Home » Review Film » "Les Miserables"
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
"Les Miserables"
Semalam aku menyempatkan diri menonton film yang berjudul "Les Miserables" di sela-sela penulisan proposal skripsiku. Aku tertarik menonton film ini karena judulnya yang berbahasa Prancis. Di tengah kebosananku terhadap suguhan film Inggris dan Amerika, aku berharap akan menghadapi film dengan dialog Prancis yang logatnya agak sengau dibarengi pengucapan huruf "R" yang sulit bagi lidah Indonesia.
Film ini berkisah tentang seorang napi yang menjadi tahanan luar setelah menjalani kerja paksa selama 19 tahun karena mencuri makanan. Namanya adalah Jean Valjean. Film ini menceritakan perjalanan hidupnya mulai dari seorang napi rendahan hingga menjadi seorang walikota di sebuah kota kecil bernama Vigau. Identitas dirinya terbongkar setelah dia bertemu dengan seorang kepala polisi dari Paris yang ditugaskan ke Vigau.
"Les Miserables" penuh dengan adegan yang mengharukan yang menghanyutkan emosi penonton (terutama jika Anda seorang wanita). Bahkan, aku sempat menangis di beberapa adegan dalam film. Adegan pertama "Les Miserables" adalah salah satu adegan yang membuatku bertekad menonton film ini walau jam sudah menunjukkan pukul 00.24.
Diceritakan bahwa sebagai seorang tahanan luar, Jean Valjean diberi paspor kuning (paspor bagi napi) dan harus wajib lapor ke Dijon, jika tidak ingin di penjara lagi. Hari sudah terlalu malam ketika dia tiba di sebuah kota kecil sehingga dia terpaksa menginap di kota itu dan menangguhkan perjalanannya ke Dijon.
Pada jaman Valjean tingkat status sosial masih kental dalam masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari penolakan warga kota terhadap Valjean untuk menginap di rumah mereka hanya karena Valjean adalah tahanan luar yang harus wajib lapor. Akhirnya, Valjean menginap di sebuah gereja. Dia diberi makan malam dan kamar yang layak untuk tidur. Namun saat tengah malam tiba, Valjean mencuri peralatan makan milik gereja yang terbuat dari perak. Setelah memukul sang Romo sampai pingsan, Valjean pergi membawa hasil curiannya.
Keesokan harinya Valjean ditangkap oleh para polisi di perbatasan kota. Valjean kemudian dibawa kembali ke hadapan sang Romo untuk membuktikan bahwa Valjean telah mencuri peralatan makan perak gereja (Valjean mengaku diberi oleh sang Romo). Namun sangat mengejutkan, bukannya mengutuki Valjean yang tidak tahu terimakasih, sang Romo justru membebaskan Valjean dan memberikan dua buah tempat lilin perak sebagai tambahannya.
Dalam kebingungannya Valjean bertanya kenapa Romo melakukan hal ini. Romo hanya menjawab, "Kemarin kamu telah berjanji akan menjadi seorang manusia baru hari ini, aku telah membeli jiwamu dengan perak dan aku ingin kamu menepati janjimu. Aku telah ditebus oleh Bapa, sehingga kamu pun juga ditebus oleh-Nya, kini Dia telah menjadi Bapamu dan kamu adalah anak-Nya"
Aku melanjutkan film ini sampai akhirnya aku menyerah pada pukul 01.55 karena mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Buku yang seharusnya kubaca pada akhirnya hanya bisa ku-scan dan kutandai bagian-bagian penting sebagai bahan skripsi.
Kini mataku benar-benar berat dan sulit berkonsentrasi. Seandainya semalam aku tetap nekat dan menontonnya untuk setengah jam ke depan, mungkin hari ini aku terpaksa memakai salonpas.
Aku benar-benar kagum terhadap tindakan sang Romo yang mau menerima seorang napi makan satu meja dengan mereka, terlebih lagi ketika dia memaafkan Valjean yang telah memukulnya hingga pingsan dan mencuri sendok garpu peraknya. Aku membayangkan jika aku menghadapi orang seperti Valjean, aku pasti akan menjadi salah satu dari warga kota itu yang menolak Valjean di depan pintu.
Jangankan makan satu meja, jika aku mengetahui seseorang pernah dipenjara (bekas napi) mungkin aku tidak akan mau berbicara padanya. Pikiranku pasti penuh dengan prasangka dan pikiran negatif. Yang pasti jika Romo itu tidak pernah percaya pada Valjean dan memberi kesempatan padanya, maka Valjean hanya akan kembali menjadi seorang pencuri dan meringkuk di Bastilles. Valjean tidak akan pernah menjadi walikota di Vigau, tidak akan memiliki status sosial yang baik dan yang terpenting Valjean tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menolong orang lain.
Sumber: http://teens.sabdaspace.org/les_miserables_pelarian_sang_napi
- Login to post comments