Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Jangan Ikuti Kata Hatimu
"Orang ... ingin dipercaya ... bahkan ketika kepuasan mereka tampak paling jauh, kegelisahan yang mereka timbulkan masih merupakan panduan terbaik dalam hidupnya."
-- William James, "The Will to Believe"[1]
Dengarkan Hati Anda
Setiap kali kita sedang mempertimbangkan suatu keputusan, tidak jarang kita mendengar seorang teman berkata, "Kamu harus mendengarkan hatimu." Sentimen seperti itu tidak hanya umum, tetapi juga telah ditinggikan ke tempat yang terhormat dari otoritas moral dalam budaya kita. Seolah-olah, melakukan hal lain akan menjadi penyangkalan diri Anda sendiri. Dan, bagaimana orang bisa melakukan itu? Bagaimanapun, seseorang harus jujur tentang siapa diri mereka. Apa pun yang kurang dari itu akan menjadi tidak autentik.
Jadi, pandangan apa yang harus kita miliki tentang ini?
Apa Itu Hati?
Mungkin ada baiknya menanyakan apa yang kita dengarkan jika kita mendengarkan hati kita. Menurut Alkitab, kata hati adalah salah satu di antara beberapa istilah (seperti jiwa, roh, dan hati nurani) yang mengacu pada kehidupan batin kita. Akan tetapi, kata hati melampaui hal-hal yang lain ini. Ini digunakan dengan lebih sering dan digunakan dengan lebih tidak langsung.
Pada satu sisi, hati mengomunikasikan kesatuan dari semua yang ada di dalam kita. Semua pikiran, rencana, keinginan, perasaan, dan keputusan kita dihasilkan dari satu titik ini, yang berfungsi sebagai pusat pengatur kehidupan batin kita. Pada sisi lain, hati memahami trinitas fungsi spiritual hati: pikiran (apa yang kita ketahui), keinginan (apa yang kita sukai), dan kehendak (apa yang kita pilih). Jadi, kata hati dalam Kitab Suci secara unik menangkap baik kesatuan maupun kompleksitas kehidupan batin kita. Jadi, "mengikuti hati Anda" adalah mendengarkan, seolah-olah, pikiran, keinginan, dan pilihan Anda. Anda mungkin berkata, "Jadi, apa yang bisa begitu buruk dengan itu?"
Mengapa Tidak Mendengarkan Hati?
Masalahnya adalah masalah yang mengalir dalam keluarga. Sebenarnya, itu muncul dari keluarga manusia pertama. Dosa Adam dan Hawa di Taman Eden tidak dimulai dari gigitan pertama. Itu dimula dengan pikiran salah pertama. Kesimpulan mereka bahwa apa yang Allah katakan buruk untuk dimakan malah baik untuk dimakan adalah dosa yang serius. Itu juga merupakan delusi, memberontak, memutar, dan merusak bagi mereka dan bagi semua anak-anak mereka. Sejak saat itu, putra-putra Adam dan putri-putri Hawa telah menderita di dalam hati mereka dari pikiran-pikiran jahat (Kej. 6:5). Karena dosa, hati kita yang bodoh bergumul dengan ide-ide yang sombong dan egois. Bahkan orang Kristen, yang dibebaskan dari kuasa penghukuman dosa dan kuasa memerintah, masih berjuang melawan sisa dosa. Pemanjaan diri dan mementingkan diri sendiri terus menghantui setiap orang Kristen sehingga kita sering tidak jelas tentang motif sebenarnya yang ada di bawah pikiran kita. Yeremia berbicara tentang ini, ketika dia menulis:
Hati itu licik melebihi segala sesuatu,
dan benar-benar parah;
siapakah yang dapat memahaminya? (Yer. 17:9, AYT)
Dengan perkataan lain, setiap orang Kristen tahu bahwa ada tingkat penipuan diri yang bekerja di dalam hati kita. Inilah sebabnya kitab Amsal memperingatkan, "Orang yang percaya kepada hatinya sendiri (harfiah, hati) adalah orang bodoh" (Ams. 28:26, AYT). Bukannya kita tidak memercayai kemampuan kita untuk berpikir atau kemampuan kita untuk mengetahui kebenaran. Kesadaran diri kitalah yang harus merendahkan kita untuk mengakui bahwa kita tidak sedang dicurangi atau ditipu. Itu mengajarkan kita agar melihat firman Tuhan untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik kita (2Tim. 3:16); dan datang kepada Tuhan dalam doa dan dengan sungguh-sungguh meminta Roh untuk menyinari hati kita dengan kebenaran firman, sehingga itu dapat mengungkap penipuan diri kita dan menerangi jalan yang benar.
