Home » Kepemimpinan » Menentukan Prioritas
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Menentukan Prioritas
Sungguh mengejutkan bahwa banyak orang yang tidak pernah secara sadar menyia-nyiakan hidupnya, membiarkan hidup mereka lepas dari tangan mereka dalam kepingan-kepingan kecil hanya karena mereka tidak memutuskan hal-hal yang penting dalam hidup ini.
Akibatnya, mereka selalu tidak mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kita sering mendengar seseorang berkata, "Itu bukan salah satu prioritas saya. Saya tidak dapat melakukannya sekarang." Kadang-kadang pernyataan ini memperlihatkan pendekatan yang seimbang terhadap prioritas. Sering kali, arti pernyataan itu tidak lebih dari: "Sejauh yang dapat saya katakan sekarang ini, itu bukanlah hal yang ingin saya lakukan."
Bagaimana Anda Menentukan Prioritas?
Hampir setiap eksekutif Kristen -- bila dipaksa, dapat memberitahu Anda apa saja langkah-langkah dalam menentukan prioritas.
1. Putuskanlah apa yang benar-benar ingin Anda lakukan dengan hidup Anda. Apakah sasaran-sasaran Anda dapat dikenali? Apakah Anda benar-benar mengetahui apa yang Anda inginkan untuk terjadi?
2. Tentukanlah prioritas-prioritas bagi sasaran-sasaran yang telah Anda tentukan.
3. Buatlah suatu sistem untuk meraih dan mengukur sasaran-sasaran tersebut.
4. Ikutilah suatu prosedur yang akan memakan paling sedikit waktu dan sumber daya untuk meraih sasaran-sasaran tersebut.
Meski prosedur itu tampaknya begitu sederhana, kebanyakan dari kita sulit sekali mengikutinya. Mengapa demikian?
Rintangan-Rintangan Menuju Prioritas-Prioritas yang Baik
Mungkin, kesulitan terbesar yang dihadapi oleh kebanyakan dari kita dalam menentukan sasaran dan menetapkan prioritas ialah karena kita tidak mempunyai pengertian bahwa kita harus menangani diri kita seutuhnya. Bila sebagai orang Kristen kita percaya bahwa semua tindakan dan kesempatan yang ada sedikit banyak berhubungan dengan maksud Allah yang besar, maka seluruh hidup kita harus mencerminkan pandangan yang konsisten bahwa sasaran pribadi itu -- apa yang harus kita lakukan dan harus seperti apa kita, perlu dipertimbangkan secara berdampingan dengan "pekerjaan" yang Allah berikan kepada kita. Dalam budaya, sebagai orang Kristen kita sering menyamakan "panggilan" Kristen kita dengan profesi kita. Profesi kita, pekerjaan kita, hanyalah salah satu segi dalam hidup kita. Allah mempunyai maksud yang besar bagi kita.
Aspek kedua dari priorias-prioritas baik yang sering terlewatkan ialah perlunya sistem nilai Kristen. Sebagian besar dari kita langsung menanggapi pernyataan seperti itu dengan kalimat, "Yah, tentu saja saya mempunyai sistem nilai Kristen!" Akan tetapi, suatu sistem nilai tidak ada gunanya jika tidak diterapkan di dalam budaya dan rutinitas kehidupan sehari-hari yang kita jalani. Kita masing-masing harus memutuskan apa yang penting hari ini dalam situasi ini.
Pemimpin Kristen harus sangat berhati-hati dalam memilih prioritasnya. Bila kita mempunyai ambisi yang suci untuk unggul dan memuliakan Kristus, maka harus ada pemilihan dan penolakan, kemudian ada konsentrasi pada hal-hal yang sangat penting. Kita tidak dapat melakukan semuanya. Hal-hal yang tidak begitu penting harus ditinggalkan sehingga kita dapat mengerjakan hal-hal yang lebih besar.
Sistem Nilai Kristen
Sistem nilai Kristen jelas merupakan satu hal yang didasarkan pada Alkitab. Bagaimana gaya hidup kita masing-masing tergantung pada karunia-karunia pribadi, komitmen, panggilan, dan situasi di mana Allah telah menempatkan kita. Akan tetapi, ada beberapa hal pokok, dan ada beberapa prioritas dasar yang harus kita pertimbangkan.
Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa sasaran akhir kita adalah untuk memberi kemuliaan kepada Allah dan menikmati Dia untuk selamanya. Namun dalam banyak kesempatan, di mana kita harus memberi kemuliaan kepada Allah, ada tingkat-tingkat prioritas tertentu, tingkat-tingkat komitmen tertentu yang kepadanya segala sesuatu bergantung.
Komitmen kita yang pertama adalah kepada Allah melalui Kristus. Sebagian besar dari kita yakin bahwa kita telah membuat komitmen ini, tetapi ini adalah komitmen yang perlu ditekankan kembali setiap hari; untuk itu kita perlu mencari cara-cara baru untuk menjalankannya minggu demi minggu.
