Home » Pemuda Kristen » Hidup di Dalam Waktu
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Hidup di Dalam Waktu
Kita dilahirkan pada satu waktu dan mati pada waktu yang lain. Di antara kedua waktu itu ada pemilikan waktu yang dimiliki oleh setiap pribadi kita. Karena waktu itu berlangsung dan kita berada di dalam kurun waktu, maka kita harus memperhitungkan apa yang kita sebut sebagai "sejarah".
Waktu bukanlah sejarah, dan sejarah bukanlah waktu. Apakah sejarah? Ada orang yang menggunakan istilah bahasa Inggris "History" (sejarah) dengan memisahkannya sebagai "HIS story", yang artinya adalah "Cerita dari Dia (Allah)". Akan tetapi, apakah sejarah itu sebenarnya? Mungkinkah ada sejarah yang tidak terjadi di dalam waktu? Kalau tidak ada, bagaimana sebenarnya relasi antara sejarah dan waktu? Adakah waktu yang tidak mengandung sejarah? Ada. Kalau seluruh alam semesta selesai sehingga semua manusia sudah mati, tetapi tetap masih ada rotasi dari semua planet, maka saat itu masih mempunyai waktu tetapi tidak ada sejarah lagi. Jadi, sejarah memiliki unsur yang melampaui berlangsungnya waktu sehingga waktu lebih bersifat netral dan lebih bersifat fisika, tetapi sejarah lebih bersifat metafisika. Saya tidak menjelaskan lebih lanjut pernyataan ini. Waktu bisa diukur dengan mesin, tetapi mesin tidak mungkin bisa menyeleksi suatu waktu tertentu yang berarti, lalu mencatatnya sebagai sejarah. Misalnya: arloji adalah salah satu alat pengukur untuk memberikan indikasi terjadinya proses waktu. Melalui pergerakan jarum di dalam arloji, kita dapat menentukan berapa waktu yang kita pergunakan untuk aktivitas-aktivitas hidup kita. Akan tetapi, sejarah tidak mungkin diukur oleh arloji atau mesin-mesin waktu lainnya karena mesin-mesin waktu hanya mampu memberikan petunjuk tentang suatu kerutinan yang tidak berubah.
Berdasarkan pemikiran di atas, orang-orang Yunani menggunakan dua macam istilah untuk membedakan antara hal-hal penting yang terjadi di dalam sejarah dan waktu yang berjalan begitu saja tanpa hal-hal penting di dalamnya. Orang Yunani melihat waktu yang bersifat mekanis berbeda dengan saat-saat tertentu di dalam waktu yang bermakna penting sehingga kita harus terus mengingatnya. Jadi, saat penting dibedakan dan berlainan dengan waktu-waktu netral. Untuk waktu-waktu yang netral, mereka menggunakan istilah: kronos (dari sini kemudian menjadi kronologi, kronis). Akan tetapi, orang Yunani juga memakai istilah yang lain, yaitu: kairos, untuk menunjukkan saat-saat di dalam waktu di mana kita harus mengingat, mencatat, dan mengakui kepentingannya. Ini berbeda dari kronos. Jika Saudara menilik kembali sepanjang hidup Saudara, Saudara tidak akan mencatat bahwa Saudara bangun pagi, lalu mandi, lalu makan, lalu berangkat ke sekolah, lalu pulang ... dst.. Tidak. Hal-hal seperti itu memang harus dikerjakan, tetapi tidak perlu dicatat karena hal-hal seperti itu bersangkut paut dengan kronos, tetapi tidak bersangkut paut dengan kairos.
Manusia adalah manusia, karena manusia bukanlah binatang; binatang adalah binatang, justru karena binatang bukan manusia. Salah satu pembeda yang paling penting adalah manusia mengerti kairos, sedangkan hewan tidak. Binatang mengerti, berada dan sedang melewati waktu, tetapi mereka tidak mengerti pentingnya, signifikansinya, dan bagaimana pemanfaatan waktu sebagai hak miliknya. Mereka tidak memiliki hal itu. Manusia tidak demikian. Manusia mempunyai kesadaran tentang kairos, yaitu saat-saat yang paling penting, yang merupakan saat-saat pergumulannya. Saat-saat itu adalah saat-saat yang tidak boleh dilupakan, merupakan saat-saat yang perlu dicatat karena membentuk karakter hidupnya.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Pemuda dan Krisis Zaman |
Judul artikel | : | Hidup di Dalam Waktu |
Penulis | : | Stephen Tong |
Penerbit | : | Momentum, Surabaya 2012 |
Halaman | : | 8 -- 10 |
- Login to post comments