Home » Pemuda Kristen » Yang Kita Semua Butuhkan: Pahlawan Alkitabiah Jenis Baru
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Yang Kita Semua Butuhkan: Pahlawan Alkitabiah Jenis Baru
Saya pikir, saya memiliki seorang pahlawan alkitabiah jenis baru. Saya berharap tahu namanya. Ia muncul dalam Matius, Markus, dan Lukas. Ia adalah orang kusta yang disentuh oleh Yesus dan saya ingin menjadi seperti dia.
Hari ini, saya akan menyampaikan sebuah cerita kepada Anda. Cerita ini merupakan salah satu dari sekitar lusinan cerita yang tidak pernah benar-benar saya bagikan. Beberapa bulan yang lalu, saya menemukan setumpuk kertas tua dari masa kecil saya. Itu adalah buku catatan kecil yang berisi nama-nama pemain bola basket dengan tanda pagar-pagar penghitung di bawahnya. Dilihat dari jumlah pagar itu, Shawn Kemp mendominasi Charles Barkley dalam pertarungan satu lawan satu.
Saat saya membuka halaman demi halaman, saya merasa malu dan sedih luar biasa. Saya sudah menghadapi semua liga bola basket yang saya buat sendiri. Turnamen itu dimainkan dalam imajinasi saya. Hanya saya. Sebuah ring. Dan, bola basket. Bagian itu tidak terlalu menyedihkan. Hal yang paling menyedihkan adalah musim-musim turnamen itu dimainkan di satu ujung lapangan, sementara teman-teman sekelas saya bermain melawan satu sama lain di ujung yang lain. Saya tidak bisa bermain. Karena beberapa alasan, perawakan saya yang pendek membuat saya tidak layak. Jadi, saya menjadi Shawn Kemp yang mendominasi Charles Barkley.
Buku catatan itu mencatat musim-musim dengan nama-nama itu dan pagar-pagar penghitungnya. Statistik yang sangat cermat. Saya ingat, ketika seseorang menemukan buku statistik rahasia saya, saya harus menanggung lebih banyak ejekan. Betapa anehnya saya, sebagai seorang anak kecil, bermain basket sendirian pada saat semua anak lain bermain bersama.
Setiap pagar penghitung membawa sebuah pesan. "Mereka telah menolakmu, Mike. Mereka akan menolak dirimu. Kamu kurang memenuhi syarat." Akhir-akhir ini, saya semakin menyadari, betapa saya membawa pesan tersebut ke mana-mana. Saya menyadari bahwa hal itulah yang menyebabkan saya menjaga jarak tetap aman dari orang lain. Hal itu juga menghambat saya mengejar banyak hal. Selain itu, saya bahkan mencoba menjaga jarak dengan Yesus. Walau demikian, saya bersyukur tampaknya Ia tidak melakukan hal yang sama.
Inilah yang dilakukan oleh rasa malu. Saya merasa perkataan Ed Welch benar:
"Rasa malu memiliki kesamaan alami dengan perlindungan diri dan ketidakpercayaan. Ia bersembunyi dari orang lain, merasa tidak pantas mendapatkan sesuatu yang baik, dan percaya bahwa itu akan mencemari segala hal yang mendekat." (Welch, 137)
"Pada akhirnya, mereka akan selalu menolakmu." Ini adalah pesan yang dikatakan rasa malu saya. Saya berjuang melawan pesan itu akhir-akhir ini. Saya berusaha percaya bahwa Injil itu cukup untuk merengkuh hubungan yang tidak dijaga dengan orang lain. Saya berusaha percaya bahwa di dalam Yesus itu cukup untuk menjadi autentik. Autentik kepada orang lain, kepada diri saya sendiri, dan pada akhirnya kepada Dia. Orang kusta dalam Lukas 5 membantu saya dalam hal ini.
Yesus tidak melakukan pelayanan di tengah kumpulan penderita kusta. Orang kusta itu melanggar Hukum Taurat karena menemui Yesus. Seharusnya orang kusta itu tidak mengejar Yesus. Ia seharusnya tidak meninggalkan kumpulannya. Ia seharusnya tidak terlalu dekat dengan Yesus. Ia seharusnya tidak memiliki keberanian untuk meminta Sang Guru menyembuhkannya. Kusta tidak bisa disembuhkan. Penyakit itu sama halnya dengan membangkitkan orang mati.
Anda masih bisa mendengar rasa malu dalam suara orang ini ketika ia berkata, "Jika Engkau mau, Engkau dapat ...." Ia tidak meragukan kemampuan Yesus untuk sesaat. Namun, apakah Yesus bersedia?
Akan tetapi, saya pikir orang kusta itu sudah mengetahui jawabannya. Itu sebabnya, ia meninggalkan kumpulannya. Saya mengatakannya bukan karena orang kusta ini memiliki keyakinan yang belum pernah kita dengar. Saya mengatakannya karena ini adalah jenis jawaban yang Yesus berikan. Sekali lagi, saya menemukan kata-kata Ed Welch yang penuh makna:
"Namun, lihat yang terjadi ketika Yesus datang. Orang-orang najis tiba-tiba dipenuhi dengan harapan. Alih-alih bersembunyi dari dunia, mereka menjadi acuh tak acuh terhadap ejekan penduduk kota yang relatif tahir dan dengan berani pergi menemui Yesus. Ketika mereka melihat-Nya, mereka merasa terdorong untuk menyentuh-Nya karena mereka mengerti bahwa keselamatan mereka sudah dekat. Mereka menjadi hidup!" (137)
Saya ingin belajar dari orang kusta ini. "Mereka akan menolakmu" bukanlah pesan yang diterima mentah-mentah olehnya. Ia tahu bahwa Yesus berbeda. Ia meninggalkan rasa malunya dan pergi dengan berani kepada Yesus. Ini pun sebuah langkah besar. Jauh lebih mudah memercayai pesan, menerima penolakan, dan menciptakan dunia fantasi tempat Anda dapat memasukkan bola di hadapan Charles Barkley.
Kita tidak diciptakan untuk hidup dalam kumpulan penderita kusta atau dunia fantasi. Kita diciptakan dalam kenyataan. Bahkan, jika itu terkadang menyakitkan.
Saya juga mencatat bahwa Yesus tetap harus "mengulurkan tangan" untuk menyentuh orang itu. Ia masih menjaga jarak sehasta. Akan tetapi, Yesus menerobos penghalang itu. Dan, sentuhan itu mengandung begitu banyak kata. "Aku tidak akan menolakmu" adalah yang pertama di antara kata-kata itu.
Mari kita ikuti orang kusta ini hingga menyentuh Kristus. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Church Leaders.com |
URL | : | https://churchleaders.com/youth/youth-leaders-articles/397028-a-new-kind-of-biblical-hero.html |
Judul asli artikel | : | A New Kind of Biblical Hero |
Penulis artikel | : | Mike Leake |
- Login to post comments