Home » Pengetahuan Umum » Hubungan Antara Iman Kristen dan Kesehatan Tubuh
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Hubungan Antara Iman Kristen dan Kesehatan Tubuh
Diringkas oleh: Doni K.
Pendahuluan
Menurut penelitian yang pernah dilakukan di Amerika serikat, orang Amerika telah mengenal adanya kuasa kesembuhan oleh iman dan doa. Faktanya, 82 persen orang Amerika percaya dengan adanya kuasa kesembuhan oleh doa, 64 persen percaya seorang dokter harus berdoa untuk pasien yang memintanya, dan 63 persen pasien ingin dokternya berdiskusi mengenai iman untuk kesembuhannya. Hampir 99 persen dokter di Amerika Serikat mengakui bahwa kehidupan iman dapat berkontribusi positif pada proses penyembuhan.
Penyedia layanan kesehatan sering kali melupakan faktor iman dan melimpahkan hal tersebut kepada pemuka agama. Namun, hal itu sudah mulai berubah. Para ilmuwan mulai melihat adanya suatu hubungan antara pertolongan Tuhan dan kesembuhan.
Menurut penelitian, iman dapat meningkatkan sistem imun, mempercepat proses penyembuhan, mengurangi komplikasi penyakit, dan lain sebagainya. Seperti halnya iman, kesehatan itu sendiri adalah karunia. Orang beriman yang diberi kesehatan oleh Tuhan tidak boleh memegahkan diri. Karena, kesehatan yang ia terima itu bukanlah hasil usahanya, melainkan karunia Tuhan (Efesus 2:9). Namun, itu bukan berarti bahwa orang Kristen tidak boleh berusaha. Sebab, ada pernyataan yang mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17, 2:26).
Pembahasan
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Iman Kristen bukan didasarkan pada ketakutan terhadap segala sesuatu yang ada di hadapan manusia, melainkan pada kasih Tuhan kepada manusia.
Bila kita beriman pada Yesus Kristus, kita harus mengasihi diri, orang lain, masyarakat, dan dunia (Matius 22:38-40). Kasih Allah yang kita respons, diwujudkan dengan iman dan harus mewujud nyata dalam segala aspek hidup kita. Ukuran kasih kita kepada Allah menjadi tolok ukur kita untuk mengasihi sesama.
Buklet yang diterbitkan oleh U.S. Department of Health and Human Services menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk dapat tetap sehat, antara lain mengontrol berat badan, mengurangi konsumsi produk-produk yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, makan secukupnya, olahraga teratur, menghindari tempat-tempat berbahaya untuk mencegah cedera, menggunakan obat-obatan dengan benar, dll.. Dalam semua syarat tersebut, jelas terkandung prinsip-prinsip kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih manusia kepada Allah, dirinya sendiri, dan sesamanya.
Kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih kepada Allah.
Salah satu ayat penting dalam membahas pentingnya kasih kepada Allah dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh adalah 2 Tawarikh 16:12. Ilmu pengobatan merupakan karunia Allah, tetapi hanya Allah sendiri, sebagai Pencipta obat, yang dapat memberikan kesembuhan. Tuhan tidak ingin manusia mengandalkan pikirannya sendiri. Tuhan mau supaya manusia selalu hidup bersandar kepada-Nya (Mazmur 40:5).
Bagi orang Kristen, kesehatan spiritual lebih penting daripada kesehatan tubuh (1 Korintus 12:9). Orang Kristen tidak dikendalikan oleh prinsip yang salah, yakni prinsip yang menyatakan bahwa kebahagiaan yang sejati dapat ditemukan dalam hidup ini, dan kesehatan tubuh merupakan kunci dari kebahagiaan. Lebih dari itu, orang Kristen memelihara kesehatan hanya supaya mereka dapat mengasihi dan melayani Tuhan dengan lebih efektif (Filipi 2:30).