Komitmen kita yang kedua adalah kepada tubuh Kristus. Yesus memandang bahwa ini begitu penting sehingga Dia menyebutnya sebagai perintah baru: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:34-35).
1 Yohanes 13:23 memberitahu kita bahwa ukuran dari perbuatan Kristen kita adalah kasih kita terhadap satu sama lain. Dalam doa-Nya di Yohanes 17, Kristus menyatakan bahwa dunia akan percaya bahwa Dia telah diutus oleh Bapa dengan melihat murid-murid-Nya menjadi satu, sama seperti Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 17:21).
Komitmen yang ketiga adalah kepada pekerjaan Kristus, tugas yang telah Allah berikan kepada kita.
Sangatlah mengejutkan bahwa sering kali, dari komitmen yang pertama, kita langsung beralih kepada komitmen yang ketiga dan melewatkan yang kedua. Akan tetapi, surat-surat Perjanjian Baru berbicara jauh lebih banyak mengenai hubungan yang penuh kasih di dalam tubuh Kristus daripada mengenai pekerjaan Kristus. Perjanjian Baru berpendapat bahwa bila kasih ini ada, maka kesaksian dan pekerjaan akan maju terus. Pada kenyataannya, pernyataan Kristus kepada murid-murid-Nya dalam Kisah Para Rasul 1:8 yang sering dikutip itu tidak berkata bahwa "kamu harus menjadi saksi-saksi-Ku" atau "kamu dapat menjadi saksi-saksi-Ku". Ayat itu berkata, "Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Kita melewatkan hal ini dalam menentukan prioritas-prioritas kita.
Menentukan Prioritas-Prioritas Kristiani
Bila ketiga tingkat prioritas dasar itu benar, lantas bagaimana tingkat-tingkat tersebut menentukan perencanaan prioritas kita? Anggaplah bahwa Anda mempunyai seluruh daftar sasaran, hal-hal yang ingin Anda lakukan, hal-hal yang Anda inginkan; berdasarkan ketiga tingkat prioritas ini, bagaimana Anda menjalankannya?
Karena cara yang terbaik untuk mempertahankan prioritas Anda adalah mengisi daftar acara Anda dengan semua peristiwa yang memperlihatkan sasaran-sasaran Anda dalam hidup, maka bila acara Anda memperlihatkan prioritas-prioritas yang benar, Anda akan memperoleh pertahanan yang besar melawan segala sesuatu yang cenderung membelokkan Anda dari apa yang ingin Anda lakukan dan Anda inginkan. Jadi, bayangkanlah sejenak sementara Anda duduk, merencanakan acara untuk bulan-bulan mendatang, dan Anda akan mengisi acara itu berdasarkan prioritas-prioritas yang telah dibahas sebelumnya. Di mana Anda akan mulai? Kami yakin susunan daftar acara Anda akan seperti ini:
1. Waktu bersama Allah. Waktu di mana Anda mencari Dia dalam penyembahan, doa, firman-Nya; waktu berprioritas utama yang harus ada. (Ingatlah bahwa bukan jumlah waktu, tetapi kualitas waktu Andalah yang penting!)
2. Waktu bersama keluarga Anda. Bila prioritas umum kita yang kedua adalah prioritas untuk bersama-sama dengan tubuh Kristus, maka tentunya bagian yang terpenting dari tubuh itu adalah keluarga Anda. Waktu Anda membangun diri Anda ke dalam hidup mereka dan membiarkan mereka membangun diri mereka ke dalam hidup Anda. Hal ini harus mencerminkan waktu-waktu khusus bersama istri Anda, bersama anak-anak Anda, waktu untuk bermain, waktu untuk berbicara, waktu yang dianggap sama pentingnya (dan sering kali lebih penting!) dengan waktu-waktu yang lain.
3. Waktu bersama keluarga Allah. Hal ini mencakup penyembahan, doa, dan persekutuan. Hal ini dapat dilakukan baik dengan sekelompok besar orang percaya maupun dengan kelompok-kelompok kecil.
4. Waktu bagi diri Anda sendiri. Kapan Anda akan mempunyai waktu untuk terbebas dari tekanan-tekanan? Apakah Anda mempunyai waktu untuk bersepeda? Atau berenang? Atau membaca bacaan-bacaan santai? Harus ada waktu yang diluangkan dalam acara Anda, yang tidak Anda sadari hingga tiba waktunya Anda akan melakukan sesuatu dalam waktu itu, sesuatu yang mencerminkan kenyataan bahwa ada kebutuhan-kebutuhan mendasar yang Anda miliki sebagai seorang pribadi, kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi bila Anda ingin menjadi seorang pemimpin Kristen yang efektif.
5. Waktu bagi orang lain. Waktu ini lebih utama daripada komitmen Anda kepada pekerjaan rutin Anda. Ini adalah pengakuan bahwa Anda berhubungan dengan orang lain dan Anda harus mempunyai waktu bagi sasaran-sasaran mereka. Hal ini berarti akan ada kotak-kotak waktu di dalam acara Anda yang mungkin hanya akan berbunyi "orang lain".
