Klik x untuk menutup hasil pencarian. Cari di situs Remaja Kristen

5 Hal yang Membuat Orang Kristen Gen Z Frustrasi

Submitted by admin on Fri, 07/08/2022 - 12:32

Apa yang harus diketahui orang Kristen yang lebih tua tentang Generasi Z untuk memuridkan mereka dengan baik dan menjangkau mereka dengan Injil? Yang pasti, ini adalah topik yang besar, dan saya hanyalah salah satu dari generasi ini (lahir antara 1997 -- 2012) -- yang bukan monolit. Akan tetapi, mungkin bermanfaat untuk membagikan beberapa aspek budaya Injili saat ini yang umumnya mengganggu generasi saya.

Tujuannya bukan untuk mempermalukan orang Kristen yang lebih tua atau menyarankan agar kami orang muda diubah. Tujuannya adalah untuk memberikan beberapa bahan diskusi yang bisa mengarahkan generasi tersebut untuk lebih peduli, berpikir bersama, dan melayani bersama satu sama lain di dunia yang terus berubah.

Untuk itu, berikut lima hal yang cenderung membuat kaum muda Injili frustrasi.

1. Ketika Pembela Politik Menggeser Iman

Dalam beberapa tahun terakhir, kami semakin lelah dengan keterkaitan politik dan iman ortodoks yang sering kami lihat di antara orang percaya yang lebih tua. Ini bukan karena kami tidak menghargai banyak prinsip yang sama; sering kali orang tua dan kakek nenek kami akan mempertanyakan ortodoksi Kristen kami jika kami tidak sepenuhnya sejalan dengan afiliasi politik mereka. Ketika kami bergeser sedikit ke kanan atau ke kiri, iman kami sering dianggap terancam.

Gambar: bersyukur

Kadang-kadang terasa seolah-olah generasi yang lebih tua menginginkan kami untuk "memilih seorang raja," seperti gaya 1 Samuel 8:6-8. Akan tetapi, banyak pada generasi saya yang tidak ingin diidentifikasi sebagai konservatif atau liberal, sebanyak mereka ingin diidentifikasi sebagai serupa dengan Kristus. Karena itu, banyak dari kami yang bergabung dengan 35% penduduk di bawah 30 tahun dalam memilih secara independen pada pemilihan umum 2020. Pendekatan ini terkadang dianggap "tidak berpengalaman" atau "naif", tetapi bagi banyak orang Kristen Gen Z, ini adalah pilihan yang paling masuk akal dan alkitabiah.

2. Ketika Apologetika Mengalahkan Hubungan

Biar saya perjelas: apologetika Kristen itu penting. Sangat penting bagi kami untuk mengetahui mengapa kami memercayai apa yang kami yakini, dan mengapa keyakinan itu masuk akal. Akan tetapi, banyak Gen Z telah melihat apologetika yang digunakan sebagai senjata untuk menentang orang-orang yang tidak percaya. Saya meninggalkan sekolah Kristen swasta saya, siap untuk bertarung dengan para ateis di dunia, dengan asumsi mereka akan bermusuhan dan berdebat dengan saya. Akan tetapi, sebaliknya saya menemukan orang dewasa muda yang tidak lebih daripada menganggap kekristenan itu aneh, tetapi yang lebih sering kesepian dan menginginkan hubungan yang bermakna.

Dalam banyak persahabatan saya dengan orang-orang yang tidak percaya, apologetika menjadi alat yang berharga setelah hubungan relasional terbentuk. Saya memiliki jawaban yang bijaksana untuk pertanyaan-pertanyaan sulit, seperti "Jika Tuhan itu baik, mengapa Dia mengizinkan kejahatan?" Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan ini bukan dilontarkan kepada saya oleh Profesor Jeffery Radisson (God's Not Dead), pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dalam kerentanan oleh teman-teman yang putus asa atau ingin tahu. Apakah kita masih harus siap menghadapi Richard Dawkins jika dia ingin memperdebatkan Kekristenan? Tentu saja. Apa yang kita ketahui seharusnya tidak berubah, tetapi mungkin nada dan waktu bagaimana kita membicarakannya seharusnya berubah.

3. Ketika Orang Kristen Tidak Menghidupi Apa yang Mereka Percaya

Hal ini sangat kami rasakan pada saat pemilihan umum tahun 2020. Kami dihadapkan pada dua calon presiden yang, baik dalam karakter atau kebijakan, mencerminkan nilai-nilai yang jelas tidak bermoral dan tidak kristiani. Bagi banyak dari kami, itu adalah komplikasi. Namun, banyak orang Kristen melihat ke arah lain atau menemukan cara untuk membela kandidat favorit mereka. Generasi saya sangat sensitif terhadap kemunafikan, dan kami melihatnya di sekitar kami. Kami juga peka terhadap kemunafikan teologis dan doktrin yang diterapkan dengan pilih-pilih.

