Home » Pemuda Kristen » Iman
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Iman
"Bukan Allah yang memerlukan iman Anda, melainkan orang-orang dan masyarakat yang membutuhkannya. Saya sangat yakin, Ukraina tidak akan pernah bangkit sampai ia berlutut di hadapan Allah." (Julia Timoshenko, menjadi Perdana Menteri baru Ukraina)
Facebook dan Twitter mencatat sederetan panjang resolusi harian dari para pengguna jejaring sosial ini. Hal itu semacam tekad baru dalam rangka mengawali setiap hari yang baru dalam kehidupan setiap orang. Memasuki detik-detik terakhir pengunjung tahun pun banyak orang mulai berlomba-lomba membuat resolusi pribadi untuk memasuki tahun baru berikutnya. Yah, semua orang memimpikan the better life than before. Resolusi pun dibuat variatif. Ada yang dibuat diam-diam dalam hati sebagai sebuah doa, diucapkan secara lisan di hadapan orang yang dicintai, menuliskannya di agenda tertutup akhir tahun, atau menyiapkannya dengan sentuhan artistik kemudian dipigura secara cantik dan dipajang di ruang keluarga. Dalam bentuk lain, resolusi dapat pula dikemas sebagai nazar dan dibawa saat ibadah akhir tahun dalam rumah ibadah bagi masyarakat tertentu. Ini adalah bukti bahwa ada sisi religi yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan bangsa.
Kerangka religi seharusnya hidup dalam semangat dan napas setiap anak bangsa ini, tentu dilandasi oleh semangat kerukunan, kebersamaan, dan menghargai kebebasan beragama yang dianut oleh setiap orang. Generasi yang unggul adalah generasi yang memerhatikan aspek religi dalam membangun nilai dan hakikat kehidupannya dalam kerangka bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Aspek religi seharusnya menjadi kekuatan generasi bangsa, bukan sebaliknya, menjadi alat yang dapat memecah belah kehidupan berbangsa. Sesungguhnya aspek ini merupakan kerangka yang sangat penting dalam rangka membangun sebuah generasi hebat yang mampu mengokohkan pilar-pilar sendiri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Memang perlu disadari pula bahwa jika tidak dikelola dengan pemahaman yang benar, aspek ini dapat menimbulkan gesekan yang mengancam kebersamaan dan kerukunan generasi anak bangsa yang mengancam kebersamaan dan kerukunan generasi anak bangsa ini kelak. Setiap anak bangsa tentu memiliki pengalaman religi yang penuh privasi sarat makna dan berpengaruh sangat kuat sebagai aset yang bernilai tinggi dalam menerobos perjalanan kehidupannya.
Suatu hari pada Oktober 1994, saya bergabung sebagai tim choir (paduan suara) dalam sebuah acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda (PHSP) mahasiswa dan pelajar Kristen sekota yang dilaksanakan gedung Go-Skate Surabaya. Ternyata, perayaan PHSP ini menorehkan sebuah sejarah perjalanan spiritual pribadi yang sangat memengaruhi kehidupan saya selanjutnya.
Setelah melewati sederetan panjang rangkaian acara, tibalah kami untuk mendengarkan pesan motivasional yang disampaikan Ev. Jerimia Rim (saat ini beliau telah almarhum). Ia adalah salah satu pelopor kegerakan generasi muda Kristen yang sangat berpengaruh di bangsa ini. Ia berbicara layaknya orator ulung yang begitu mencintai generasinya.
Pesan yang ia sampaikan dikutip dari Kisah Para Rasul 13:36a, "Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya,...." Inti dari pesannya bermakna jika sejarah telah mencatat bahwa Daud telah melakkan kehendak Allah pada zaman dan generasi di mana ia hidup, bagaimana dengan kita? Sejarah apakah yang akan kita torehkan sebagai kontribusi kita bagi bangsa Indonesia pada zaman dan generasi kita hidup?
