Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Masalah Remaja di Sekolah dan Pentingnya Konselor Guru
Ditulis oleh: Amidya
1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan sebuah masa transisi dengan setiap masalah dan pergumulannya masing-masing. Beberapa masalah itu muncul, mulai dari permasalahan di rumah, di sekolah, hingga di setiap lingkungan tempat mereka berinteraksi. Khususnya di sekolah, beberapa remaja bahkan memerlukan pendampingan khusus karena di sana mereka akan diperhadapkan pada beban studi, teman sebaya, kakak kelas, dan juga guru-guru yang akan memungkinkan mereka menghadapi beberapa masalah. Masalah-masalah ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan memengaruhi perkembangan remaja ke depannya. Oleh karena itu, peran guru sebagai konselor sangatlah diperlukan untuk mengarahkan, membimbing, dan mendampingi siswa dalam menghadapi masalah-masalah tersebut di sekolah.
2. Masalah-Masalah Remaja di Sekolah
Pada umumnya, masalah remaja di sekolah, baik di tingkat SMP maupun SMA, berkenaan dengan perilaku. Berikut beberapa masalah remaja di sekolah:
1. Perilaku Bermasalah (Problem Behavior)
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasi dengan remaja lain, guru, dan masyarakat. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah, misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja menjadi kurang pengalaman. Jadi, perilaku bermasalah ini akan merugikan remaja di sekolah secara tidak langsung akibat perilakunya sendiri.
2. Perilaku Menyimpang (Behavior Disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau dan menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) serta perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami perilaku ini. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia merasa tidak tenang dan tidak bahagia sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3. Penyesuaian Diri yang Salah (Behaviour Maladjustment)
Perilaku tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, membolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah.
4. Perilaku Tidak Dapat Membedakan Benar atau Salah (Conduct Disorder)
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku yang benar dan perilaku yang salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara berpikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya adalah karena sejak kecil, orang tua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan yang salah pada anak. Seharusnya, orang tua mampu memberikan hukuman (punishment) saat anak berperilaku salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak berperilaku baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku antisosial, baik secara verbal maupun secara nonverbal, seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya.
5. Perilaku Berkaitan dengan Perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Perilaku berkaitan dengan perhatian adalah anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tidak akan memperhatikan lawan bicaranya dan cepat terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar.
6. Guru Sebagai Konselor
Guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan ilmu kepada siswa, tetapi juga mempunyai peran lainnya, yaitu menjadi orang tua kedua bagi siswa dan berperan sebagai konselor. Peran guru sebagai konselor sesungguhnya bukan hanya tugas guru Bimbingan Konseling (BK), tetapi juga tugas setiap guru wali kelas, termasuk guru Pendidikan Agama Kristen. Guru sebagai konselor akan menolong setiap murid yang sedang bermasalah dan jika memungkinkan dapat memberikan solusi sehingga mereka dapat keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Guru beragama Kristen, khususnya, dapat membimbing siswa dengan memberikan nasihat yang berdasar pada kebenaran firman Tuhan, sekalipun ia bukan guru Bimbingan Konseling. Sebab, firman Tuhan itulah yang menjadi penuntun di setiap kehidupan kita. Seorang remaja yang sedang ada di masa transisi sangat membutuhkan pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus, nasihat-nasihat tentang kehidupan, dan pertolongan, agar mereka mengerti apa yang benar di hadapan Tuhan.
7. Cara Mengatasi Masalah-Masalah Perilaku Remaja
1. Dialog Antara Orang Tua dan Anak
Cara pertama untuk mengatasi masalah perilaku pada siswa, yaitu perlunya peran orang tua. Mengapa peran orang tua sangat dibutuhkan? Karena orang tua seharusnya menjadi orang yang paling dekat dengan anak, dan keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk bertumbuh dan bersosialisasi. Biasanya, saat anak menginjak masa remaja, anak akan enggan berkomunikasi dengan orang tua, khususnya bagi remaja pria, mereka lebih suka bergabung dan lebih terbuka kepada kelompoknya. Sedangkan remaja putri lebih senang berada di rumah dan menghabiskan waktu di kamar. Di sinilah, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak remaja mereka dan harus lebih sering bertanya kepada anak dan memberikan nasihat serta masukan.
2. Menasihati Anak untuk Menjalin Pertemanan yang Sehat
Baik orang tua maupun guru sebaiknya menasihati anak untuk menjalin pertemanan yang sehat. Memang, sejak kecil anak sudah diajar untuk tidak memilih-milih teman, tetapi Alkitab memberikan nasihat-nasihat dalam menjalin sebuah persahabatan. Biasanya, siswa mengalami masalah yang berkaitan dengan perilaku karena terus bergaul dengan teman sekelompoknya. Oleh sebab itu, baik orang tua maupun guru hendaknya mendorong anak-anak untuk masuk di lingkungan pertemanan yang sehat sehingga dapat menjalin persahabatan di komunitas yang sehat pula.
3. Memberikan Pendampingan, Perhatian, dan Kasih yang Tulus
Ketika beranjak dewasa, anak-anak akan menghabiskan waktunya di sekolah. Guru harus menjadi konselor dan motivator yang baik bagi siswa-siswa di sekolah. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, guru tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membagikan nasihat kehidupan, ajaran, keterampilan, dan pengalaman kepada siswa. Jika guru menunjukkan pendampingan, perhatian, dan kasih yang tulus kepada siswa, tentu siswa akan merasa dihargai dan memiliki semangat belajar yang tinggi di sekolah. Proses konselor yang baik oleh para guru ini dapat mengantisipasi adanya permasalahan perilaku pada siswa dan juga mencegah terjadinya kenakalan remaja.
Sumber bacaan:
1. Dunn, R. Richard. "Membentuk Kerohanian Anak Muda". Literatur Perkantas, Surabaya 2012
2. Heagy, C. Ronald. "Dunia yang Mulai Liar". Pustakaraya, Jakarta 2006
3. __________. "Konselor Pendidikan". Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan