Home » Bahan Pembina » Siapakah Aku?
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Siapakah Aku?
Ayat kunci: Kejadian 1:26
Nas Alkitab: Kejadian 1
Tujuan:
1. MENGETAHUI bahwa setiap orang diciptakan oleh Allah.
2. MENULISKAN arti diciptakan menurut gambar Allah.
3. BERTERIMA KASIH kepada Tuhan Sang Pencipta.
Pendahuluan
Masa remaja adalah masa di mana krisis identitas sedang terjadi. Mereka mulai mempertanyakan banyak hal berkaitan dengan diri sendiri, misalnya siapakah aku? Milik siapakah aku ini? Mengapa aku harus ada di dunia saat ini? Untuk apa seseorang harus belajar di sekolah? Untuk apa seseorang berteman? dll..
Mereka mencari identitas itu dari lingkungan mereka. Konsepsi diri terbentuk tanpa dia sadari. Semua pertanyaan yang muncul dari alam bawah sadarnya terbaur bersama semua persepsi yang diperoleh dalam lingkaran pergaulan dan hidupnya sehari-hari. Apa yang dia dengar, apa yang dia baca dari wajah orang dan dari perbincangan orang mengenai dirinya, dijadikan cetak biru konsepsi identitas diri. Akibatnya banyak remaja yang tidak dapat menerima keadaan dirinya. Pergaulan mereka telah membentuk konsepsi identitas diri yang semu dan menyesatkan. Mereka diajar untuk lebih menghargai hal-hal yang lahiriah daripada batiniah. Konsep yang tertanam dalam diri mereka ialah bahwa kalau aku kaya, tampil menarik dan tidak cacat, maka aku adalah orang yang paling bahagia. Itu sebabnya banyak ditemukan remaja-remaja yang tidak bisa menerima diri sendiri.
Segala cara dihalalkan semata-mata agar ada yang mengakui mereka kaya, menarik, pintar, baik dan segala yang berkenaan dengan pujian yang membanggakan hatinya. Untuk dianggap "macho" misalnya, mereka berani merokok, minum pil KB, wiski, dll.. Ketidakjelasan akan identitas diri seorang remaja akan menyebabkan dia kehilangan arah hidup. Dia akan dengan mudah dipengaruhi lingkungannya.
Untuk alasan itu remaja perlu mengetahui tiga hal mengenai identitas dirinya:
1. Remaja Adalah Makhluk Pembawa Gambar Allah
Dalam Kejadian 1:26 jelas dituliskan bahwa manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Apa maksudnya? Gambar dan rupa Allah menunjukkan kualitas/sifat-sifat yang dimiliki Allah, seperti kasih, pengampunan, rasional, bermoral, dll.. Gambar dan rupa ini merupakan letak salah satu perbedaan antara manusia dan binatang. Manusia mempunyai kesadaran akan Allah, binatang tidak. Tidak pernah dalam sejarah ditemukan ada monyet yang bisa pagi-pagi bangun langsung berdoa dan hari Minggunya bisa bawa tas (Alkitab), pergi ke gereja untuk beribadah.
Manusia mempunyai hukum moral dalam hatinya, binatang tidak. Tidak pernah kita temukan ada singa yang merasa bersalah jika memakan anak, darah dagingnya sendiri karena lapar. Karena ada gambar dan rupa Allah dalam diri kita, maka setiap kali kita melakukan dosa (misal: menyontek, berbohong, mencuri, berjudi, dll.) hati kita gelisah. Ada suara hati yang tidak pernah berhenti menegur dan menuduh. Karena ada gambar dan rupa Allah kita bisa memikirkan dan berbuat yang terbaik bagi orang lain. Pembawa gambar Allah berarti utusan Allah. Tugasnya di bumi ini adalah melakukan apa yang Allah ingin dia lakukan. Allah ingin agar semua orang hidup di dalam damai. Remaja adalah makhluk pembawa gambar Allah.
Demikianlah mereka harus memancarkan sinar ilahi tersebut setiap harinya. Dia tidak boleh membiarkan dirinya dicemari oleh dosa. Dia harus sadar bahwa dirinya bukanlah hamba dosa melainkan hamba/utusan Allah yang membawa damai dan bukan kekacauan. Gambar dan rupa Allah yang ada di dalam dirinya merupakan bukti dari utusan tersebut.
2. Remaja sebagai Makhluk Sosial
Dalam Kejadian 1:18 jelas tersirat bahwa manusia diciptakan tidak untuk sendirian. Ada dorongan dari dirinya untuk mengusir kesepian dan kesendirian. Adam tidak menemukan adanya penetralisir jiwanya yang sedang kesepian itu dari antara binatang- binatang yang sudah Tuhan ciptakan. Sampai Tuhan memberi Hawa kepadanya, Adam baru menjadi tenang dan tidak gelisah lagi. Dalam bahasa Ibrani Kejadian 2:23 jelas berisi ekspresi suara Adam yang kaget bercampur rasa senang. "Waw, ini dia yang selama ini saya cari." Ekspresi itu menunjukkan bahwa Adam pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Dia tak dapat hidup sendirian tanpa orang lain bersamanya. Dia butuh orang yang bisa diajak bekerja sama, bisa saling membagi ide dan gagasan bersama, bisa saling memperhatikan dan menegur.
Manusia pada hakekatnya tidak dapat hidup mandiri. Dia selalu membutuhkan orang lain dalam mewujudkan keinginannya. Semua remaja yang kurang suka bergaul patut diperhatikan apakah memiliki gejala kurang sehat di dalam tahap perkembangannya. Masa remaja adalah masa di mana sahabat atau teman sebaya kadang lebih tinggi dari kepentingan pribadi. Solidaritas merupakan idealisme yang dijunjung tinggi. Demi solidaritas mereka berani berbuat apa saja dari baku mulut sampai baku hantam. Tidak peduli siapa yang mereka hadapi, baik kepala keluarga (orang tua sendiri) maupun kepala sekolahnya. Solidaritas pada hakekatnya mulia sejauh dia bisa berjalan seiring dengan kehendak Allah (makhluk pembawa gambar Allah). Jika atas label solidaritas direncanakan perbuatan yang berkenaan dengan dosa dan segala macam rencana kejahatan, patutlah itu dihindari, karena tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk pembawa gambar Allah.
3. Remaja sebagai Makhluk yang Berkuasa atas Alam (Kejadian 1:28)
Keistimewaan lain dari manusia adalah bahwa dia satu-satunya makhluk yang diciptakan dan diberi wewenang/mandat untuk menguasai, mengolah, dan mendayagunakan seluruh yang ada di dalam dunia ini. Jadi, dunia diciptakan bukan hanya untuk memperlihatkan keagungan karya Tuhan yang ajaib saja melainkan juga untuk kepentingan bersama. Tuhan berjerih lelah menciptakan bumi dan segala isinya dan memerintahkan pohon-pohon untuk menghasilkan buah. Semuanya itu untuk manusia.
Kalau Tuhan sampai menciptakan bumi dan segala isinya dahulu baru menciptakan manusia, tentu ada maksudnya. Coba bayangkan bagaimana kalau Tuhan menciptakan manusia dahulu baru bumi dan segala isinya? Bingung 'kan? Bagaimana manusia bisa hidup tanpa ada makanan dan tempat tinggal? Jadi, sebenarnya puncak penciptaan tersebut ada pada manusia. Bumi diciptakan semata-mata untuk tempat tinggal manusia. Segala binatang, tumbuhan dan alam semata-mata adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan manusia.
Tuhan melihat bahwa manusia mempunyai otak dan otot sehingga bisa berkarya dan mengelola apa yang ada demi kebutuhannya bertahan hidup di bumi. Itu sebabnya Tuhan memberi wewenang kepada manusia untuk menaklukkan/menguasai alam dan segala isinya. Jadi, segala sesuatu yang ada di bumi ini ada di bawah kaki manusia, termasuk pohon, gunung, binatang, dll.. Nah, kalau ada orang yang masih (mau) menyembah pohon-pohon besar di belakang kebun, pergi ke Gunung Kawi untuk cari berkat, memahat patung berbentuk binatang untuk memberi sesajen, hal-hal itu menunjukkan dia tak mengerti betapa istimewanya dia selaku seorang manusia dan bahkan dapat dikatakan dia telah membodohi dirinya sendiri.
Remaja banyak yang terjebak okultisme. Banyak yang mencari dukun sekadar bisa tampil berwibawa dan disegani banyak orang. Bermodalkan cincin dibangunlah kewibawaanya. Segala anjuran dan pantangan sang dukun dia turuti. Padahal tanpa disadari dia telah dibodohi dan diperalat Iblis: Makhluk hidup menjadi budaknya benda mati (cincin). Seharusnya dia yang jadi majikan dan pepohonan/gunung itu yang jadi pelayannya, sekarang malah terbalik dia yang jadi pelayan, benda benda mati yang jadi majikannya. Kalau Tuhan sudah memberi wewenang berarti tidak ada lagi yang lebih berkuasa dari manusia di bumi ini. Itu berarti kita tidak perlu takut pada pohon-pohon atau daerah-daerah yang terkesan angker, tidak perlu takut sama tempat-tempat gelap, karena Tuhan telah memberi kuasa/wewenang. Kalau masih tetap takut berarti kita ternyata lebih takut pada pohon ciptaan Tuhan daripada Tuhan sendiri (lebih taat pada pohon/pantangan dukun daripada pada Tuhan sendiri).
Kita perlu bersyukur kepada Tuhan atas kepercayaan yang begitu besar. Seluruh bumi dan segala isinya diserahkan Tuhan pada tangan kita. Ibarat seorang raja mewariskan seluruh wilayah kekuasaannya pada sang juru minum raja (dulu posisi ini adalah posisi/jabatan yang tinggi dalam suatu kerajaan). Tentu pertama-tama sikap sang juru minum raja kaget setengah mati. Namun, setelah dia memangku jabatan menjadi penguasa, dia tak akan bertindak sewenang-wenang. Dia tahu pemberian ini adalah kepercayaan tuannya, dia akan berhati-hati dalam memerintah agar tuannya tidak kecewa nantinya.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Identitasku, Seri Pemahaman Alkitab Kelompok Kecil Remaja Bintang |
Editor | : | Tan Giok Lie, Ed. D. |
Penerbit | : | Sekolah Tinggi Teologia Bandung |
Halaman | : | 1 - 4 |
- Login to post comments