Skip to main content
Submitted by admin on

Jika Anda melayani di pelayanan remaja, Anda mungkin pernah bertemu dengan gembala muda yang "keren". Ia mungkin tergabung dalam sebuah band rock, membuat banyak video keren (saya tahu ada yang memiliki podcast), memakai kacamata keren, menyeruput latte, dan menggunakan semua kosakata anak muda terbaru seperti sus, stan, atau merch. Sebaliknya, saya sering terlihat ketinggalan dalam hal media sosial atau kesukaan orang-orang terkini. Mungkin Anda bisa merasakannya.

Saya akui bahwa saya sangat mengagumi para pemimpin yang mencontohkan persona "super remaja". Mereka tidak duduk di bangku SMA, namun entah bagaimana, para pelayan remaja ini masih mewakili hal-hal yang mungkin dicari oleh para siswa kita dalam diri remaja yang paling populer dan relevan secara budaya. Namun, efektivitas pelayanan remaja tidak bergantung pada kesan "super-remaja". Jika Anda, seperti saya, pernah merasa kecil hati karena merasa tidak keren atau tidak relevan, tenanglah! Firman Tuhan menunjukkan kepada kita visi yang lebih menarik untuk pelayanan remaja.

Perhatikanlah kata kerja yang digunakan Alkitab dalam hal pelayanan kepada kaum muda: "latihlah" (Amsal 6:22), "didiklah" (Efesus 6:4), dan "ajarlah" (Ulangan 11:18), dan masih banyak lagi. Sebagian besar ayat-ayat ini ditujukan kepada orang tua secara khusus, tetapi para pelayan remaja juga memiliki panggilan yang sama ketika kita bermitra dengan orang tua. Tidak ada satu pun ayat dalam Alkitab yang memerintahkan kita untuk "memahami," "mengidentifikasikan diri" atau "memiliki minat yang sama dengan mereka." Memahami dunia remaja, pergumulan mereka, dan godaan mereka tidak diragukan lagi adalah hal yang penting. Akan tetapi, keterampilan tersebut tersedia bagi kita semua — bahkan jika kita belum berusia 25 tahun, atau tidak memiliki pengikut di media sosial.

Dalam sebuah survei terhadap 120 siswa dari berbagai kelompok remaja di berbagai daerah, gembala sidang remaja Scott Gillenwaters menanyakan alasan utama mereka mengikuti kelompok remaja.1 Lima alasan utama itu adalah sebagai berikut:

  • Teman-teman mereka ada di sana.
  • Mereka memiliki keinginan untuk bertumbuh lebih dekat dengan Allah.
  • Mereka memiliki keinginan untuk belajar tentang ajaran-ajaran Yesus.
  • Mereka mencari kesempatan untuk membuat iman mereka relevan di dunia.
  • Mereka menginginkan persahabatan yang erat dalam persekutuan orang-orang percaya.

Tidak satu pun dari alasan yang disebutkan oleh para siswa ini yang melibatkan seorang pemimpin yang memiliki akun TikTok atau pengetahuan yang mendalam tentang kosakata yang sedang tren. Survei ini mengungkapkan bahwa anak-anak ingin dikenal, mereka ingin dikasihi, dan mereka ingin seseorang yang memahami mereka untuk mengajar mereka lebih banyak tentang Injil. Sayangnya, para pemimpin gereja sering kali salah mengartikan pentingnya memahami konteks remaja sebagai semacam tokoh yang mereka idolakan. Dalam kesibukan untuk menjadi pribadi yang istimewa bagi para siswa dalam pelayanan kita, kita mungkin tergoda untuk mengorbankan hikmat dan kesalehan. Jadi, mari kita lihat tiga kualitas yang benar-benar dibutuhkan oleh para siswa dalam diri gembala remaja mereka.

