Home » Media & Teknologi » Menghubungkan Benda ke Internet
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Menghubungkan Benda ke Internet
Selain orang-orang yang saling terhubung ke jejaring internet, keniscayaan lain dalam masyarakat informasi adalah keterhubungan rupa-rupa perkakas ke jaringan internet dalam konsep "Internet of Things" (IoT).
Mesin yang mencetak secara otomatis setiap hasil jepretan setelah diunggah ke media sosial dengan tagar tertentu, alat pemberi pakan otomatis dengan sensor pengukur nafsu makan ikan dan udang di kolam atau tambak, taman kota yang bisa merawat diri sendiri serta "merayu" pengunjung untuk datang.
Itulah sejumlah karya dari 13 produk yang dipamerkan dalam ajang Bandung IoT Developer Ep 2 & IoT Products Expo yang diselenggarakan di Dicoding Space Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/2). Belasan produk tersebut terbagi dalam tiga kategori, yakni tahan awal (early stage), prototipe, dan siap dipasarkan.
Semuanya tentang perkakas, konektivitas, data, dan analisis yang terhubung dalam layanan cloud computing atau pengembangan kapasitas komputasi dengan basis internet. Prinsip utama dalam konsep IoT secara sederhana dapat dirumuskan sebagai benda-benda yang terhubung ke jaringan internet.
Beberapa di antara produk yang dipamerkan merupakan pemenang Bandung IoT Challenge, seusai Bandung IoT Developer Ep 1 yang digelar 14 November 2015. Salah satu penerima predikat pemenang itu adalah produk pemeliharaan taman kota dengan nama VIP Virtual Park.
Ini merupakan proyek tahap awal yang dikerjakan dalam pelantar IoT geeknesia.com dengan ide agar sebuah taman bisa berkomunikasi tentang kebutuhannya kepada manusia. Salah seorang pemrogram produk tersebut, Haidar Akfar (22), mengatakan, untuk melakukannya, di dalam sebuah taman mesti dipasang sensor suhu dan sensor kelembaban tanah.
Manakala sensor kelembaban tanah mendeteksi kandungan air kurang, sistem yang terhubung dengan cloud computing bakal mengirimkan pesan yang otomatis diunggah ke media sosial Twitter tentang kebutuhan itu. Sebuah perangkat penyiraman tanah dapat segera difungsikan untuk mengembalikan kelembaban tanah pada tingkat ideal.
Jika sensor suhu cuaca dalam taman menunjukkan tingkat ideal, maka pesan untuk "merayu" calon pengunjung juga dikicaukan ke linimasa Twitter. Proses ini dapat pula dipantai serta dikelola dari gawai yang terkoneksi dengan jaringan internet dari mana pun di seluruh penjuru bumi.
Produk selanjutnya ialah untuk memantau dan mengontrol kondisi dalam ruang server. Fungsinya dengan memberikan solusi pengaman perangkat yang bakal dimatikan saat hujan turun dan menghindari kemungkin tersambar petir.
Juga terdapat fungsi untuk mengukur serta memantau suhu dan kelembaban ruangan serta pemakaian listriknya. Demikian pula dengan tegangan listrik yang dapat dipantau besarnya. Perangkat besutan Hasan Hasri (22) itu juga bisa secara relatif mudah dikendalikan dair mana saja lewat aplikasi berbasis Android dan iOS.
Produk IoT lainnya yang sempat jadi pemenang dalam ajang Bandung IoT Challenge adalah Smart Drive Assistance yang di dalamnya termasuk Smart SOS System dan Smart Monitoring Fuel. Perkakas tersebut dapat pula mengirimkan informasi lewat layanan SMS tentang kabar darurat pengendara kepada keluarga atau orang-orang terdekat.
Perangkat tersebut dibuat oleh Nur Fadlilah (21) dan Ahmad Sahiro (22). "Kenapa SMS? Sebab, belum semua daerah di Indonesia terjangkau akses internet dan tidak semua orang akrab dengan internet. Bagi sebagian orang, internet masih lebih efektif," kata Nur.