6. Waktu untuk berencana. Ini adalah salah satu hal dalam penjadwalan yang paling sering diabaikan. Yang penting bukan hanya meninjau kemajuan terhadap sasaran-sasaran, tetapi juga membuat rencana-rencana baru bagi kinerja yang akan datang. Hal ini mungkin harus ditinjau sedikit lebih lama setiap minggu dan malahan lebih lama lagi setiap bulan.
7. Waktu bagi tugas-tugas yang telah ditentukan Allah bagi Anda. Hal ini biasa kita sebut sebagai "pekerjaan". (Istilah yang tidak cocok sama sekali!)
Pertimbangan-Pertimbangan Prioritas
Ada pertanyaan-pertanyaan tertentu yang harus ditanyakan dalam menentukan prioritas. Misalnya:
1. Bagaimana mendesaknya hal ini? Apakah hal ini harus dikerjakan sekarang juga? Hari ini? Segera? Suatu hari nanti?
2. Bagaimana pentingnya hal ini? Sangat? Cukup? Agak? Tidak begitu?
3. Bagaimana seringnya hal ini harus dikerjakan? Setiap hari? Setiap minggu? Kadang-kadang?
4. Dapatkan orang lain mengerjakannya dengan lebih efektif daripada saya? Tidak? Mungkin? Ya? (Bila ya, delegasikanlah.)
5. Apakah ini bagian dari tugas atau sasaran yang lebih besar dari yang sedang saya tekuni?
6. Apakah ini cara yang terbaik?
Ingatlah perkataan mendiang Jendral Eisenhower, "Hal-hal yang mendesak jarang penting, hal-hal yang penting jarang mendesak!"
Salah satu cara dalam memakai pertanyaan-pertanyaan ini adalah dengan membuat daftar periksa prioritas di mana Anda menuliskan sasaran pada sisi sebelah kiri dan kemudian menuliskan pertanyaan-pertanyaan di atas tersebut di bagian atas kertas itu. Ambillah sehelai kertas folio dan letakkan di sampingnya, kemudian cantumkanlah di bagian atas kertas itu: Sasaran, Kepentingan, Frekuensi, Delegasi, Sasaran Lebih Besar, Dampak, Cara Terbaik.
Bagaimana Menetapkan Prioritas
Anggaplah bahwa Anda telah menyusun sasaran Anda kepada Allah, kepada keluarga Allah, dan kepada pekerjaan Allah, bagaimana Anda dapat menetapkan prioritas-prioritas? Inilah beberapa cara.
- Susunlah semua sasaran Anda. Bawalah keluar di mana Anda dapat melihatnya dan mulailah mengevaluasinya.
- Pastikanlah bahwa setiap sasaran ini dapat diukur.
- Analisalah "mengapa"-nya dari setiap sasaran itu. Hapuslah sasaran-sasaran yang tidak mempunyai dasar kekristenan atau yang tidak sesuai dengan keseluruhan sistem nilai Anda.
Berdasarkan sistem nilai Anda dan analisis tadi, Anda mungkin ingin membagi daftar ini ke dalam A, B, C:
- Hal-hal yang harus dikerjakan, atau yang sangat penting;
- Hal-hal yang sebaiknya dikerjakan, atau agak penting; dan
- Hal-hal yang dapat dikerjakan, tidak begitu penting.
Kebaikan dari sistem A, B, dan C ini adalah bahwa sistem ini menolong Anda untuk mengenali bahwa sering kali tidak ada satu prioritas yang mencolok; mungkin ada empat atau lima "A".
Mempertahankan Prioritas-Prioritas Anda
Menentukan sasaran-sasaran dan menentukan kembali prioritas adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus. Peninjauan yang terus-menerus terhadap perencanaan Anda harus mencakup peninjauan yang terus-menerus terhadap sasaran-sasaran Anda, oleh karena itu, juga peninjauan yang terus-menerus terhadap prioritas-prioritas Anda.
Segelintir orang yang tampaknya mengerjakan sejumlah hal yang menakjubkan, melakukan hal-hal itu satu demi satu. Mereka menentukan suatu jadwal prioritas. Hal ini berarti mereka juga dapat mengerjakan tugas itu dengan lebih cepat daripada mereka yang mencoba mengerjakan banyak hal sekaligus. Dengan kata lain, mereka berkonsentrasi, mereka menentukan prioritas dan mereka tetap berpegang pada itu semua.
Bagaimanapun, bukanlah berapa banyak yang kita kerjakan yang penting, tetapi berapa banyak yang kita selesaikan.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | Seni Manajemen bagi Pemimpin Kristen |
Judul asli buku | : | The Art Management for Christian Leaders |
Penulis | : | Ted W. Engstrom & Edward R. Dayton |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 186 -- 192 |
Sumber | : | e-Leadership, 13 May 2009, Volume 2009, No. 46 |
- Login to post comments