Home » Kepemimpinan » Berpikir dan Bertindak Secara Alkitabiah
Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen
Berpikir dan Bertindak Secara Alkitabiah
Sejak semula pemimpin P.A. mencoba menghubungkan, membandingkan, membedakan, atau mengkonfrontasikan Alkitab dengan bacaan-bacaan di luar Alkitab, seperti surat kabar, majalah, buku pelajaran dan lain-lain yang dapat menjadi sumber penelaahan dan studi perbandingan. Hal ini dibutuhkan supaya anggota kelompok dapat berpikir kritis, peka dan kontekstual, dapat menghubungkan Alkitab dengan permasalahan dalam dunia dan dapat memahami apa yang dikatakan Allah sebagai tugasnya dan bisa melawan ajaran dan bisikan si jahat. Mereka harus diperlengkapi dengan firman Allah, yang dapat melihat rencana Allah di masa depan dan apa-apa dari struktur dan situasi masyarakat yang berlawanan dengan kehendak Allah sehingga perlu diubah. Janganlah kita memisahkan waktu, misalnya waktu sekarang di dunia dan waktu setelah berakhir hidup kita ini (di Sorga); atau memisahkan manusia, misalnya dengan mudah kita berbicara tentang manusia pada jaman nabi atau jaman Yesus Kristus, tanpa menjadikan mereka teladan bagi kita yang hidup dalam abad XX ini; atau memisahkan tempat yang pada waktu P.A. dapat dibicarakan semua persoalan tetapi dalam praktek sehari-hari hal yang dituntut nats yang pernah dibicarakan tidak usah dipraktekkan. Masalah memisahkan sesuatu seperti contoh tadi sangat berlawanan dengan pemikiran dan tujuan P.A.
Berpikir dan bertindak alkitabiah dalam P.A. berarti apa yang kita bicarakan tentang suatu nats patut dilanjutkan dengan suatu tindakan melalui sikap kita. P.A. bukan aktivitas menghafal atau mengutip ayat-ayat dan nats-nats saja, tetapi aktivitas memahami nats, bertukar pikiran dengan para anggota kelompok, merenungkan diri, mengadakan suatu keputusan secara pribadi atau bersama-sama, mengadakan refleksi iman terhadap suatu masalah dalam dunia atau menafsirkannya sesuai dengan kehendak Allah, lalu dipraktekkan dewasa ini.
Menafsirkan nats atau mengadakan refleksi iman harus dimasakinikan, bahkan lebih dari itu. Sifat eskatologis atau pemasadepanan firman Allah berjalan terus, karena rencana Allah terus membuka dimensi-dimensi baru dalam hidup kita di masa depan. Itu sebabnya peserta P.A. harus selalu mawas diri dan menyambut kehadiran Allah di masa kini.
Ia harus mengakui bahwa Allah berbicara melalui firman-Nya kepada dirinya sendiri, seperti Amos yang dapat menafsirkan "mencari Allah" dalam Amos 5:4 ("Carilah Aku, maka kamu akan hidup") sebagai mencari yang baik: "Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kami hidup" (5:14). Paulus dalam Perjanjian Baru sanggup menafsirkan arti sejarah tentang peran Hagar dan Sara dalam Perjanjian Lama (Gal. 4:23-27) dengan suatu keputusan "karena itu..." (4:31). Demikian juga dalam Galatia 5:2 suatu keputusan dengan kata "sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu..." Dari contoh-contoh ini kita melihat adanya tafsiran yang tetap tentang arti Taurat pada waktu yang lalu dan kemudian digenapkan dan diperbaharui dalam diri Yesus Kristus. Jadi dalam P.A. kita belajar untuk menjadi dewasa dalam mengambil keputusan dengan berpikir benar dan tepat secara alkitabiah.
Diambil dari:
Judul buku: Bersahabat dengan Firman
Judul bab: Berpikir dan Bertindak Secara Alkitabiah
Judul asli artikel: Berpikir dan Bertindak Secara Alkitabiah
Penulis: Dr. A.A. Sitompul
Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1986
Halaman: 22 -- 23
- Login to post comments