Home » Kiat Pembina » Mengendalikan Diri Seturut dengan Firman Tuhan
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Mengendalikan Diri Seturut dengan Firman Tuhan
Secara etimologis, kata pengendalian diri berasal dari bahasa Yunani, Egkrateia, yang artinya ketenangan dan pengendalian atas dorongan-dorongan yang timbul dalam hati dan pikiran demi pencapaian hidup yang lebih baik. Kemudian, dalam bukunya yang berjudul Membangun Pribadi Unggul, B. S. Sidjabat mendefinisikan pengendalian diri adalah ketenangan dan pengendalian atas berbagai dorongan yang timbul dalam hati dan pikiran untuk demi pencapaian hidup yang lebih baik. Firman Tuhan menghendaki kita semua untuk dapat mengendalikan diri dari hawa nafsu (Amsal 23:1-3), perkataan (Amsal 15:1-2), pergaulan yang "tidak sehat" dengan lawan jenis (1 Tesalonika 4:2-6), dan juga nafsu seksual (1 Korintus 7:5,9). Sebagai contoh, Rasul Paulus mengajar Timotius bahwa seorang pelayan jemaat adalah seorang yang mampu mengendalikan dirinya. Titus harus menjadi contoh dalam penguasaan diri di antara orang muda yang dilayaninya (Titus 2:6-7).
Kehidupan orang Kristen, khususnya bagi generasi muda sekarang, sangat perlu bimbingan dan pembinaan untuk menghasilkan generasi yang mampu mengendalikan diri seturut dengan kebenaran firman Tuhan. Anak-anak yang kita bina adalah manusia dengan tabiat berdosa di mana peta dan teladan Allah dalam diri anak-anak kita sudah rusak karena dosa. Untuk itu, peta dan teladan Allah dalam diri anak-anak layan kita harus dikembalikan kepada dasar pijakan iman Kristen, yaitu Alkitab. Tanpa Alkitab, sikap dan perilaku kita hanya tindakan moral belaka dan mengarah ke paham humanistik. Melalui Alkitab, kita mengetahui dasar-dasar etika Kristen dan terus didorong untuk mengaplikasikan firman dalam hidup sehari-hari hingga kita terus berproses serupa dengan Kristus. Bagaimana cara mengendalikan diri yang seturut dengan firman Allah? Berikut ini adalah cara-caranya.
1. Memandang diri Sebagai Seorang yang Tersalib Bersama Kristus
".... Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku ...." (Galatia 2:19-20) Kita adalah orang-orang yang sudah disalibkan bersama-sama dengan Kristus. Ketika Yesus disalib, Dia menyerahkan semua kehendak-Nya kepada Bapa, dan Dia dengan setia melakukan kehendak Bapa. Demikian pula kita sebagai anak-anak Allah, hendaknya kita dapat menyalibkan kedagingan, emosi, perasaan, kehendak, dan pikiran. Dengan begitu, kita dapat memandang bahwa kita hidup untuk Tuhan, kita hidup untuk melayani Tuhan, dan kita hidup untuk menyatakan karya Agung Allah.
2. Memberi Diri untuk Dipimpin Roh Kudus.
Allah menghendaki supaya kita hidup dipenuhi oleh Roh Kudus (Efesus 5:18). Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menyatakan bahwa anak-anak Tuhan harus "berkali-kali dipenuhi Roh Kudus". Dipenuhi Roh Kudus berarti anak-anak Tuhan harus hidup dalam pembaharuan. Lalu adakah ciri-ciri hidup yang dipimpin Roh Kudus? Jawabannya tentu ada. Seorang yang dipenuhi Roh Kudus akan:
- memiliki gaya hidup yang menyembah, bersaksi, dan melayani (Kisah Para Rasul 4:31,33),
- memelihara iman kepada Yesus (Galatia 3:5),
- penuh dengan Firman Allah (Kolose 3:16),
- senantiasa berdoa, mengucap syukur, dan memuji Tuhan (Efesus 5:19-20),
- melayani sesama (Efesus 5:21),
- dan melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan (Efesus 4:30).
3. Membangun pertumbuh rohani bersama komunitas orang percaya
Komunitas kita akan menentukan pertumbuhan karakter dan kebiasaan kita. Sebagaimana pernah dituliskan dalam kitab Amsal, "Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri" (Amsal 22:24-25). Siapa teman kita sejatinya menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk memilih teman. Pilihlah teman dan komunitas yang di dalamnya kita bisa bertumbuh. Bersama-sama sesama orang percaya, kita akan didorong untuk mencintai firman dan menghasilkan buah rohani.
Apa hasil dari pengendalian diri yang berdasar pada Alkitab? Mari kita buka bersama dalam 2 Petrus 1:5-8. Dalam ayat-ayat ini, Rasul Petrus ingin menekankan bahwa dalam pertumbuhan imannya setiap orang percaya harus bisa mengendalikan diri. Petrus mencatat sifat-sifat baik yang harus dikembangkan oleh orang Kristen supaya menang dan berbuah secara rohani di hadapan Allah (2 Petrus 1:8). Frasa "sungguh-sungguh berusaha" (versi Inggris NIV -- "berusaha sekuat-kuatnya") menunjukkan bahwa orang percaya harus terlibat secara aktif dalam pertumbuhan rohani (bandingkan Filipi 2:12-13). Mereka yang menjadi orang Kristen harus langsung berusaha untuk menambahkan ketujuh sifat ini kepada iman mereka (2 Petrus 1:5-8). Ketujuh sifat ini adalah kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih kepada saudara (sesama orang Kristen), dan kasih kepada semua orang. Perhatikan bahwa sifat-sifat kesalehan tidaklah bertumbuh secara otomatis tanpa kita berusaha tekun untuk mengembangkannya.
Sumber bacaan:
1. Sidjabat, B. S. 2011. "Membangun Pribadi Unggul". Yogyakarta: ANDI Offset
2. Yapp, Kathleen. 2002. "Buku Jawaban bagi Orang Tua dari Anak-anak Remaja". Jakarta: Adonai Publishing.
3. Tafsiran 2 Petrus 2:5-7. Dalam Alkitab SABDA - "Tafsiran 2 Petrus 2:5-7"