Setelah acara itu, saya kembali ke dalam aktivitas kampus seperti biasanya, tetapi pesan untuk berdampak bagi generasi, seakan tidak terhapuskan dari hati saya. Saya bergabung dengan kelompok persekutuan mahasiswa di kampus kami dan secara konsisten terus belajar bersama teman-teman seiman untuk memperlengkapi sisi keimanan kami selama menuntut ilmu sebagai mahasiswa jurusan informatika. Berbagai kegiatan kerohanian seperti retret pada masa liburan, bakti sosial, perkunjungan pelayanan ke desa mengajarkan kami tentang makna berbagi hidup dengan orang lain.
Sejujurnya, kehidupan religi saya bertumbuh bukan karena saya sedang berkuliah di kampus yang bernuansa religi, melainkan di sebuah kampus ilmu sekuler. Tuhan hadir di mana pun dan terus mengawal kita untuk bertumbuh dalam nilai-nilai keimanan. Setelah menamatkan pendidikan S1, saya sempat bekerja pada sebuah perusahaan di Kota Pahlawan ini selama beberapa tahun. Waktu terus berjalan. Tuhan berganti tahun, tetapi pengalaman dan perjalanan spiritualitas ini begitu memengaruhi saya. Hingga pada 12 Desember 2006 (tahun ketiga pernikahan kami), saya dan istri memutuskan untuk melayani jemaat di Kota Kupang, yang kami beri nama Jemaat Pondok Generasi (JPG) di bawah payung Gereja Bethel Indonesia, dengan mengusung visi: "Mengusahakan kesejahteraan kota dan berdampak sampai kepada bangsa-bangsa."
Ini memang hal yang sedikit unik. Seorang pendeta "dilahirkan" dari sebuah kampus sekuler. Namun, belakangan saya baru menyadari bahwa kehidupan religi seseorang bergerak menembus batas-batas dikotomi rohani dan nonrohani karena kehidupan setiap orang merupakan sebuah perjalanan spiritual berlandaskan nilai dan karakter rohaniah yang terbangun dalam pribadinya.
"Anda tidak akan pernah mendapatkan semua jawaban. Anda tidak akan pernah mengetahui segalanya! Anda tidak akan pernah menyelesaikan setiap masalah. Anda tidak akan pernah memecahkan semua dilema. Akan selalu ada hal-hal dalam hidup yang tidak dapat Anda jelaskan," demikian tulis Myles Munroe (2009). Ia menambahkan, terkadang menjalani hidup tanpa penjelasan adalah sebuah tantangan yang harus kita terima. Ada beberapa hal yang tidak akan pernah kita mengerti. Apa yang Anda lakukan ketika Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan? Anda harus tetap percaya. Misteri kehidupan akan selalu menyediakan ruang bagi iman.
Perjalanan spiritual merupakan aspek penting bagi anak bangsa untuk berkarya dan berpartisipasi aktif. Dengan demikian ia dapat memberikan kontribusi dan dampak bagi kota dan bangsanya dalam konteks kerukunan dan pengharapan terhadap nilai-nilai pluralitas yang dianut oleh bangsa kita.
Semangat untuk memberi dampak bagi bangsa dan generasi ini melahirkan motivasi yang kuat dalam hati saya untuk turut mengusahakan kesejahteraan bangsa dan negara dimulai dari lingkungan tempat saya berada. Bersama istri, kami terus meneropong kebutuhan dan mengidentifikasi kekuatan untuk berkarya bagi bangsa dan negara semampu kami.
Keterlibatan saya dan istri sebagai tenaga pendidikan di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari sebuah upaya untuk ikut mengusahakan kesejahteraan bangsa dengan meningkatkan kecerdasan generasi. Istri saya bergabung dengan Perguruan Tinggi Negeri di kota kami sebagai dosen jurusan Gizi pada Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Kupang, sedangkan saya mengabdikan diri sebagai dosen tidak tetap di beberapa Perguruan Tinggi di kota kami, di samping penggembalaan jemaat gereja yang terus saya tekuni.
Saya percaya bahwa pemeliharaan hidup adalah dari Tuhan. Saya melakukan bagian saya dengan giat dan selebihnya Tuan yang akan memberkati kebutuhan keluarga kami. Tidak sedikit orang mungkin menilai bahwa kami terlalu idealis karena aktivitas kami tampaknya tidak bernilai ekonomis tinggi, tetapi jawaban kami sederhana, "Bagaimana kita dapat hidup secara berkualitas tanpa idealisme yang kuat?"