Orang yang mengasihi Allah, tidak akan mencobai Allah untuk kesembuhannya. Berharap kesembuhan turun dari langit dan tidak berusaha untuk meraih kesembuhan merupakan bukti bahwa manusia sedang mencobai Allah. Martin Luther memberikan contoh dalam Kejadian 42:1-2. Ketika terjadi kelaparan di seluruh negeri, Yakub memerintahkan anak-anaknya untuk membeli gandum di Mesir. Yakub tahu bahwa ia memiliki Allah yang hidup, yang tidak akan membiarkannya mati kelaparan di negerinya sekarang. Akan tetapi, ia tidak mau diam saja. Yakub tidak menyuruh anak-anaknya untuk diam di rumah. Ia juga tidak berharap makanan jatuh dari langit. Orang beriman seharusnya menyikapi penyakit yang dideritanya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Yakub.
Tuhan memiliki cara yang berbeda-beda dalam memelihara umat-Nya, termasuk dalam proses penyembuhan penyakit. Karena itulah, orang beriman diminta untuk menggunakan segenap hati, jiwa, dan akal budi untuk mengetahui rencana-Nya, sebagai bukti kita mengasihi-Nya (Ulangan 6:5; Matius 22:37; Markus 12:30; Lukas 10:27).
Ketika mengobati orang-orang yang datang kepada-Nya, Tuhan Yesus sendiri tidak selalu menyembuhkan mereka secara langsung. Pada beberapa kasus, Yesus malah menguji iman terlebih dahulu sebelum menyembuhkan seseorang. Hal ini terlihat pada kasus yang terjadi hampir bersamaan berikut ini (Matius 9:18-25):
1. Terhadap kepala rumah ibadat ini, Yesus tidak mengatakan apa-apa, dan juga terhadapnya, Yesus tidak menguji imannya. Yesus segera bertindak. Ia bangkit dan mengikuti kepala rumah ibadat ini.
2. Terhadap perempuan yang sakit pendarahan, Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata, "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Perempuan ini telah menghampiri Yesus dengan cara yang kurang sopan. Ia datang mengendap-endap dari belakang. Tetapi, Yesus sudi berpaling dan memandang perempuan ini. Yesus mengerti bagaimana gundah gulananya hati perempuan ini sehingga Ia berkata, "Teguhkanlah hatimu, ...." Lebih dari itu, ketika semua orang menutup muka dan merasa jijik terhadap perempuan ini, Yesus sudi memandang perempuan ini.
Walaupun dalam proses penyembuhan Yesus menggunakan cara yang berbeda, tetapi pada akhirnya kedua peristiwa itu memiliki persamaan hasil dari iman, yakni adanya kesembuhan.
Kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih kepada diri sendiri.
Dalam konteks kesehatan, orang Kristen yang benar-benar beriman akan mengasihi dirinya sendiri. Maksudnya adalah orang Kristen tahu bagaimana ia merawat dirinya sendiri, sebagai bukti bahwa ia mengasihi dirinya. Tanpa adanya iman yang dilandasi oleh kasih terhadap diri sendiri, kesehatan tubuh/jasmani itu sulit untuk dicapai.
Setiap orang yang percaya diharapkan mampu mengontrol keinginan daging, misalnya saja dalam masalah makanan (Amsal 16:32), untuk memperoleh, meningkatkan, maupun menjaga kesehatan. Orang Kristen tidak boleh mencobai Tuhan. Misalnya, beralasan sudah mendoakan dan meminta Tuhan memberkati makanan yang dimakan, meskipun ia tahu bahwa itu adalah makanan pantangan bagi dirinya (Roma 14:1-3).
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, orang Kristen yang mengetahui cara mengobati penyakitnya, juga harus menggunakan pengetahuan itu sebagai bukti ia mengasihi dirinya sendiri (Matius 9:12). Akan tetapi, semua pengobatan yang dilakukan oleh orang Kristen jangan sampai menyimpang dari perintah Tuhan. Beberapa hal menyimpang yang sering dilakukan oleh orang Kristen dalam proses meraih kesehatan tubuh itu antara lain:
1. Menggunakan paham tertentu untuk melarang orang memakan makanan (Roma 14:3; 1 Timotius 4:3-4).
2. Menggunakan teknik pengobatan yang tidak ilmiah, ataupun yang ilmiah, namun tidak sesuai dengan firman Tuhan (1 Timotius 6:20).
