Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Kudus dalam Keseharian
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.ö (Roma 12:1-2)
Seorang profesional Kristen pernah berkata bahwa kita hidup di dunia yang berdosa. Jadi terlalu naif apabila kita dituntut untuk hidup lurus, kudus seperti yang dituntut dalam Alkitab. Benarkah demikian? Jika demikian, bagaimana kita mengajarkan hal kekudusan yang begitu abstrak bagi anak-anak kita? Mungkinkah anak-anak kita akan mengerti kekudusan jika ditengah-tengah dunia yang berdosa, orang tuanya seakan-akan lumpuh melakukan hal yang kudus seperti yang dituntut oleh Alkitab? Disisi lain, anak-anak yang dipercayakan Tuhan pada kita merupakan rencana Allah yang berkesinambungan dalam kehidupan kita.
Rasul Paulus menasehatkan anak-anak Tuhan mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang kudus dan berkenan pada Allah. Persembahan hidup yang demikian dikatakan sebagai ibadah yang sejati. Itu berarti ibadah yang sejati tidak dapat lepas dari hidup yang kudus. Ibadah yang dimaksud adalah memakai kata ôLatriaö, yaitu aspek ibadah yang meliputi totalitas hidup, keterlibatan hidup sepenuhnya. Ibadah yang sejati, hidup yang kudus tidak cukup hanya ke Gereja pada hari Minggu, persekutuan doa atau berbagian dalam pelayanan. Hidup yang kudus adalah totalitas hidup orang Kristen. Hidup yang kudus adalah kudus setiap saat, setiap kesempatan, setiap konsep, setiap segi hidup kita dalam keseharian. Itu sebabnya Tuhanmenginginkan persembahan yang hidup, bukan yang mati.
Memikirkan bagaimana mengajarkan kekudusan, persembahan yang hidup pada anak, tidak ada yang lebih efektif selain dari teladan hidup orang tuanya. Hidup yang kudus dalam keseharian kita sangat mudah ditangkap dan dipelajari oleh anak. Jikalau kita mengambil waktu sejenak, kita dapat mengevaluasi kehidupan kita. Di dalam keseharian, apakah yang paling menjadi fokus pikiran dan orientasi kita. Apakah yang paling sering kita katakan dalam 1 hari/hari-hari kehidupan kita, kata-kata apa yang paling sering kita ungkapkan pada anak? Bagaimana respon kita terhadap masalah kesulitan? Apa yang menjadi prioritas dan paling disukai keluarga, kegiatan di hari Minggu, film-film apa yang dipilih, musik apa yang disukai, tempat mana yang jadi favorit keluarga, dst.
Sejalan dengan perkembangan anak-anak kita, sejalan pula dengan proses belajar anak untuk mengerti dan hidup kudus. Sebagai orang tua kristen, kita dipanggil untuk berbeda dari dunia yang berdosa ini. Sehari lepas sehari anak akan makin mengerti arti mempersembahkan hidup yang kudus dan berkenan pada Allah.
Akhirnya, dengan segala kemurahan Allah dan pertolongan Roh Kudus, kita berdoa agar dari Gereja, dari keluarga orang beriman, kekudusan hadir dan muncul di tengah-tengah dunia yang berdosa ini, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah kita yang kudus dan telah menguduskan kita. Amin.
Diambil dari:
Nama situs | : | - |
Alamat URL | : | http://www.oocities.org/~eunike-net/17/index.html |
Judul artikel | : | Kudus dalam Keseharian |
Penulis artikel | : | Ev. Ayny L. Susanto, STh. |
Tanggal akses | : | 23 Februari 2016 |
- Login to post comments