Bukan hanya produk
Akan tetapi, pada Sabtu itu tidak hanya pameran 13 produk IoT tersebut. Hal yang menjadi ruhnya justru terjadi ketika sekitar 20 peserta turut dalam kegiatan Hands-On Lab Workshop.
Ini merupakan aktivitas pelatihan merakit dan membangun sejumlah produk rangkaian IoT dengan teknologi Raspberry Pi 2 dan Windows 10 IoT Core. Raspberry Pi 1 adalah mikroprosesor dengan basis single board computer, seukuran kartu kredit yang diaktifkan dengan sejumlah sistem operasi dengan basis Linux dan Microsoft yang belakangan masuk dalam persaingan dengan Windows 10 IoT Core.
Pelatihan tersebut menjadi dasar sebelum produk IoT, serupa yang saat itu tengah dipamerkan di lantai pertama, dihasilkan oleh sejumlah makers dan developer IoT. CEO DyCode dan DyCodex Andri Yadi memimpi sesi pertama pelatihan tersebut di tengah-tengah para peserta yang datang dengan menempelkan kertas penanda nama di bagian dada.
Andri Yadi yang sudah berpengalaman selam 18 tahun terakhir di dunia pemrograman komputer (coding) memulai sesi itu dengan menegaskan bahwa pelatihan tersebut yang pertama kali dilakukan di Bandung dan Indonesia dengan Raspberry Pi 2 dan sistem operasi Windows 10 IoT Core. "Tujuannya sharing dan kita berharap kepada teman-teman juga sharing kepada teman-teman yang lain," kata Andri.
Adapun Raspberry Pi 2 merupakan salah satu "papan" single board computer, dengan kemampuan mirip seperti komputer biasa, tetapi berukuran jauh lebih kecil, yang beredar di pasaran saat ini serta dapat mendukung sistem operasi Windows 10 IoT Core. Sejumlah produk yang juga mendukung sistem operasi itu seperti Minnowboard Max dan DragonBoard 410c.
Para peserta yang datang dari Jakarta, Tangerang, dan Medan selain dari Bandung itu lantas dibagi-bagi dengan satu kelompok berisikan dua atau tiga orang. Ini dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perakitan dan coding secara efisien demi menyelesaikan 10 proyek hands-on yang diberikan.
Sebelum memulai, Andri Yadi kembali menjelaskan tentang Raspberry Pi 2 dan Arduino kepada pasa peserta, yang sebagian adalah mahasiswa dan akademisi hingga jenjang S-2 serta perbedaan masing-masing dalam kemampuan menghasilkan produk-produk IoT. Konsep sebagai mikroposesor dan mikrokontroler sedikit diulas untuk menegaskan tentang perbedaan keduanya, termasuk kebutuhan sistem operasi untuk menjalankan program tertentu dalam sebuah mikroprosesor.
Potensi besar
Content Manager DyCode Fauzan Alfi menambahkan, potensi pasar produk-produk IoT di era masyarakat informasi saat ini relatif besar. Ini menyusul dengan semakin terhubungnya nyaris seluruh aspek kehidupan manusia ke dalam jaringan internet.
Terkait hal itu, salah satu tantangan awal dalam mengembangkan industru IoT ialah penyediaan atmosfer dan ekosistem yang mendukung. Di dalamnya termasuk memadukan kemampuan sumber daya manusia di bidang elektronik dan bahasa pemrograman komputer.
Selain itu, tentu saja upaya pemasaran yang mesti jadi perhatian bagi seluruh produk IoT dan atas alasan itulah pameran pada hari itu dilangsungkan. Jika boleh ditambahkan, faktor melekat dari pemasaran adalah kepercayaan pasar yang juga penting untuk diberikan guna menjamin terus tumbuhnya industri IoT Indonesia. (INGKI RINALDI)
Diambil dari:
Judul koran | : | Kompas, Selasa, 9 Februari 2016 |
Penulis artikel | : | Ingki Rinaldi |
Halaman | : | 25 |
- Login to post comments