3. Menggunakan alat tertentu yang digunakan untuk mengetahui atau meramal kesehatan seseorang, misalnya pendulum (Ulangan 18:9-12).
4. Menggunakan energi yang tidak terlihat untuk menyembuhkan penyakit manusia (Keluaran 20:3-5).
5. Menggunakan latihan mental untuk menghilangkan aura negatif dan menghasilkan aura positif (Roma 12:1-2).
6. Kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih manusia pada sesamanya.
Sering kali, kita berpikir bahwa mengasihi sesama tidak berpengaruh sama sekali pada kesehatan kita. Akan tetapi, fakta yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata berkata lain. Misalnya, donor darah. Menurut penelitian, donor darah sangat bermanfaat bagi kesehatan pendonor. Di antaranya dapat menjaga kesehatan jantung, meningkatkan produksi sel darah merah, membantu penurunan berat badan, mendapatkan kesehatan psikologis, dan dapat dengan mudah mendeteksi penyakit serius.
Mengasihi sesama ini juga terlihat sangat nyata bila diterapkan dalam kehidupan keluarga. Orang tua yang mengasihi anak-anaknya akan memberi anaknya makanan yang sehat. Itu semua adalah untuk pertahanan diri mereka dalam mencegah penyakit (Matius 7:11). Seorang anak yang sakit dapat menimbulkan polemik di tengah keluarga. Bahkan, tidak jarang orang tua juga tertular penyakit yang dibawa anak dari luar.
Dalam kehidupan bertetangga, bergotong royong merupakan salah satu bukti nyata bahwa orang beriman benar-benar mengasihi sesamanya (Galatia 6:2). Misalnya, acara gotong royong untuk membersihkan selokan di depan rumah masing-masing untuk mencegah terjadinya banjir. Orang yang tidak mau mengasihi sesamanya, dalam kasus ini, biasanya tidak mau bergotong royong. Jika banjir terjadi, dampaknya akan dirasakan baik olehnya ataupun orang lain.
Ide untuk mengarantinakan (mengasingkan) orang-orang yang menderita penyakit menular juga penting sebagai cara manusia mengasihi sesamanya. Misalnya, para penderita kusta yang diharuskan mengasingkan diri sebagai upaya pencegahan penularan kepada orang lain. Ini merupakan suatu perlindungan yang diberikan Allah sendiri kepada Bangsa Israel pada masa itu, akan tetapi prinsip pengasingan ini masih terus dipakai dalam bidang medis saat ini (Imamat 13:46).
Ketika Maut Hitam mengamuk pada abad ke-14, pasien-pasien yang sakit atau mati ditempatkan bersama anggota-anggota keluarganya di dalam satu ruangan. Orang-orang sering kali heran mengapa begitu banyak orang tertular penyakit ini dalam waktu yang bersamaan. Mereka mengira bahwa wabah ini disebabkan oleh "udara buruk" atau "roh-roh jahat". Padahal, sekiranya mereka sungguh-sungguh memperhatikan dan melaksanakan perintah medis Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam Kitab Imamat, berjuta-juta jiwa pasti dapat diselamatkan. Arturo Castiglione menulis tentang betapa pentingnya hukum medis Alkitab ini, "Hukum-hukum tentang pembasmian penyakit kusta dalam Imamat 13 dapat dianggap sebagai model pertama dari suatu hukum kebersihan".
Tampaknya, Imamat 13 sedang menerangkan penyakit kulit pada umumnya (termasuk penyakit kusta) dengan alasan berikut ini.