Selanjutnya untuk melengkapi perjalanan pelayanan bagi generasi ini, kami mencoba membangun sebuah rumah pendidikan informal, dimulai dari membangun sebuah lembaga pengembangan masyarakat yang melayani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kesetaraan, taman bacaan masyarakat, dan lembaga pelatihan/keterampilan kerja berupa kursus komputer, kursus menjahit, dan lainnya. Meskipun semua yang kami lakukan penuh keterbatasan dan seakan terlihat kurang berkualitas karena tanpa dukungan sarana dan infrastruktur pendidikan yang memadai, hal itu tidak menyurutkan tekad kami untuk konsisten melakukan sesuatu bagi generasi kini.
Kami terus belajar tersenyum kendati belum melihat yang yang "hebat" terjadi. Pemazmur berkata. "Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan" (Mazmur 37:37). Hal ini senada sebagaimana Kasali (2007) berpendapat, "Pembaharuan tidak boleh berhenti. Kita harus jalan terus dengan penuh keberanian, kejernihan, dan ketulusan."
Kami terus melangkah mewujudkan semangat dalam hati untuk terus berkarya dan berdampak bagi generasi kami. "Emas akan tetap menjadi emas sekalipun berada di tengah kotoran (anonim)". Keterbatasan tidak boleh mengalahkan visi. Disamping itu pula ada beberapa keterlibatan saya dalam berbagai organisasi yang bernuansa pendidikan dan keterampilan di daerah kami, baik yang bernaung dibawah payung otoritas pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait, sampai kepada lembaga swadaya yang dibentuk oleh organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Terkadang terkesan aneh ketika saya dan beberapa teman harus pergi dari satu pulau ke pulau yang lain di Provinsi kami dengan dana pribadi sekadar untuk membagi semangat kebersamaan demi mencerdaskan generasi bangsa. Memang semua yang kami kerjakan hari ini mungkin belum tampak hebat, tetapi tidak ada kesuksesan yang hebat tanpa dikawal semangat hebat karena sesuatu yang terlihat hebat hanya tinggal menunggu waktu.
Saya yakin bahwa setiap orang memiliki kehidupan religi yang bersifat privasi sehingga orang terdekat kita sekalipun kadang tidak mampu memahaminya. Memang benar bahwa sebuah seseorang akan menemukan makna hidupnya ketika ia mampu memahami tujuan-tujuan ilahi yang Tuhan anugerahkan dalam mengarungi kehidupannya secara relevan dan religius. Biarkanlah generasi ini tidak melepaskan aspek religi sebagai fondasi yang sangat penting dalam konteks membangun generasi bangsa.
Segala aktivitas berharga yang dapat kita kerjakan seharusnya merupakan sesuatu yang digerakkan oleh visi yang Tuhan anugerahkan. Brian Houston (2008) pernah berkata, "Anda perlu menyamakan visi Anda dengan tujuan Tuhan. Untuk maksud inilah Anda dilahirkan." Ia menulis, "Hidup Anda melekat kepada tujuan yang telah ditentukan sebelumnya yang berasal dari pikiran Tuhan." Rick Warren juga berkata dalam buku best seller-nya, Purpose Driven Life tentang makna hidup, yaitu: "Hidup yang digerakkan oleh Tujuan."
Saya yakin bahwa kualitas unggul akan muncul seiring komitmen, konsistensi, dan integritas kita dalam membangun nilai kualitas hidup. Seperti yang dicatat dalam 2 Korintus 5:7, "-- Sebab kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat --" Sebagaimana esensi iman itu sendiri berbiara dalam hati saya bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1). Apakah iman Anda sedang membuat Anda berdampak bagi generasi ini? Andalah yang mengetahui jawabannya. Kiranya Tuhan Memberkati Indonesia.
Diambil dari:
Judul buku | : | Generasi Inspirasi |
Judul bab | : | Iman |
Judul asli artikel | : | Iman |
Penulis | : | Karel Koro |
Penerbit | : | Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2012 |
Halaman: 22 -- 23 |
- Login to post comments