Masalah kedua berkaitan dengan keinginan hati. Keinginan kita tidak seperti chip komputer yang muncul dari lingkungan yang steril. Mereka muncul dari wadah berisikan campuran motif dan keinginan. Keinginan kita (atau "kesukaan yang kuat" seperti yang disebut kaum Puritan) adalah hal-hal yang kita inginkan dan dambakan, atau yang kelaparan dan kehausan. Mereka jarang netral. Mereka cenderung tumbuh dalam kekuatan mereka. Jika mereka terus meningkatkan hal-hal yang berdosa, mereka berkembang menjadi cinta pada penyembahan berhala. Jika ini terjadi, maka kita akan melakukan apa saja untuk mereka. Kita bahkan akan membohongi diri kita sendiri. Pemikiran kita sering dimanipulasi oleh keinginan yang mencoba melukis motif kita dengan warna yang paling bajik, sembari menutupi kesombongan dan keegoisan yang ada di bawahnya.
Di sinilah letak pentingnya pernyataan Kristus, "Diberkatilah orang yang murni hatinya" (Mat. 5:8, AYT). Sama seperti mata air murni yang bebas dari polusi, demikian juga hati yang murni. Kristus memanggil anak-anak-Nya untuk menumbuhkan hati yang murni dalam keinginannya dan sebaliknya ditandai oleh satu tujuan untuk mengejar Kristus. Keinginan-keinginan mulia harus dikembangkan untuk bertumbuh kuat di atas keinginan-keinginan yang lebih rendah. Pekerjaan seperti itu tidak mungkin tanpa Roh Allah dan kebenaran Allah di dalam hati kita untuk menyucikan keinginan yang berdosa dan mengobarkan yang kudus. Kita membutuhkan karya kemurahan Allah di dalam hati kita untuk membantu kita membedakan motif kita dengan lebih jelas dan jujur. Siapa pun yang tertarik dengan hal ini tidak sekadar "mengikuti kata hati mereka".
Terakhir, keinginan hati kita juga akan mengikat, jika tidak diperangi. Kita sering keras kepala ketika kita harus tunduk, dan kita lemah ketika kita harus kuat. Kita mungkin mengatakan "ya" ketika kita seharusnya mengatakan "tidak" -- dan sebaliknya. Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa begitu banyak dari keputusan kita bukanlah ujian pengetahuan moral kita seperti halnya kualitas tekad kita untuk melakukan apa yang benar menurut kita. Kita mungkin lebih jarang jatuh ke dalam pencobaan yang berdosa karena pemahaman yang lemah daripada yang kita lakukan karena kemauan yang lemah. Mengikuti kata hati kita dapat berarti bahwa kita mendengar suara yang mengarahkan kita ke jalan yang lebih mudah dan bukan jalan etis yang tinggi (berperilaku secara moral ketika orang lain tidak melakukannya - Red.). Memang benar bahwa Roh Allah dan kasih karunia Allah bekerja di dalam kita "mengingini maupun untuk mengerjakan" keselamatan kita (Flp. 2:13). Akan tetapi, juga benar bahwa kita cenderung goyah ketika kita membutuhkan lebih banyak tekad dan kita cenderung keras kepala ketika kita seharusnya hancur hati. Jika kita hanya "mengikuti hati kita", kita dapat dengan mudah tergelincir ke jalan yang paling sedikit perlawanannya dan menolak untuk memikul salib dan mengikuti Kristus.
Mengapa Tidak Mendengarkan Tuhan?
"Ikuti hati Anda" adalah jenis slogan yang dapat digunakan untuk memaklumi dorongan kekanak-kanakan apa pun. Itu mungkin nasihat terburuk yang bisa diterima orang Kristen, bahkan jika itu ditawarkan dengan niat terbaik. Sekalipun pikiran, keinginan, dan kehendak hati orang Kristen sudah dibarui oleh tindakan penyelamatan kasih karunia Allah, kita tetaplah umat yang belum sempurna. Kita bersyukur atas cara Roh Allah mengarahkan kita melalui firman Allah, dan mendewasakan kita melalui pembaruan pikiran kita (Rm. 12:2).
Akan tetapi, Anda cukup mengenal diri Anda sendiri untuk mengetahui bahwa hal terakhir yang harus Anda lakukan adalah "bersandar pada pengertianmu sendiri," ketika ada jalan yang lebih pasti "untuk percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hatimu" dan "dalam segala jalanmu, akuilah Dia" sehingga "Dia akan meluruskan jalanmu" (Ams. 3:5-6, AYT). Lain kali Anda menemukan diri Anda tergoda untuk mengikuti kata hati Anda, mungkin adalah bijaksana untuk berlutut dan berdoa,
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenali hatiku!
Ujilah aku dan kenali pikiran-pikiranku! (Mzm. 139:23, AYT)
Catatan:
[1] Seperti dikutip dalam Robert Bly, "Iron John: A Book About Men" (Cambridge, Ma.: Da Capo Press, 2004), 225.
(t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Crossway |
Alamat situs | : | https://crossway.org/articles/dont-follow-your-heart |
Judul asli artikel | : | Don't Follow Your Heart |
Penulis artikel | : | A. Craig Troxel |
- Login to post comments