
"Identitas di dalam Kristus" tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan semua yang terdapat dalam pesan Injil -- kekudusan Allah, pemberontakan umat manusia, dan pengorbanan Kristus di kayu salib. Jika pengajaran kita tentang identitas menutupi kebenaran-kebenaran mendasar ini, maka "identitas di dalam Kristus" hanya menjadi slogan Kristen yang membuat para pendengar bertanya-tanya tentang bagaimana menemukan identitas di dalam Allah ketika semua yang telah diberitahukan kepada mereka lebih berfokus pada diri mereka sendiri.
Identitas dalam Kristus Memahami Imago Dei
Untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang identitas alkitabiah, kita juga perlu memahami teologi yang kaya dari imago Dei -- citra Allah. Kitab Suci memberi tahu kita bahwa "Lalu, Allah menciptakan manusia menurut rupa-Nya. Menurut rupa Allah, Dia menciptakannya. Laki-laki dan perempuan, demikianlah Dia menciptakan mereka." (Kej. 1:27, AYT). Manusia adalah satu-satunya ciptaan dengan perbedaan yang luar biasa ini.
Mungkin ini terdengar seperti kita kembali berfokus kepada diri sendiri, tetapi imago Dei memiliki implikasi radikal untuk identitas yang melampaui diri kita sendiri. Lagi pula, ini tentang citra-Nya, bukan citra kita sendiri. Kita hanyalah pembawa refleksi dan bayangan dari gambar itu. Imago Dei mengilhami umat manusia dengan nilai intrinsik, mengungkapkan kedalaman karakter dan kreativitas Allah, memberikan pedoman tentang bagaimana kita harus hidup, bekerja, dan menggunakan tubuh kita, dan mendefinisikan tujuan akhir hidup kita -- memuliakan dan meninggikan Pencipta kita.
Namun, kekuatan dan keindahan terbesar dari imago Dei ditemukan dalam karakter Allah yang citra-Nya kita bawa. Pemahaman kita tentang identitas diperkaya dan dibuat aman saat kita terjun lebih dalam pada kebaikan, kuasa, dan hikmat Allah yang kedalamannya tak terukur. Semakin kita mengenal Allah, semakin aman identitas kita. Diciptakan menurut gambar Allah yang sempurna dan suci dan dibentuk oleh tangan-Nya, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa DNA dalam tubuh kita dan semua hari dalam hidup kita ditulis sebelum jantung kita mulai berdetak. Dan, Dia yang menulis naskah itu berdaulat atas segalanya.
Kita Membutuhkan Lebih Banyak Penemuan akan Allah
Alasan sebenarnya dari krisis identitas pada zaman ini bukanlah karena kita lupa tentang siapa diri kita, tetapi karena sebagai masyarakat, kita telah menolak Allah yang menciptakan kita. Terputus dari sumber semua kehidupan dan kebenaran, secara alamiah membuat kemanusiaan sekarat. Hati yang mengeras tenggelam dalam kebingungan dan keputusasaan karena mereka menolak untuk memegang pegangan hidup kebenaran yang diberikan kepada mereka -- pengetahuan tentang Allah dan darah Yesus yang menyelamatkan. (Saya mengeksplorasi tema-tema ini lebih jauh dalam "Stand Up, Stand Strong: A Call To Bold Faith in a Confused Culture".)
Ada standar identitas yang lebih besar dan lebih kekal daripada apa yang dapat ditemukan dari pencarian di internet. Lihatlah Firman Allah dan jelajahi kebenaran-Nya. Lakukan perjalanan mengenal Allah yang menciptakan Anda. Lakukan hal-hal yang memuliakan Allah dan melayani orang lain. Abaikan kebohongan yang memberi tahu Anda bahwa identitas ditemukan di dalam diri Anda. Arahkan fokus Anda kepada Yesus Kristus dan biarkan kebenaran dan kebajikan-Nya memiliki suara yang menentukan tentang siapa Anda sebenarnya.
Kita tidak dapat menemukan dalam diri kita apa yang hanya dapat ditemukan di dalam hati Allah. Akan tetapi, di dalam hati-Nya, kita menemukan semua yang kita butuhkan dan lebih dari itu. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/teens-identity-crisis |
Judul asli artikel | : | Why Christian Teens Have an Identity Crisis |
Penulis artikel | : | Sara Barratt |
- Login to post comments