Home » Pengetahuan Umum » Rokok Bikin Hidup Lebih Hidup?
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Rokok Bikin Hidup Lebih Hidup?
"Gue merasa enggak pede aja kalau enggak merokok. Merokok bikin gue kelihatan macho, gaul, dan bisa menambah semangat serta vitalitas."
Kira-kira kamu setuju enggak dengan pendapat salah seorang teman kita tersebut di atas? Benar enggak sih kalau rokok itu bikin kita kelihatan lebih macho, gaul, dan bisa menambah vitalitas? Faktanya justru badan kita jadi kurus kering, paru-paru berlubang segede lubang golf, wajah kelihatan lebih tua, penyakitan melulu, dan yang lebih menyedihkan, kita bisa mati sebelum waktunya.
Jangan takut enggak gaul hanya karena enggak merokok, kita bisa tetap gaul meski enggak merokok. Lagi pula, tahu enggak kalau sekarang ini banyak seleb kita ramai-ramai mengampanyekan antirokok?
Rokok menambah vitalitas? Itu cuma mitos. Justru menurut data, setiap tahun ada 4,9 juta orang mati sia-sia akibat rokok. Sekali hisap, sudah ada 4.000 bahan kimia yang terkandung dalam rokok yang siap menimbulkan kurang lebih 25 penyakit di tubuh manusia. Ngeri deh!
Tapi, menghilangkan kebiasaan merokok itu kan susahnya minta ampun? Memang iya, khususnya bagi yang sudah kecanduan. Lalu, bagaimana caranya dapat berhenti merokok? Perhatikan tips-tips berikut ini!
- Menyadari bahwa merokok itu enggak ada manfaatnya.
Merokok hanya akan merusak tubuh kita. Ini fakta yang enggak bakal bisa disangkal lagi. Pikirkan akibat yang ditimbulkan dari setiap hisapan-hisapan racun nikotin yang merusak tubuh kita. Selain tubuh kita bakal rusak, kita pun harus mengeluarkan duit yang enggak sedikit jumlahnya hanya untuk merokok. Sayang, bukan? Sebenarnya tuh duit bisa kita pakai untuk sesuatu yang jauh lebih baik dan lebih berguna daripada sekedar merokok. - Hati-hati dengan istilah low tar, light, mild.
Memang sih, rokok yang berjenis low tar, light, mild, memiliki kandungan nikotin yang lebih sedikit daripada rokok kretek. Meski sedikit, masa sih kita tetap mau menghisap racun? Bahkan, kadang kala hal ini bikin kita terjebak untuk menghisap rokok lebih banyak lagi karena merasa hanya menghisap rokok kelas ringan - Punya niat yang kuat untuk berhenti merokok.
Kalau niat ini lahir dari diri kita sendiri, itu akan lebih mudah dijalani daripada kita sekedar dipaksa ortu untuk berhenti merokok. Berjanjilah pada diri sendiri dan tentukan target, kapan kita sudah bisa lepas dari ketergantungan akan rokok itu. Memang sih caranya berbeda-beda. Ada yang mengurangi jatah rokoknya secara bertahap, tapi ada juga yang langsung berhenti saat itu juga. Yang penting pada akhirnya kita bisa berhenti merokok. - Minta dukungan orang lain.
Memang lebih baik kalau kita minta dukungan ortu, teman dekat, atau pacar. Mereka biasanya akan mendukung usaha kita untuk lepas dari rokok. Bahkan, dengan teman sesama perokok kita juga harus berani ngomong kalau kita lagi terapi untuk berhenti merokok. Dengan cara itu mereka enggak lagi menawari rokok kepada kita. Semakin banyak dukungan, semakin semangat juga kita berusaha. - Siap mental kalau diejek.
Biasanya gebrakan kita ini enggak disambut hangat, justru sebaliknya, mereka akan mengejek kita habis-habisan. Kita bakal dibilang sok baik, sok alim, sok sehat, banci, enggak solider, dan kata-kata menyakitkan lainnya. Atau, bahkan mereka mencibir kita sambil berkata, "Ah, paling-paling kamu enggak bakal kuat dan akan merokok lagi." Siapkan mental kita dan jangan sampai mundur hanya gara-gara mendengar omongan seperti itu. Justru itu jadi cambuk bagi kita untuk bisa menunjukkan kalau kita juga bisa berubah dan berhenti merokok. - Buang semua rokok yang masih tersisa dan zippo kesayangan juga.
Kalau kita enggak berani membuang rokok yang masih sisa, dijamin deh suatu saat kita bakal tergoda untuk merokok lagi. Meski kita punya zippo kesayangan, pastikan itu juga dibuang, daripada barang itu mengingatkan kita terus akan asyiknya merokok. Bisa batal dong rencana baik kita ini!
.
Diambil dari:
Judul buku | : | Top Tips Buat Remaja yang Gaul 'n Open Minded |
Judul bab | : | Say No to Drugs |
Judul asli artikel | : | - |
Penulis | : | Petrus Kwik |
Penerbit | : | PAPYRUS. Yogyakarta. 2005. |
Halaman | : | 79-82 |
- Login to post comments