Etika seksual alkitabiah dikutip untuk menentang pernikahan sesama jenis, tetapi diabaikan dalam hal-hal lain seperti perceraian atau hidup bersama sebelum menikah. Imago Dei dengan tepat digunakan untuk melawan sistem budaya aborsi, tetapi tidak untuk melawan rasisme. Kita bersikeras bahwa dosa dapat mengambil bentuk struktural dan menginfeksi seluruh masyarakat, tetapi kita pilih-pilih tentang masalah dosa sistemik mana yang ingin kita angkat. Banyak orang pada Gen Z menyadari bahwa hidup dengan setia menuntut penerapan Kitab Suci secara konsisten, bahkan jika bertentangan dengan keberpihakan politik Anda.

4. Ketika Orang Kristen Lebih Dikenal Karena Menghakimi daripada Mengasihi

Penghakiman dan kasih adalah bagian dari karakter Allah. Kasih karunia dan pertobatan keduanya adalah bagian dari Injil. Yesus menanggapi orang berdosa dalam kasih, sementara juga memerintahkan kita untuk "pergi dan jangan berbuat dosa lagi" (Yohanes 8:11). Akan tetapi, hari ini, banyak orang Kristen lebih dicirikan dengan penghakiman daripada kasih. Tentu saja, budaya di sekitar kita memiliki definisi yang menyimpang tentang keduanya. Ada perintah-perintah alkitabiah yang tampak menghakimi budaya kita, tetapi benar-benar penuh kasih. Menantang saudara laki-laki atau perempuan ketika mereka dalam dosa mungkin tampak menghakimi tetapi pada akhirnya menghasilkan kehidupan bagi mereka -- yang adalah mengasihi.

Visi kecil dari budaya sekuler kita yang terdistorsi tentang kasih sebenarnya adalah kesempatan bagi kita untuk lebih kuat menghayati anugerah dan kasih yang alkitabiah, bahkan saat kita tidak berkompromi pada kebenaran dan kekudusan. Tuduhan bahwa Kekristenan "terlalu menghakimi" harus diprediksi sampai taraf tertentu -- tuntutan moral Alkitab akan selalu terlihat seperti itu bagi sebagian orang -- tetapi harapan generasi saya adalah bahwa reputasi kasih yang radikal dan seperti Kristus juga akan menggambarkan iman kita dan menarik orang-orang yang tidak percaya -- seperti yang terjadi pada abad-abad awal Kekristenan dalam Kekaisaran Romawi.

5. Ketika Orang Kristen Bukan Pemikir yang Serius

Pada saat pemikiran yang teliti dan kritis umumnya menurun dan sikap malas secara intelektual meningkat, orang Kristen sayangnya memiliki reputasi sebagai salah satu pelanggar terburuk. Orang Kristen Injili sangat mahir menghindari nasihat ahli yang tidak mereka sukai, sambil berpartisipasi, sadar atau tidak, dalam kampanye informasi yang salah.

Dengan Kitab Suci sebagai landasan kita yang kukuh, orang Kristen seharusnya menjadi pemikir dan pembentuk budaya yang paling ingin tahu secara intelektual di dunia.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Anda mungkin memiliki seorang bibi Kristen yang sering membagikan artikel atau teori konspirasi yang tidak dapat dipercaya di media sosial, menunjukkan watak yang sembrono untuk memercayai informasi yang meragukan tanpa repot-repot memeriksa fakta. Ini hanyalah salah satu produk sampingan dari tren yang lebih besar yang kami lihat yang membuat kami frustrasi: ketidakpercayaan terhadap kehidupan akademis dan intelektual secara umum.

Ini membuat frustrasi bukan karena akademis adalah kebenaran tertinggi, melainkan Allah (Mazmur 19:7). Sebagai orang yang percaya pada Allah sumber kebenaran, orang Kristen harusnya menjadi yang paling bersemangat secara intelektual. Kita memiliki sumber daya untuk melakukan itu. Meskipun akademisi tidak sempurna, mereka memiliki keahlian, dan itu seharusnya menjadi hal yang penting bagi orang Kristen.

Dengan meremehkan keilmuan, kepercayaan, dan keahlian yang ketat, orang-orang Kristen telah mundur dari garis depan disiplin pembentuk budaya, mengejar ketertinggalan, atau dalam beberapa kasus secara aktif menentang arena pembentuk budaya ini. Dengan Kitab Suci sebagai landasan kita yang kukuh, orang Kristen seharusnya menjadi pemikir dan pembentuk budaya yang paling ingin tahu secara intelektual di dunia. Kita harus menghargai pembelajaran dan pendidikan -- bukan untuk kemuliaan kita, tetapi untuk kemuliaan Allah. (t/Jing-Jing)

Unduh Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://thegospelcoalition.org/article/things-frustrate-gen-z
Judul asli artikel : 5 Things that Frustrate Gen Z Christians
Penulis artikel : Jacob Murrie
 

Member login

Request new password