Remaja Ingin Seseorang Mengenal Mereka

Gambar: gambar

Kebanyakan remaja sangat ingin seseorang meluangkan waktu untuk mengenal mereka secara pribadi. Hal ini lebih dari sekadar mengetahui alamat rumah atau media sosial mereka. Siapa pun dapat mengetahui informasi tersebut dari orang tua murid. Namun, hanya sedikit yang mau meluangkan waktu untuk mengetahui dunia tempat mereka tinggal, kisah-kisah yang membentuk diri mereka, kegelisahan mereka, harapan-harapan mereka, dan apa yang membuat mereka tetap terjaga pada malam hari (selain video game).

Selama bertahun-tahun, saya telah melayani dengan para sukarelawan yang tidak disebut "keren" oleh para remaja, tetapi mereka bersabar dalam memelajari hal-hal ini. Hasilnya, orang-orang dewasa ini memiliki dampak yang tak terhapuskan dalam kehidupan para siswa kami. Seorang pelayan remaja perlu meluangkan waktu untuk menjadi murid bagi anak didiknya. Akan tetapi, remaja sering kali memiliki kewaspadaan yang tinggi, dan banyak dari mereka yang tidak memercayai otoritas karena pengalaman yang menyakitkan dengan orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya. Beberapa dari mereka takut akan gosip, sementara yang lain mungkin merasa tidak yakin Anda akan bertahan untuk saat ini atau akan bertahan untuk jangka panjang. Mereka akan mengungkapkan hal-hal ini ketika mereka merasa nyaman, bukan Anda. Namun, dengan kesabaran dan ketekunan, Anda dapat memenangkan kepercayaan mereka.

Remaja Ingin Seseorang Mengasihi Mereka

Jauh di lubuk hati, para siswa ingin dikasihi oleh para pemimpin mereka. Jika kedengarannya klise, itu karena ini adalah kebenaran yang tak lekang oleh waktu. Masalahnya adalah bahwa budaya kita sering kali mengecilkan kata kasih untuk mewakili penerimaan secara diam-diam. Ketika remaja benar-benar memercayai Anda, mereka akan mendaki gunung untuk Anda dan menerima umpan balik yang membangun. Masalahnya adalah banyak orang dewasa beranggapan bahwa hanya karena mereka lebih tua, remaja secara otomatis akan memercayai mereka. Di sinilah kasih berperan.

Paulus mengatakan kepada kita dalam 1 Korintus 13:5 bahwa kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ketika seorang siswa menelepon Anda pada jam yang tidak tepat, entah karena mereka memiliki pertanyaan yang mengganggu atau ada drama keluarga, apa reaksi pertama Anda? Saya akui bahwa sering kali reaksi saya adalah jengkel. Namun, kemudian saya teringat perkataan Yesus dalam Matius 7:9-10, "Siapakah dari antara kamu, yang jika anaknya meminta roti akan memberi batu kepadanya? Atau, jika anaknya meminta ikan, bukankah ia tidak akan memberikan ular kepada anak itu?" (AYT) Ayat ini berbicara tentang orang tua yang sebenarnya, tetapi Yesus melanjutkan dengan menggambarkan bagaimana hal ini menggambarkan kasih Allah Bapa. Bukankah kita, sebagai wakil Allah kepada murid-murid kita, harus berusaha untuk meniru kasih Allah kepada mereka?


Kita harus bijaksana dan efisien dalam menggunakan kata-kata yang kita gunakan dan memercayai Roh Kudus untuk bekerja di dalam hati para remaja
 

Jenis kasih tanpa pamrih ini memang menantang. Namun, kabar baiknya adalah bahwa siapa pun mampu menunjukkan kasih seperti ini. Anda tidak perlu menjadi sahabat siswa untuk dapat mengasihi mereka seperti ini. Ketika Anda bersabar dengan kekurangan, masalah, dan gangguan mereka, Anda akan mendapati bahwa banyak remaja akan tumbuh untuk menghormati Anda, bahkan jika Anda adalah seorang remaja sebelum adanya ponsel atau internet.

