Home » Bahan Pembina » Mengenal Lawan Jenis
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Mengenal Lawan Jenis
A. Bagaimana Saya Memandang Lawan Jenis?
Berapa banyak yang kita benar-benar tahu tentang lawan jenis? Apakah kita hanya menyodorkan suatu stereotip dan membiarkannya begitu saja? Cowok itu kasar, bicaranya keras, menjengkelkan, suka pamer, tidak boleh menangis, dll. Atau cewek itu pemalu, manipulatif, gampang menangis, tidak berguna, penakut, bodoh, dll. Atau mungkin kita menyamaratakan dalam hal lain: di luar perbedaan alat-alat reproduksi, pria dan wanita tetaplah sama, tidak ada perbedaan yang nyata, tidak ada keunikan baik pria maupun wanita, setiap perbedaan yang kelihatan hanya dibentuk oleh lingkungan sosial dan pengharapan budaya.
Sayangnya, perbedaan antara pria dan wanita telah digunakan untuk saling mengecap buruk atau untuk saling merendahkan. Untuk mengimbangi penekanan negatif terhadap perbedaan, banyak orang sekarang menekankan prinsip bahwa laki-laki dan perempuan itu sama -- sejajar dalam harkat dan martabat, potensi, kecerdasan, keterampilan dan kemampuan. Ini merupakan tren positif. Meskipun demikian, seperti tren yang lain, kekeliruan juga dapat terjadi dengan penyamarataan yang berlebihan. Untuk berayun ke ujung lain pendulum dan mengatakan bahwa pria dan wanita "sama saja" dan "tidak ada bedanya" sebenarnya merupakan penyangkalan identitas seksual kita. Pandangan itu gagal menghargai segi positif seksualitas kita, karunia yang saling melengkapi yang kita wariskan ke umat manusia sebagai pria atau wanita.
Kadang-kadang kita mungkin merasa benar-benar tidak memahami lawan jenis. Mereka mungkin tampak berbeda dengan kita dalam merespons atau memikirkan sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Kita mungkin mulai frustrasi berkali-kali karena tampaknya kita tidak berada dalam gelombang pemancar yang sama. Namun tunggu dulu. Sebelum kita menggunakan rasa frustrasi ini atau kurangnya pemahaman sebagai alasan untuk saling merendahkan, ingatlah bahwa baik laki-laki maupun perempuan diciptakan segambar dengan Allah. "Berfirmanlah Allah: 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa....' Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka" (Kejadian 1:26,27).
B. Apa yang Alkitab Katakan tentang Bergaul dengan Lawan Jenis?
1. Allah menciptakan kita pria dan wanita
Mungkin hal terpenting yang dapat kita pelajari tentang lawan jenis adalah bahwa Allah menciptakan kita pria dan wanita. Seksualitas kita merupakan bagian dari penciptaan-Nya yang baik dan sempurna sebelum dosa masuk ke dunia. Dia menciptakan laki-laki dan perempuan segambar dengan-Nya. Baik sifat manusiawi maupun seksualitas kita (maskulin dan feminin) menggambarkan siapa Allah itu. Ketika Allah berkata bahwa tidaklah baik bagi Adam untuk seorang diri, Dia bukan sekadar berbicara tentang kebutuhan Adam akan sosok manusia lain. Allah menciptakan seorang penolong, seorang rekan kerja, yang "sesuai" untuknya, yang melengkapinya, yang menyempurnakannya: seorang perempuan.
2. Asmara bukanlah satu-satunya hubungan antara pria dan wanita
Rasul Paulus memberikan beberapa nasihat yang berguna kepada Timotius, seorang pendeta muda: "Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian" (1 Timotius 5:1,2). Tentu saja kita harus bergaul dengan orang-orang dari lawan jenis. Kita tidak boleh menebar pesona seolah-olah asmara hanyalah satu-satunya hubungan yang mungkin terjadi. Kita dapat memiliki hubungan terus-menerus dengan lawan jenis, sebagai pribadi, sebagai teman, sebagai saudara dan saudari, melakukannya, seperti perkataan Alkitab, dengan penuh kemurnian.
Hubungan Yesus dengan Maria dan Marta, bersama saudara mereka Lazarus memberikan teladan hubungan persahabatan antara pria dan wanita. Yesus mengasihi mereka. Dia senang mengunjungi mereka. Rumah mereka adalah tempat istirahat dan memulihkan diri. Tidak ada hasrat asmara di antara mereka, tetapi kasih sayang sejati ada di antara Pria ini dan para wanita itu.
3. Pernikahan
Berkencan bukan sekadar perburuan untuk menikah, melainkan seluruh bagian proses seleksi untuk memilih pria atau wanita yang cocok dengan kita, dan suatu saat nanti akan tiba saatnya orang itu menjalani hidup bersama dengan kita. Lalu bagaimana seorang pemuda Kristen menaruhnya sebagai pertimbangan ketika bergaul dengan lawan jenis dan berpikir tentang masa depan?
Pertama, penting untuk mencari tahu apa yang Allah pikirkan tentang pernikahan: seorang istri adalah sesuatu yang baik (Amsal 18:22); pernikahan merupakan kehormatan (Ibrani 13:4); Allah menginginkan pernikahan menjadi sebuah perjanjian kekal antara dua orang (Markus 10:6-9). Ada beberapa prinsip baik untuk diikuti ketika memilih teman hidup untuk pernikahan: kita semua memiliki hasrat seksual yang normal, yang harus dipenuhi oleh istri atau suami kita sendiri (1 Korintus 7:2); sebagai orang percaya, kita perlu menikahi orang percaya lainnya untuk menyediakan kesatuan mendasar tentang masalah-masalah yang benar-benar penting dalam pernikahan: tujuan hidup, nilai, prioritas, penggunaan waktu, penggunaan uang, dll.
4. Tetapi bagaimana dengan hubungan seksual di luar pernikahan?
Dulu hal ini sangat ditentang, namun kini setiap orang melakukannya, atau setidaknya tidak mempersoalkannya. Alat kontrasepsi mungkin sudah digalakkan karena takut hamil. Lalu apa masalahnya?
Masalah besar. Jutaan lagi aborsi yang menimbulkan kerusakan moral. Herpes, penyakit kelamin yang tidak bisa disembuhkan yang menular melalui hubungan seksual. Namun di luar masalah-masalah nyata ini, mereka yang terlibat dalam hubungan seksual di luar pernikahan gagal memahami hakikat kesatuan seksual dan perannya dalam pernikahan. Sebuah hubungan seksual tidak terjadi dalam semalam, namun memerlukan bertahun-tahun untuk berkembang dan dinikmati dalam kesempurnaannya. Keintiman seksual ditingkatkan oleh ikatan emosional, kepercayaan, keamanan, komitmen -- semua segi yang disediakan oleh pernikahan.
Tidaklah mudah untuk menahan tekanan masyarakat kita. Kita hidup dalam sebuah budaya yang menginginkan makanan siap saji, gambar-gambar instan, dan hubungan seksual sekarang ini. Namun beberapa dari hal-hal terbaik di dunia merupakan sesuatu yang pantas untuk dinanti, salah satunya adalah keintiman seksual. Dan salah satu cara terbaik untuk menghindari tipuan semboyan licik zaman ini ("setiap orang melakukannya") adalah mengetahui dengan jelas kehendak Allah. Siapa yang memegang kendali di sini -- hormon kita atau hikmat kita?
5. Hubungan homoseksual bukanlah sesuatu hal yang baru
Hubungan jenis ini seusia dengan Alkitab. Hal yang baru adalah sikap penerimaan yang mulai tumbuh terhadap homoseksualitas sebagai kewajaran, bahkan di antara orang Kristen. Beberapa perubahan haluan ini tumbuh dari kepedulian murni terhadap homoseksual sebagai seorang manusia. Mengapa kita harus memperlakukan seorang homoseksual sebagai seorang penderita kusta sosial, sementara kita memperlakukan seorang pelaku perzinahan sebagai seseorang yang khilaf?
Itu sebuah pertanyaan yang bagus, dan orang Kristen perlu bergumul tentang cara untuk bergaul dalam kasih dan prinsip Kristen dengan seorang homoseksual atau lesbian. Namun kita tidak perlu dipusingkan dengan upaya sekuler atau "Kristen" untuk memandang hubungan homoseksual dengan sesama jenis sebagai suatu "pilihan pribadi". Kita hanya perlu membaca perkataan Alkitab. Allah mengasihi orang homoseksual dan mati untuknya sama seperti Dia mengasihi dan mati bagi setiap orang lainnya. Namun Alkitab menyalahkan hubungan homoseksual dengan jelas sebagaimana Alkitab menyalahkan segala jenis dosa seksual lainnya -- tidak lebih, tidak kurang.
C. Hal untuk direnungkan
Dalam membahas pergaulan dengan lawan jenis, penting untuk mengetahui apa saja "pertanyaan menarik" untuk kelompok pemuda Anda yang khusus. Apakah itu kebingungan antara peran seksual dan identitas seksual? Kesulitan dalam mengelola perasaan dan hasrat seksual? Ambiguitas nilai-nilai seksual? Ataukah perasaan malu di antara lawan jenis, takut akan penolakan, atau keraguan dalam berteman?
Cobalah peka terhadap kebutuhan para pemuda Anda. Apakah sebuah diskusi antara "cewek saja" atau "cowok saja" menolong? Apakah berguna untuk mendengar dari lawan jenis dalam kelompok campuran tentang pendapat, perasaan, atau ketidakpastian mereka (cowok dan cewek dapat sama-sama belajar banyak!)?
Sebagai pemimpin, pengajar, atau sekadar orang dewasa yang peduli, Anda tidak perlu menjawab semuanya. Saat mengalami keraguan, pelajarilah Alkitab bersama-sama, dan biarkan para pemuda mengetahui beberapa prinsip dan pedoman yang akan membantu mereka dalam penerapan di kehidupan mereka sendiri. (t/dicky)
Diterjemahkan dari: | ||
Judul buku | : | Building Christian Relationships |
Judul asli artikel | : | The Opposite Sex |
Penulis | : | Neta Jackson |
Penerbit | : | Bethany House Publishers, Minnesota, 1984 |
Halaman | : | 49 -- 51 |
- Login to post comments