1. Gejala yang disebut dalam Imamat 13, bukanlah gejala penyakit kusta yang kita kenal sekarang ini.
2. Hukum acara penahiran/pembersihan menyatakan bahwa beberapa orang yang dianggap "berpenyakit kusta" cepat sembuh.
3. "Pada zaman ketika sains medis seperti sekarang ini belum ada, agak sukar bagi para imam untuk memberikan diagnosa yang berbeda terhadap berbagai penyakit kulit, yang dalam berbagai hal memiliki banyak persamaan, dan belum mempunyai nama tertentu. Tampaknya, Musa mengelompokkan semua penyakit yang mirip dengan memberi nama umum, yang diterjemahkan ke dalam Alkitab KJV menjadi kusta."
Sebagai orang beriman, kita diminta untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Orang Kristen tidak dapat mengklaim mengasihi orang lain bila ia sendiri tidak mengasihi dirinya sendiri. Akan tetapi, sering kali orang beriman terjebak dan masuk ke dalam pergaulan yang buruk seperti mabuk-mabukan, berjudi, menggunakan narkoba, seks bebas, dll.. Semuanya ini merupakan aktivitas yang buruk bagi kesehatan tubuh kita (1 Korintus 15:33).
Mengasihi sesama bukan berarti kita harus mengikuti apa yang mereka lakukan. Perlu diingat, seseorang yang bermain-main dalam lumpur yang kotor, akan turut menjadi kotor, demikian juga orang yang bergaul dalam lingkungan yang buruk. Orang Kristen sebaiknya tidak bergaul dengan mereka. Sebaliknya, orang Kristen harus menunjukkan kesetiaan, kepercayaan, penghiburan, pengampunan, penerimaan diri, dan perlindungan kepada mereka. Bila kita peduli dengan orang lain sebagaimana yang Tuhan tentukan, hubungan kita semakin mendalam dan bertumbuh. Memperlakukan orang lain dengan kasih semacam ini tidaklah alami, tidak mudah. Bahkan, mengasihi seperti yang Yesus perintahkan merupakan hal yang mustahil untuk kita lakukan dengan kekuatan sendiri. Tetapi, ketika kita mempercayai Kristus sebagai Juru Selamat, Roh Kudus memampukan kita dan menjalani hidup-Nya melalui kita (Galatia 2:20).
Kesimpulan
Dalam pelayanan kesehatan, dikenal beberapa pendekatan yaitu pelayanan kesehatan pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan/penyembuhan kesehatan (rehabilitatif). Dari keseluruhan pendekatan ini, iman Kristen yang dilandasi oleh kasih dapat disimpulkan sebagai suatu inti dari kesehatan itu sendiri.
Iman Kristen yang dilandasi oleh kasih ini mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali adalah kesehatan manusia itu sendiri. Tanpa adanya kasih, tidak mungkin manusia dapat hidup, apalagi hidup sehat, baik sehat jasmani maupun sehat rohani.
Kasih kepada Allah berarti mengetahui segala kehendak Tuhan atas kehidupan kita karena kita telah mengenal Allah, termasuk mengenai kesehatan diri kita. Kasih kepada diri sendiri merupakan upaya manusia untuk melayani dirinya sendiri sebagai proses meraih tubuh yang sehat. Sementara itu, kasih kepada orang lain merupakan cara untuk menyehatkan dan melayani orang lain, meningkatkan kesehatannya, dan bahkan mencegah terjadinya penyakit dalam diri orang tersebut.
Iman Kristen yang dilandasi oleh kasih itulah yang mengharuskan setiap orang Kristen untuk tetap memperhatikan kesehatannya, untuk kemuliaan nama Tuhan juga.
Diringkas dari: | ||
Nama situs | : | gnibot.blogspot.com |
Alamat URL | : | http://gnibot.blogspot.com |
Judul asli artikel | : | Hubungan Iman Kristen dengan Kesehatan Tubuh |
Penulis artikel | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 27 Maret 2013 |
- Login to post comments