Remaja Membutuhkan Seseorang untuk Mengajarkan Injil

Survei Gillenwaters menunjukkan bahwa "[anak-anak] memiliki keinginan untuk belajar tentang ajaran-ajaran Yesus," tetapi di sinilah banyak pemimpin remaja yang salah. Para remaja ingin belajar tentang Allah dan Firman-Nya dari seseorang yang memahami mereka dan konteks mereka. Implikasinya di sini bukanlah bahwa para guru harus bersikap dingin agar dapat didengar. Sebaliknya, kita perlu memastikan bahwa pengajaran kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimiliki remaja tentang Allah, tentang Alkitab, dan tentang dunia mereka.

Banyak orang dewasa beranggapan bahwa berbicara panjang lebar berarti mengajar, padahal tidak. Ketika berbicara dengan anak-anak tentang Injil atau Alkitab, saya sering mendapati bahwa anak-anak akan mengikuti atau mengabaikan 1-2 menit pertama, dan selebihnya hanya membuang-buang pita suara. Lebih banyak kata tidak berarti lebih banyak pembelajaran. Sebaliknya, kita harus bijaksana dan efisien dalam menggunakan kata-kata yang kita gunakan dan memercayai Roh Kudus untuk bekerja di dalam hati para remaja.

Kuncinya adalah memahami konteks remaja. Anda mungkin bukan seorang influencer media sosial, tetapi Anda harus meluangkan waktu untuk memelajari nilai-nilai utama dari budaya tempat mereka tinggal. Semakin Anda memahami hal tersebut, semakin berharga Anda dalam mengajar mereka. Sebagai contoh, saya secara teratur berjalan-jalan di lorong-lorong di sekolah menengah atas saat menghadiri pelajaran Alkitab di sekolah. Saya mencatat pembicaraan mereka, hal-hal yang mereka hargai, dan jenis-jenis inisiatif yang didukung oleh sekolah. Ketika Anda mulai memahami dunia yang mereka tinggali setiap hari (bukan hanya dari artikel berita), akan lebih mudah untuk menyampaikan kebenaran kepada mereka pada tingkat yang mereka pahami. Dengan meluangkan waktu untuk memahami nilai-nilai dunia mereka, Anda akan diposisikan untuk memperbaikinya dengan Injil.

Anda tidak perlu menjadi keren untuk menjadi seorang gembala remaja yang efektif. Yesus datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani (Matius 20:28). Keren itu berlebihan. Seringkali, berusaha untuk menjadi keren dapat membuat kita kehilangan sesuatu yang sebenarnya dibutuhkan oleh para remaja: berita bahwa Yesus datang ke dunia ini dan mati untuk menyelamatkan mereka dari dosa sehingga mereka dapat mengalami kehidupan bersama-Nya sekarang dan selamanya. Remaja dapat mendeteksi kepalsuan dari jarak satu mil. Mereka menginginkan lebih dari sekadar seseorang yang membuat video lucu dan menggunakan kosakata terbaru. Mereka mencari seseorang yang secara otentik menghidupi iman kepada Yesus, sambil meluangkan waktu untuk mengenal dan mengasihi mereka.

Jika Anda mencari bantuan praktis dalam mengajarkan Alkitab dan berhubungan dengan remaja, Rooted Reservoir dapat membantu. Kami menawarkan paket kurikulum berbasis Alkitab yang dapat disesuaikan, bank ilustrasi, video pelatihan, dan banyak lagi.

1.Gillenwaters, Scott. "The Cycle of Welcome: Five Reasons Students Attend Youth Group." (Siklus Penyambutan: Lima Alasan Siswa Menghadiri Kelompok Remaja, Red.) https://www.youthworker.com/the-cycle-of-welcome-five-reasons-students-attend-youth-group/ . Diakses pada 5 Februari 2024.

(t/Jing-jing)

Diambil dari:

Nama situs

:

Rooted Ministry

Alamat situs

:

https://rootedministry.com/what-teenagers-need-in-a-youth-pastor-might-surprise-you/

Judul asli artikel

:

What Teenagers Need in a Youth Pastor Might Surprise You

Penulis artikel

:

Steve Eatmon

Tanggal akses

:

5 Maret 2024